Katakanlah (Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat bergantung segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya."
Ayat ini menunjukkan kemurnian Tuhan dalam arti keesaan mutlak, yang tidak bisa dibandingkan dengan makhluk.
QS. Asy-Syura (42:11) Penglihatan tidak dapat menangkap-Nya, tetapi Dia dapat menangkap segala penglihatan. Dia Maha Halus, Maha Mengetahui.
Ini menegaskan bahwa Tuhan tidak bisa dijangkau secara langsung oleh indera manusia, sehingga memperkuat sisi impersonal-Nya.
Dalam kaitannya dengan amal terbaik yang disebutkan dalam berbagai riwayat, perlu dipahami bahwa istilah afḍal al-a‘māl (amal terbaik) tidak selalu berarti bahwa suatu amal lebih utama dari semua amal lainnya dalam segala kondisi. Dengan kata lain, keunggulan yang dimaksud bukanlah keutamaan mutlak atas semua amal lainnya, melainkan keutamaan relatif yang bergantung pada faktor-faktor tertentu. Dalam pandangan Ibn Arabi, makrifat bukanlah sesuatu yang selesai, tetapi sebuah perjalanan tanpa akhir. Bahkan para nabi dan wali Allah senantiasa mengalami peningkatan dalam makrifat mereka terhadap Allah. Oleh karena itu, ketika Rasulullah saw menyatakan: Kami tidak mengenal-Mu, ini menandakan bahwa bahkan makrifat seorang nabi pun tidak dapat mencakup seluruh hakikat Tuhan. Di antara kepedihan yang tak terbayangkan, lahirlah doa-doa yang tak sekadar mengungkapkan kepasrahan, melainkan juga menanamkan keberanian. Shahifah Sajjadiyah, untaian doa yang dipanjatkan oleh Imam Ali Zainal Abidin as, bukan sekadar kumpulan harapan, tetapi sebuah warisan spiritual yang mengajarkan bagaimana menghadapi hidup dengan keteguhan, tanpa kehilangan kelembutan hati.
Oleh: Muhammad Bhagas
Bagaimana mungkin kecintaan betul-betul bertambah bila sosok yang dicintai tak dihadirkan dalam benak dan hati kita? Akankah cinta itu tumbuh berkembang bila abai mengenang dan menyebutnya? Oleh: Muhammad Bhagas Saya meyakini bahwa orang yang sangat fokus pada semesta dirinya, yang selalu terhubung dengan efek-efek yang hadir dalam jiwanya dan yang kesadarannya lebih peka terhadap hal-hal yang bersifat batin, itu biasanya lebih mawas diri, lebih berhati-hati, dan lebih mampu terjaga dari ketercelinciran. Kata Rumi: ke mana aku harus berlari, bila perjalanan itu ada di dalam diri
Oleh: K.H. Miftah F. Rakhmat
(Ketua Dewan Syura IJABI) “Tak mudah jadi orang seperti aku,” kata Oma setelah hembus nafas yang berat itu. “Dan banyak orang seperti aku. Aku anak seorang Nyai. Kau tahu itu? Nyai adalah gundik Belanda. Perempuan yang diperistri tanpa dinikahi. Ibuku diusir dari rumah gedong ketika Nyonya Belanda, istri sah ayahku datang ke Batavia. Kami terusir begitu saja. Keluarga, orang-orang kampung, semua memandang kami pengkhianat. Mereka picingkan mata bila kami lewat. Mereka tersenyum mencibir. Tak jarang kami disebut kapir. Ibuku harus melakukan apa saja, agar kami bertahan hidup.” Orang yang memilih mencari nafkah dengan berprofesi sebagai pembantu rumah tangga itu bukan berarti dia berubah menjadi makhluk yang tidak punya hak dan perasaan. Dia tetaplah manusia sama seperti dirimu yang harus dimuliakan dan dijaga hak-haknya. Inna akramakum ‘indallahi atqakum (QS. Al-Hujurat: 13). Di mata Allah, yang membedakan dirimu dengan dia adalah tingkat ketakwaan. Bagaimana hati akan bersinar sementara gambaran dunia masih terlukis pada cerminnya, atau bagaimana seseorang akan berjalan menuju Allah sementara ia masih terikat oleh syahwatnya, atau bagaimana seseorang akan gandrung untuk memasuki hadirat Allah sementara belum bersuci dari janabat kelalaiannya, atau bagaimana seseorang mengharap dapat memahami rahasia-rahasia yang mendalam sementara ia belum bertaubat dari ketergelincirannya. (Al Hikam pasal 13). Wahai dia yang sembahyang subuh di ladang penuh ranjau |
TaqribArsip
March 2025
LiteraturRamadhan 1439HSerba-Serbi Ramadhan, catatan ringan Ust Miftah Rakhmat untuk hikmah Ramadhan 1439H
Jangan Nilai Buku dari Sampulnya Zaman Post Truth Doa dan Puasa Islam User-Friendly Sahur dan Imsak Ta'jil Membuang Keakuan Ramadhan di Antara Hisab dan Rukyat Empati Kategori
All
Arsip |