
Dewan Syura PP IJABI
Mungkin Sayyidah Fathimah sa kurang populer di negeri ini, atau namanya dinisbatkan hanya pada mazhab pecinta keluarga Nabi Saw saja. Padahal ia adalah teladan bagi setiap perempuan dalam Islam. Tanyakan pada orang di sebelah saudara, apa yang diketahuinya tentang putri Nabi itu? Apa hadits yang diriwayatkan olehnya? Apa ilmu yang diajarkannya? Tahukah kita, bahwa tasbih selesai shalat kita disebut dengan tasbihat azZahra? Hadiah Nabi Saw untuk putri yang sangat dikasihinya (majulah-IJABI.org)
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Ali Muhammad
Selalu menarik merangkai makna. Tulisan saya ini tidak punya alur atau topik tunggal. Saya merangkum apa yang saya maknai. Dalam seminggu, jadwal kegiatan saya bervariasi. Di antara yang tetap adalah mengajar bahasa Arab untuk kawan-kawan di sebuah Hotel di Bandung. Dua kali seminggu saya menyambangi mereka. Kadang yang hadir sampai enam atau tujuh orang. Pernah juga hanya dua. Saya tak pernah mempermasalahkannya. Saya senang bertemu mereka. Saya senang berbincang bersama. Materi Bahasa Arab mungkin sekitar sejam, tapi setelah itu, mereka bisa bertanya apa saja. Atau saya yang bertanya memancing mereka.
Di antara yang hadir dalam majelis-majelis itu, saya mungkin yang paling muda. Itu juga mengapa saya berusaha tetap datang menemui mereka. Semangat mencari ilmu tak pernah hilang meski usia merangkak senja. Pernah, dalam perbincangan saya tanya mereka, mengapa tertarik mempelajari Bahasa Arab. Kata mereka—selain untuk memahami Kitab Suci, jawabannya cukup mengejutkan saya—“Katanya di alam barzakh nanti bahasanya Arab. Bagaimana saya akan menjawab pertanyaan malaikat kalau saya tak tahu bahasanya?” Kami tergelak bersama.
Biarlah perkara alam barzakh untuk lain kesempatan. Kini, saya ingin sampaikan apa yang mereka perhatikan dari saya kalau saya sedang berkhotbah, dalam khotbah Shalat Jumat misalnya. Kata mereka, “Kok, setelah menyebut nama Rasulullah, membacanya ‘shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam’. Ada tambahannya: wa alihi. Biasanya yang umum tidak pakai.” Saya menjawab agak panjang, “Ali itu artinya keluarga. Saya baca ‘wa alihi’ karena begitu juga kita dalam shalat, saat tahiyyat menyampaikan shalawat pada Rasulullah. Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala Ali Sayyidina Muhammad. Ada Ali nya di situ. Benar, ada yang keliru mengira kalau Ali di situ adalah Imam ‘Ali ‘alaihis salaam. Padahal, Ali yang artinya keluarga pakai ‘hamzah/alif’ dan Ali yang nama Imam itu pakai ‘ain.”
Begitu saya menyebut Imam Ali ‘alaihis salaam, ia bertanya lagi, “Kenapa ‘alaihis salaam. Bukankah itu hanya untuk nabi?” Saya jawab, “Saya mengikuti Imam Bukhari. Dalam Shahih-nya, beliau menyebut ‘alaihis salam setelah nama keluarga Nabi Saw dan khusus hanya untuk mereka. Demikian dalam kitab-kitab Shahih Bukhari cetakan lama. Cetakan baru sudah tidak menggunakan itu lagi. Di perpustakaan sekolah kami, ada Shahih Bukhari peninggalan almarhum kakek saya. Di situ jelas tertulis ‘alaihis salaam setelah nama ‘Ali. Demikian pula bagi Sayyidah Faathimah ‘alaihas salaam.”
