Adakah penolong yang mau menolongku.....
Para perawi tanpa telinga, kitab-kitab tanpa suara,
Panji-panji penuh dusta. abad-abad adalah susunan tipu daya
Dan peta dibentangkan untuk memburu orang-orang yang terluka
dan menangis di hari kesepuluh.
Jalan menuju Allah sebening mata air.
Tapi.. semenjak tanah itu berubah merah,
Sungai-sungai darah menyapu seluruh tanda.
Kalender bermula dari pesta, perayaan kepala yang terpenggal di Karbala.......
“Karbala…Adakah Penolong Yang Mau Menolongku”
Karbala, Karbala, Karbala, Kepala, Kepala, Kepala.
adakah kau dengar ia, putra dari segenap utusan,
memanggil orang-orang yang dikasihinya,
ketika ujung terompahmu diperciki darah
dan batu-batu melolong dengan ganjil?
Halmin nashirin yanshuruni
Adakah penolong yang mau menolongku
Para perawi tanpa telinga, kitab-kitab tanpa suara,
Panji-panji penuh dusta. abad-abad adalah susunan tipu daya
Dan peta dibentangkan untuk memburu orang-orang yang terluka
dan menangis di hari kesepuluh.
Jalan menuju Allah sebening mata air.
Tapi.. semenjak tanah itu berubah merah,
Sungai-sungai darah menyapu seluruh tanda.
Kalender bermula dari pesta, perayaan kepala yang terpenggal di Karbala.......
Pengurus Ikatan Jamaah Ahlulbait (IJABI) Wilayah Sulawesi Selatan dan Barat menggelar acara Majelis Muharram untuk memperingati hari Asyura 10 Muharram 1445 H dengan tema “Khidmat Untuk Negeri Mata Air Suci Teladan Husaini” pada Jum’at malam, 28 Juli 2023 di Hotel Istana Wonomulyo, Polewali Mandar.
Acara peringatan hari Asyura diisi dengan pegelaran seni ungkapan duka yang dihadiri oleh jamaah pecinta Ahlul Bait dari berbagai daerah Sulawesi Selatan dan Barat yang berjumlah sekitar 200 orang. Rangkaian Majelis duka Asyura dimulai dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur-an disusul menyanyikan lagu Indonesia Raya, Hymne dan Mars IJABI yang melibatkan para jamaah yang hadir.
Salah satu poin penting dalam majelis duka Asyura ini adalah ceramah agama yang disampaikan oleh Ustadz DR. Muhammad Adlani. Isi ceramahnya memberikan penguatan bagi para jamaah yang hadir untuk tetap meneladani semangat Imam Husain as dalam berbuat kebaikan, membela yang hak, melawan kezaliman dan penindasan.
Majelis duka Asyura rasanya tak lengkap tanpa adanya Maktam. Kali ini kelompok musik Kafilah Cinta membawakan dua maktam yakni Labbaika Yabnal Kautsar dan Labbaika ya Husein. Dengan komposisi musik yang diaransemen oleh musisi-musisi muda tanah Mandar yang tergabung dalam Kafilah Cinta. Disela dua Maktam yang dibawakan oleh kelompok musik Kafilah Cinta, ada pembacaan puisi oleh Muhammad Pajrin dengan judul puisi Karbala…Adakah Penolong Yang Mau Menolongku.
Karbala, Karbala, Karbala, Kepala, Kepala, Kepala.
adakah kau dengar ia, putra dari segenap utusan,
memanggil orang-orang yang dikasihinya,
ketika ujung terompahmu diperciki darah
dan batu-batu melolong dengan ganjil?
Halmin nashirin yanshuruni
Adakah penolong yang mau menolongku
Para perawi tanpa telinga, kitab-kitab tanpa suara,
Panji-panji penuh dusta. abad-abad adalah susunan tipu daya
Dan peta dibentangkan untuk memburu orang-orang yang terluka
dan menangis di hari kesepuluh.
Jalan menuju Allah sebening mata air.
Tapi.. semenjak tanah itu berubah merah,
Sungai-sungai darah menyapu seluruh tanda.
Kalender bermula dari pesta, perayaan kepala yang terpenggal di Karbala.......
Pengurus Ikatan Jamaah Ahlulbait (IJABI) Wilayah Sulawesi Selatan dan Barat menggelar acara Majelis Muharram untuk memperingati hari Asyura 10 Muharram 1445 H dengan tema “Khidmat Untuk Negeri Mata Air Suci Teladan Husaini” pada Jum’at malam, 28 Juli 2023 di Hotel Istana Wonomulyo, Polewali Mandar.
Acara peringatan hari Asyura diisi dengan pegelaran seni ungkapan duka yang dihadiri oleh jamaah pecinta Ahlul Bait dari berbagai daerah Sulawesi Selatan dan Barat yang berjumlah sekitar 200 orang. Rangkaian Majelis duka Asyura dimulai dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur-an disusul menyanyikan lagu Indonesia Raya, Hymne dan Mars IJABI yang melibatkan para jamaah yang hadir.
Salah satu poin penting dalam majelis duka Asyura ini adalah ceramah agama yang disampaikan oleh Ustadz DR. Muhammad Adlani. Isi ceramahnya memberikan penguatan bagi para jamaah yang hadir untuk tetap meneladani semangat Imam Husain as dalam berbuat kebaikan, membela yang hak, melawan kezaliman dan penindasan.
