Al-Quran tak pernah menyebut kata kemerdekaan. Istilah itu memang punya makna spesifik dalam sejarah manusia. Ketika masyarakat terdiri dari dua macam anggota -orang merdeka dan budak- merdeka berarti bebas dari perbudakan. Al-Quran menyebut kata budak dan tuan, abd dan mawla. [majulah-IJABI]
KH Jalaluddin Rakhmat
Al-Quran tak pernah menyebut kata kemerdekaan. Istilah itu memang punya makna spesifik dalam sejarah manusia. Ketika masyarakat terdiri dari dua macam anggota -orang merdeka dan budak- merdeka berarti bebas dari perbudakan. Al-Quran menyebut kata budak dan tuan, abd dan mawla. [majulah-IJABI] KH Jalaluddin Rakhmat Waktu itu, di Shiffin, dua pasukan Islam berhadap-hadapan. Pada kedua pasukan itu ada sahabat-sahabat Nabi yang mulia. Pada satu pihak ada ‘Âli bin Abî Thâlib, kemenakan Nabi saw., putra-putranya, dan para pendukungnya. Bergabung di dalamnya ‘Âmmâr bin Yassir, dari generasi perintis dalam sejarah perjuangan Islam. Pada pihak lain ada ‘Amr bin Ash dan putranya, ‘Abdullâh bin ‘Amr, yang terkenal banyak menuliskan hadis Nabi. Dalam tampuk pimpinan ada Mu’âwiyah bin Abî Sufyân, yang menurut kabar termasuk salah seorang penulis wahyu. KH Jalaluddin Rakhmat Ada satu kata yang harus kita ingat, setiap kali kita menghadapi Pemilu. Kata itu ialah Merdeka. Tanpa kemerdekaan tidak akan ada Pemilu.Tanpa kemerdekaan kita tidak dapat memilih pemimpin yang kita kehendaki. Tanpa kemerdekaan kita tidak bisa ikut serta mengatur Negara. Pada pidato 17 Agustus1945, Bung Karno berkata, “Kita sekarang telah merdeka! Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah-air kita. Mulai saat ini kita menyusun Negara kita! Negara Merdeka! Negara Republik Indonesia- Merdeka kekal dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita!” [majulah-ijabi] KH Jalaluddin Rakhmat Bulan Juni, 44 tahun yang lalu, jalan- jalan yang panjang menuju Blitar dipenuhi oleh iring-iringan rakyat kecil; prosesi manusia yang bergerak dari gubuk-gubuk kecil, pematang-pematang sawah, jembatan-jembatan sungai, lorong-lorong yang kumuh. Setiap orang takut terhadap kematian. Ia tak hanya menjadi ketakutan bagi orang yang banyak dosa, tetapi juga kengerian bagi hamba-hamba kekasih Tuhan. Namun, jika kematian bagi pendosa adalah ketakutan berpisah dengan dunia, maka ia menjadi ketakutan bagi orang saleh karena khawatir pulang tanpa membawa bekal apa-apa [majulah-IJABI] Tanggal 29 Agustus 2013, hari kelahiran Ustadz Jalaluddin Rakhmat diperingati secara sederhana di kediaman beliau di Kemang, Jakarta. Selepas Isya dan setelah pembacaan doa Kumayl dan doa Tawassul, beliau memberikan renungan yang sangat menyentuh. Aris Thofira mentranskrip pesan renungan tersebut di bawah ini.
KH Jalaluddin Rakhmat Trust takes years to build, seconds to break and forever to repair. Saya memerlukan telpon baru untuk jejaring baru. Untuk itu, sahabat saya di Palembang telah menyediakan dana cukup besar (dengan segala terima kasih saya). Lalu, saya beli iPhone, gabungan telepon dengan iPad. KH Jalaluddin Rakhmat Ia mengambil dari saya sepuluh di antara Anda dan memberikan kepada saya satu dari mereka… “Ketika Muawiyah mengirimkan Sufyan bin ‘Auf al-Ghamidi untuk menjarah kota Anbar, ia mengirimkan 6000 penunggang kuda. Mereka menyerang Hit dan Anbar, membunuhi kaum muslimin, merampas perempuan mereka, dan memaksa orang untuk melaknat Imam ‘Ali. Mendengar berita itu Amirul Mukminin mengajak orang untuk memerangi mereka. Sebelumnya mereka berdiam diri saja. Ali memerintahkan orang untuk berkumpul. KH. Jalaluddin Rakhmat Dalam kafilah ruhani yang berjalan menuju Tuhan, kita melihat barisan yang panjang. Mereka yang berada dalam barisan mempunyai martabat yang bermacam-macam, bergantung pada sejauh mana mereka telah berjalan. Dari tempat berangkat ke tujuan, ada sejumlah stasiun yang harus mereka lewati. Derajat mereka juga bergantung pada banyaknya stasiun yang sudah mereka singgahi. Pada setiap stasiun selalu ada pengalaman baru, keadaan baru, dan pemandangan baru. angat sulit menceritakan pengalaman pada stasiun tertentu kepada mereka yang belum mencapai stasiun itu. [Ilustrasi, dari viva.co.id] “Dari Ibn ‘Abbas r.a: Sesungguhnya Nabi SAW mengutus Muadz r.a ke Yaman seraya berkata: Panggillah mereka untuk menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan bahwa aku utusan Allah SWT. Jika mereka mematuhinya, ajarkan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan bagi mereka lima kali shalat sehari semalam. Jika mereka mematuhinya, ajarkan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka shadaqah dalam harta mereka, diambil dari orang kaya mereka, dan dikembalikan kepada orang miskin mereka.” |
TentangHalaman ini untuk mengumpulkan tulisan-tulisan dan pendapat Ustadz Jalal yang lebih "serius", baik yang sudah pernah dimuat di berbagai sumber, maupun yang disiapkan khusus oleh beliau untuk mengisi rubrik ini. Silahkan mengirimkan tanggapan atas tulisan-tulisan di sini dengan mengirimkan-nya kepada Admin di: Arsip
April 2014
Subjek
All
|