Dalam kafilah ruhani yang berjalan menuju Tuhan, kita melihat barisan yang panjang. Mereka yang berada dalam barisan mempunyai martabat yang bermacam-macam, bergantung pada sejauh mana mereka telah berjalan. Dari tempat berangkat ke tujuan, ada sejumlah stasiun yang harus mereka lewati. Derajat mereka juga bergantung pada banyaknya stasiun yang sudah mereka singgahi. Pada setiap stasiun selalu ada pengalaman baru, keadaan baru, dan pemandangan baru. angat sulit menceritakan pengalaman pada stasiun tertentu kepada mereka yang belum mencapai stasiun itu.
KH. Jalaluddin Rakhmat
Dalam kafilah ruhani yang berjalan menuju Tuhan, kita melihat barisan yang panjang. Mereka yang berada dalam barisan mempunyai martabat yang bermacam-macam, bergantung pada sejauh mana mereka telah berjalan. Dari tempat berangkat ke tujuan, ada sejumlah stasiun yang harus mereka lewati. Derajat mereka juga bergantung pada banyaknya stasiun yang sudah mereka singgahi. Pada setiap stasiun selalu ada pengalaman baru, keadaan baru, dan pemandangan baru. angat sulit menceritakan pengalaman pada stasiun tertentu kepada mereka yang belum mencapai stasiun itu. KH Jalaluddin Rakhmat Nabi SAW sering mengajari sahabatnya dengan kisah-kisah menarik. Dalam kisah-kisah yang umumnya singkat dan padat itu beliau menyimpulkan prinsip-prinsip moral yang luhur. Para ahli hadis mengumpulkan kisah-kisah itu dalam sebuah kitab khusus. Berikut kita turunkan salah satu kisah tersebut yang terdapat dalam Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, al-Thabrani, ibn-Hiban, al-Bazzar; juga Kanz al-‘Ummal, dengan redaksi yang beragam. KH Jalaluddin Rakhmat Pada suatu hari, Rasul Allah SAW keluar dan berkata: “Siapakah di antara kalian yang ingin Allah memberi kalian ilmu tanpa belajar dan petunjuk tanpa ditunjuki? Adakah di antara kalian yang ingin Allah menghilangkan dari kalian kebutaan dan menjadikan melihat? Ketahuilah, siapa yang zuhud di dunia, Allah akan memberinya ilmu tanpa belajar dan petunjuk tanpa ditunjuki. Ketahuilah, akan datang sesudah kalian kaum yang KH Jalaluddin Rakhmat Semua mazhab dalam Islam berpegang pada hadis. Sebagai semata-mata obyek kajian, bagi ahli hadis; sebagai sumber hukum, bagi ahli fikih; sebagai sumber nilai, bagi para sufi. Literatur hadis yang dikembangkan para ahli hadis dipenuhi dengan problema pembawa hadis (rawi), kesinambungan mata rantai rawi (sampai atau tidak kepada Rasulullah), dan perubahan atau pertentangan dalam bunyi kata-kata yang digunakan. |
TentangHalaman ini untuk mengumpulkan tulisan-tulisan dan pendapat Ustadz Jalal yang lebih "serius", baik yang sudah pernah dimuat di berbagai sumber, maupun yang disiapkan khusus oleh beliau untuk mengisi rubrik ini. Silahkan mengirimkan tanggapan atas tulisan-tulisan di sini dengan mengirimkan-nya kepada Admin di: Arsip
April 2014
Subjek
All
|