Staf Khusus Menteri Dalam Negeri, Dr H Apep Fajar Kurniawan mewakili Mendagri pada kesempatan ini turut mengungkapkan bahwa Indonesia, sebagai negara dengan keragaman yang luas, menghadapi tantangan besar dalam menjaga stabilitas dan saling pengertian. Sikap intoleransi dan radikalisme bisa mengancam kebhinekaan yang telah lama dibangun. Ia mengutip ayat dari Al-Qur'an yang menekankan pentingnya toleransi dan menentang sikap intoleransi.
Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) menggelar Muktamar ke-6 di Surabaya, dibuka oleh KH Miftah Fauzi Rakhmat dan Dr. H Apep Fajar Kurniawan, Sabtu (29/6/2024). Mengusung tema "Islam Madani, Jalan Moderasi Beragama: Ikhtiar Membangun Keadaban, Memuliakan Kemanusiaan, Mengokohkan Persatuan", acara ini fokus pada penguatan toleransi antar umat beragama.
Hadir dalam acara tersebut cendekiawan Yudi Latif, Dr. K.H. M Saad Ibrahim, Iwan Misthohizzaman, dan Ketua Dewan Syura IJABI KH Miftah F Rakhmat. KH Miftah Fauzi Rakhmat menyoroti fenomena intoleransi dan radikalisme yang mengancam kohesi sosial, perdamaian, dan stabilitas. Intoleransi sering diwujudkan dalam diskriminasi, penolakan, dan kekerasan terhadap individu atau kelompok yang berbeda. Ia menambahkan, paham atau gerakan yang menginginkan perubahan sosial atau politik secara drastis, seringkali dengan cara-cara ekstrem dan kekerasan, adalah sikap intoleran yang mewujud dalam radikalisme.
Tak terkecuali dalam keberagamaan. Radikalisme beragama seringkali didorong oleh interpretasi sempit dan ekstrem dari ajaran agama.
Beragam faktor disinyalir menjadi faktor pemicu sikap intoleran dan radikalisme dalam beragama. Antara lain karena pendidikan yang kurang memadai, kesenjangan sosial dan ekonomi, indoktrinasi ideologis, propaganda di media sosial, dan kepemimpinan yang intoleran, menjadi faktor pemicu intoleransi dan radikalisme.
IJABI, didirikan oleh Dr. KH Jalaluddin Rakhmat, mengusung konsep Islam Madani yang mempersatukan rakyat dalam kebersamaan sosial, mengajarkan cara hidup bersama meski berbeda agama. Islam Madani diyakini sebagai jalan moderasi beragama yang menekankan nilai-nilai kemanusiaan universal, pendidikan toleransi, dialog antar agama, keadilan sosial, pemahaman kontekstual terhadap ajaran agama, serta keterlibatan aktif dalam isu sosial dan kemanusiaan.
Hadir dalam acara tersebut cendekiawan Yudi Latif, Dr. K.H. M Saad Ibrahim, Iwan Misthohizzaman, dan Ketua Dewan Syura IJABI KH Miftah F Rakhmat. KH Miftah Fauzi Rakhmat menyoroti fenomena intoleransi dan radikalisme yang mengancam kohesi sosial, perdamaian, dan stabilitas. Intoleransi sering diwujudkan dalam diskriminasi, penolakan, dan kekerasan terhadap individu atau kelompok yang berbeda. Ia menambahkan, paham atau gerakan yang menginginkan perubahan sosial atau politik secara drastis, seringkali dengan cara-cara ekstrem dan kekerasan, adalah sikap intoleran yang mewujud dalam radikalisme.
Tak terkecuali dalam keberagamaan. Radikalisme beragama seringkali didorong oleh interpretasi sempit dan ekstrem dari ajaran agama.
Beragam faktor disinyalir menjadi faktor pemicu sikap intoleran dan radikalisme dalam beragama. Antara lain karena pendidikan yang kurang memadai, kesenjangan sosial dan ekonomi, indoktrinasi ideologis, propaganda di media sosial, dan kepemimpinan yang intoleran, menjadi faktor pemicu intoleransi dan radikalisme.
IJABI, didirikan oleh Dr. KH Jalaluddin Rakhmat, mengusung konsep Islam Madani yang mempersatukan rakyat dalam kebersamaan sosial, mengajarkan cara hidup bersama meski berbeda agama. Islam Madani diyakini sebagai jalan moderasi beragama yang menekankan nilai-nilai kemanusiaan universal, pendidikan toleransi, dialog antar agama, keadilan sosial, pemahaman kontekstual terhadap ajaran agama, serta keterlibatan aktif dalam isu sosial dan kemanusiaan.
Staf Khusus Menteri Dalam Negeri, Dr H Apep Fajar Kurniawan mewakili Mendagri pada kesempatan ini turut mengungkapkan bahwa Indonesia, sebagai negara dengan keragaman yang luas, menghadapi tantangan besar dalam menjaga stabilitas dan saling pengertian. Sikap intoleransi dan radikalisme bisa mengancam kebhinekaan yang telah lama dibangun. Ia mengutip ayat dari Al-Qur'an yang menekankan pentingnya toleransi dan menentang sikap intoleransi.
Beliau juga menekankan pentingnya memperkokoh kebhinekaan dan membangun masyarakat madani yang toleran, inklusif, demokratis, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
"Oleh karena itu kami Kementerian Dalam Negeri RI berharap Muktamar ke-6 IJABI menghasilkan gagasan-gagasan pemikiran yang tidak hanya dalam konsep bersifat akademis, tetapi juga pemikiran yang bisa diterjemahkan dalam program kegiatan yang lebih konkret sehingga apa yang menjadi konsep dan gagasan masyarakat Madani bisa tercermin dalam kehidupan sehari-hari,"
Muktamar ke-6 IJABI yang digelar di Surabaya Suites Hotel berlangsung dari tanggal 29-30 Juni 2024 dihadiri oleh ratusan pengurus dan simpatisan IJABI dari berbagai pelosok tanah air.
Beliau juga menekankan pentingnya memperkokoh kebhinekaan dan membangun masyarakat madani yang toleran, inklusif, demokratis, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
"Oleh karena itu kami Kementerian Dalam Negeri RI berharap Muktamar ke-6 IJABI menghasilkan gagasan-gagasan pemikiran yang tidak hanya dalam konsep bersifat akademis, tetapi juga pemikiran yang bisa diterjemahkan dalam program kegiatan yang lebih konkret sehingga apa yang menjadi konsep dan gagasan masyarakat Madani bisa tercermin dalam kehidupan sehari-hari,"
Muktamar ke-6 IJABI yang digelar di Surabaya Suites Hotel berlangsung dari tanggal 29-30 Juni 2024 dihadiri oleh ratusan pengurus dan simpatisan IJABI dari berbagai pelosok tanah air.