Dalam penantian wajah kasih Mushthafa,
berkhidmat dengan bakti tulus untuk negeri.
Selamat datang saudara tercinta, di sini,
di bahtera bersama: majulah-IJABI.
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk" (QS 3:103)
"Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, tidak menzaliminya dan tidak mengecewakannya (membiarkannya menderita) dan tidak merusak kehormatan dan nama baiknya" (HR Muslim)
Impersonalitas dan Personalitas TuhanKatakanlah (Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat bergantung segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya."
Ayat ini menunjukkan kemurnian Tuhan dalam arti keesaan mutlak, yang tidak bisa dibandingkan dengan makhluk. QS. Asy-Syura (42:11) Penglihatan tidak dapat menangkap-Nya, tetapi Dia dapat menangkap segala penglihatan. Dia Maha Halus, Maha Mengetahui. Ini menegaskan bahwa Tuhan tidak bisa dijangkau secara langsung oleh indera manusia, sehingga memperkuat sisi impersonal-Nya. |
Kami tidak Mengenal-Mu, Kami tidak Menyembah-MuDalam irfan, Allah dipahami sebagai Zat yang Mutlak dan Tak Terbatas, sementara manusia adalah makhluk terbatas. Oleh karena itu, makrifat terhadap Allah yang sempurna tidak mungkin dicapai oleh manusia, karena keterbatasan akal dan hati manusia. Para arif menegaskan bahwa makrifat selalu bersifat progresif, semakin seseorang mengenal Allah, semakin ia sadar akan kebesaran-Nya yang tak terjangkau.
Al-Junaid al-Baghdadi berkata: "Mengenal Allah adalah dengan mengetahui bahwa engkau tidak akan pernah mampu mengenal-Nya secara sempurna." |
"Shahifah Sajjadiyah : Warisan yang Tak Lekang Oleh Waktu"Di antara kepedihan yang tak terbayangkan, lahirlah doa-doa yang tak sekadar mengungkapkan kepasrahan, melainkan juga menanamkan keberanian. Shahifah Sajjadiyah, untaian doa yang dipanjatkan oleh Imam Ali Zainal Abidin as, bukan sekadar kumpulan harapan, tetapi sebuah warisan spiritual yang mengajarkan bagaimana menghadapi hidup dengan keteguhan, tanpa kehilangan kelembutan hati.
Imam Ali Zainal Abidin as adalah cahaya yang tersisa dari Karbala. Dalam usia mudanya, ia menyaksikan ayahnya, Imam Husain as, berdiri tegak di tengah padang tandus, menantang kezaliman yang menggulung umat dalam gelombang ketakutan. Ia melihat tubuh-tubuh suci bergelimpangan, mendengar jeritan yang mengiris langit, dan merasakan debu Karbala menyatu dengan air matanya. |
"From Stage to Success" : Dua Hari untuk Transformasi Mental, Komunikasi, dan Karier Anda.Sejak awal pelatihan, semangat peserta begitu terasa. Dengan penuh energi, mereka meneriakkan jargon acara, "Generasi Sukses: Berpikir positif, berkata positif, dan bertindak positif," sebagai bentuk komitmen bersama menuju perubahan yang lebih baik. Program ini menjadi langkah nyata dalam mempersiapkan generasi muda yang percaya diri, berani tampil, dan siap menghadapi tantangan menuju kesuksesan.
|
Fazdad Lahu HubbanBagaimana mungkin kecintaan betul-betul bertambah bila sosok yang dicintai tak dihadirkan dalam benak dan hati kita? Akankah cinta itu tumbuh berkembang bila abai mengenang dan menyebutnya?
Bagaimana mungkin getaran cinta meningkat bila tak konsisten mendekatkan dan menghubungkan diri kepada yang dicintai? Ada banyak ungkap cinta dan perkhidmatan, di manakah kita berada? |
AsingTak mudah jadi orang seperti aku,” kata Oma setelah hembus nafas yang berat itu. “Dan banyak orang seperti aku. Aku anak seorang Nyai. Kau tahu itu? Nyai adalah gundik Belanda. Perempuan yang diperistri tanpa dinikahi. Ibuku diusir dari rumah gedong ketika Nyonya Belanda, istri sah ayahku datang ke Batavia. Kami terusir begitu saja. Keluarga, orang-orang kampung, semua memandang kami pengkhianat. Mereka picingkan mata bila kami lewat. Mereka tersenyum mencibir. Tak jarang kami disebut kapir. Ibuku harus melakukan apa saja, agar kami bertahan hidup.”
|
Meneladani Sayyidah Fathimah Az Zahra: Rangkaian Pekan Wiladah Penuh MaknaRangkaian Pekan Wiladah Sayyidah Fathimah Azzahra tahun ini yang diinisiasi oleh Fathimiyyah IJABI telah sukses menggugah semangat dan menanamkan nilai-nilai keteladanan mulia dalam setiap kegiatan. Dari tausiyah hingga aksi sosial, setiap momen menjadi bukti nyata bahwa inspirasi Sayyidah Fathimah terus hidup dan relevan di tengah masyarakat. Semoga semangat ini terus terjaga, menjadi teladan bagi generasi mendatang, dan membawa keberkahan bagi semua yang terlibat.
|
Gebyar Milad Sayyidah Fathimah Azzahra dan Peringatan Hari Ibu oleh IJABI Jakarta & SekitarnyaSejatinya kebahagiaan akan kelahiran putri tercinta Nabi akhir zaman menjadi hak seluruh umat manusia. Konsep inilah yang diusung Fathimiyah IJABI Jakarta dan Sekitarnya yakni berbagi kebahagiaan pada sesama dengan membagikan hadiah kepada warga masyarakat.
Selama tiga hari berturut-turut, dari Jumat, 20 Desember hingga Minggu, 22 Desember 2024, Fathimiyah di berbagai wilayah menggelar rangkaian kegiatan penuh makna. Acara ini menjadi momen berbagi kasih sekaligus memperingati Milad Sayyidah Fathimah Azzahra AS dan Hari Ibu. |
Hati adalah CerminBagaimana hati akan bersinar sementara gambaran dunia masih terlukis pada cerminnya, atau bagaimana seseorang akan berjalan menuju Allah sementara ia masih terikat oleh syahwatnya, atau bagaimana seseorang akan gandrung untuk memasuki hadirat Allah sementara belum bersuci dari janabat kelalaiannya, atau bagaimana seseorang mengharap dapat memahami rahasia-rahasia yang mendalam sementara ia belum bertaubat dari ketergelincirannya. (Al Hikam pasal 13).
|
Telah Dikunjungi Sebanyak
Statistik Kunjungan