Majelis duka Asyura rasanya tak lengkap tanpa adanya Maktam. Kali ini kelompok musik Kafilah Cinta membawakan dua maktam yakni Labbaika Yabnal Kautsar dan Labbaika ya Husein. Dengan komposisi musik yang diaransemen oleh musisi-musisi muda tanah Mandar yang tergabung dalam Kafilah Cinta. Disela dua Maktam yang dibawakan oleh kelompok musik Kafilah Cinta, ada pembacaan puisi oleh Muhammad Pajrin dengan judul puisi Karbala…Adakah Penolong Yang Mau Menolongku.
Kekayaan budaya setempat dimana Majelis Duka Asyura dilaksanakan terlihat dalam rangkaian acara kali ini. Dimana untuk pertama kalinya Parrawana Towaine (Penabuh Rebana Perempuan) ikut dilibatkan dalam mengisi acara mejelis duka Asyura.
Parrawana Towaine (perempuan penabuh rebana) adalah tradisi rebana yang dikembangkan oleh ibunda Cammana, maestro Parrawana Towaine, yang syair-syairnya disarikan dari ajaran-ajaran imam Lapeo. Perbedaannya dengan tradisi musik rebana yang dimainkan oleh laki-laki, parrawana towaine lebih nampak fungsinya sebagai kesenian syi'ar, sebab syair-syairnya lebih banyak menyampaikan risalah-risalah tasawuf, penyucian diri, kematian, dan pesan-pesan kehidupan yang berkaitan dengan pengayaan keIslaman. Pawarrana Towaine dari desa Sambali wali kali ini tampil dengan membawakan syair yang mengisahkan kesedihan Rasulullah, Saw terhadap cucunya Imam Husein as, jauh sebelum peristiwa Karbala terjadi. Tarikan vokal dan tabuhan rebana enam perempuan Mandar semakin menambah suasana khidmat jamaah yang hadir. Apalagi syair yang dinyanyikan dalam Bahasa Mandar merupakan bahasa Mandar yang halus yang memiliki daya magis sehingga semakin membuat jamaah yang hadir dalam suasana duka yang dalam.
Dipenghujung acara ditutup pembacaan do’a Asyura yang dipimpin oleh ustadz Muhammad Idrus yang didahului dengan pembacaan sejarah peristiwa Karbala.
Sejarah peristiwa Karbala yang dibacakan, dirangkum dari kitab-kitab sejarah ummat Islam yang muktabar. Sementara do’a ziarah Asyura itu adalah do’a-do’a khusus yang mengajak para hadirin untuk semakin mendekatkan hati dan jiwanya kepada imam Husein as agar senantiasa meneladani perjuangan Imam Husein as.
Meskipun para jamaah larut dalam duka yang sangat dalam namun diakhir acara, para hadirin sangat bersyukur dan berterima kasih kepada panitia pelaksana, yang didukung oleh IJABI Sulselbar atas terselenggaranya acara ini. Panitia juga sangat bersyukur acara peringatan Asyura berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana.
Semoga peringatan hari Asyura bisa dilaksanakan setiap tahunnya untuk tetap mengambil hikmah perjuangan imam Husein as. melawan kezaliman dan penindasan.
Parrawana Towaine (perempuan penabuh rebana) adalah tradisi rebana yang dikembangkan oleh ibunda Cammana, maestro Parrawana Towaine, yang syair-syairnya disarikan dari ajaran-ajaran imam Lapeo. Perbedaannya dengan tradisi musik rebana yang dimainkan oleh laki-laki, parrawana towaine lebih nampak fungsinya sebagai kesenian syi'ar, sebab syair-syairnya lebih banyak menyampaikan risalah-risalah tasawuf, penyucian diri, kematian, dan pesan-pesan kehidupan yang berkaitan dengan pengayaan keIslaman. Pawarrana Towaine dari desa Sambali wali kali ini tampil dengan membawakan syair yang mengisahkan kesedihan Rasulullah, Saw terhadap cucunya Imam Husein as, jauh sebelum peristiwa Karbala terjadi. Tarikan vokal dan tabuhan rebana enam perempuan Mandar semakin menambah suasana khidmat jamaah yang hadir. Apalagi syair yang dinyanyikan dalam Bahasa Mandar merupakan bahasa Mandar yang halus yang memiliki daya magis sehingga semakin membuat jamaah yang hadir dalam suasana duka yang dalam.
Dipenghujung acara ditutup pembacaan do’a Asyura yang dipimpin oleh ustadz Muhammad Idrus yang didahului dengan pembacaan sejarah peristiwa Karbala.
Sejarah peristiwa Karbala yang dibacakan, dirangkum dari kitab-kitab sejarah ummat Islam yang muktabar. Sementara do’a ziarah Asyura itu adalah do’a-do’a khusus yang mengajak para hadirin untuk semakin mendekatkan hati dan jiwanya kepada imam Husein as agar senantiasa meneladani perjuangan Imam Husein as.
Meskipun para jamaah larut dalam duka yang sangat dalam namun diakhir acara, para hadirin sangat bersyukur dan berterima kasih kepada panitia pelaksana, yang didukung oleh IJABI Sulselbar atas terselenggaranya acara ini. Panitia juga sangat bersyukur acara peringatan Asyura berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana.
Semoga peringatan hari Asyura bisa dilaksanakan setiap tahunnya untuk tetap mengambil hikmah perjuangan imam Husein as. melawan kezaliman dan penindasan.