Saya sebenarnya menambahkan jawaban lain. Lagi-lagi, rinciannya untuk lain kesempatan saja. Menyambung pembicaraan dengan kawan di Hotel itu, di sini saya kutipkan beberapa riwayat dalam Shahih al-Bukhari yang menyebut ‘alaihas salaam setelah nama Sayyidah Faathimah. Berikut di antaranya: Shahih al-Bukhari 2:243, 3:229 Kitab al-Jihad wa al-Sayr hadits dari Sahl ra, 4:42, 47, 48 bab Du’a al-Nabi Saw, dan masih banyak lagi. Tidak kurang dari tiga puluhan hadits yang bercerita tentang keluarga Nabi, dan semuanya diakhiri dengan ‘alaihi dan ‘alaihas salaam.
Dalam tulisan ini, saya justru ingin membahas hal yang lainnya. Malam Jumat lalu, bersama anak-anak SMA Plus Muthahhari yang akan menghadapi Ujian Nasional, kami berdoa bersama, untuk keberhasilan mereka, untuk kesuksesan meraih cita-cita. Pada saat yang sama, malam Jumat itu bertepatan dengan 20 Jumadil Akhir, malam kelahiran putri Nabi Saw, Sayyidah Fathimah ‘alaiha salaam itu. Kami bacakan Surat Yasin untuk keberhasilan anak-anak, dan kami bacakan Surat Al-Insan untuk keberkahan kelahiran putri Rasulullah Saw. Kata Dr. Muhammad Iqbal, Surat Al-Insan diturunkan untuk Sayyidah Fathimah sa dan Imam Ali as yang bernazar puasa untuk kesembuhan kedua putranya. Begitu mereka memulai nazar mereka, setiap berbuka datang orang meminta jatah berbuka. Hari pertama orang miskin, hari kedua anak yatim, hari ketiga tawanan yang terbuang. Tiga hari berturut-turut itu mereka hadiahkan makanan berbuka, dan melanjutkan puasa dengan seteguk air dan butir kurma.
Mungkin Sayyidah Fathimah sa kurang populer di negeri ini, atau namanya dinisbatkan hanya pada mazhab pecinta keluarga Nabi Saw saja. Padahal ia adalah teladan bagi setiap perempuan dalam Islam. Tanyakan pada orang di sebelah saudara, apa yang diketahuinya tentang putri Nabi itu? Apa hadits yang diriwayatkan olehnya? Apa ilmu yang diajarkannya? Tahukah kita, bahwa tasbih selesai shalat kita disebut dengan tasbihat azZahra? Hadiah Nabi Saw untuk putri yang sangat dikasihinya.
Saya tidak hendak membincangkan khusus tentang kedudukan Sayyidah Fathimah sa dalam Islam. Cukuplah beberapa twit (@miftahrakhmat) singkat saya tentangnya yang saya kutip berikut ini.
- Tak seorang pun dlm Islam punya keistimewaan seperti dia: ayahnya nabi, suaminya wali, putranya teladan suci. Ialah Fathimah sa.
- Keistimewaan bukan berarti mengunggulkan. Ia anugerah khusus Sang Pencipta pada setiap insan, pada para kekasih hati dan teladan pilihan.
- Hanya Sayyidah Fathimah sa pula satu-satunya yang menjadi teladan, role model yang dapat menjadi panutan bagi setiap perempuan. Siapapun.
- Ia contoh anak teramat berbakti pada orangtuanya. Rasulullah Saw memanggilnya haru: Ummu Abiha. Ialah ibu bagi ayahnya. Khidmat segalanya.
- Ia pula istri teramat taat, shalehah, patuh & pengasih pada suaminya. Ali as di atas pusaranya: salam dariku, tiada darimu saat tanpa cinta.
- Ia juga ibu teramat pengasih. Wisudawan didikannya seteguh santun Al-Hasan, setulus jihad Al-Husain, dan setegar gunung kesabaran Zainab raa.
- Maka kepada siapa lagi seorang perempuan & kita semua berguru? Ia hadir di Uhud & berbagai medan. Khotbahnya ilmu & hak yang diperjuangkan.
- Siapa lagi dlm sejarah Islam, jadi teladan seorang ibu, putri, & istri sekaligus? Apa yang kautahu ttg Fathimah, saudaraku? Putri Nabi itu.
- Nabi Saw: Fathimah belahan diriku. Siapa buatnya murka, ia buatku murka (al-Bukhari 3:1144); menyakitinya menyakitiku (al-Muslim 4:1903).
Lalu, apa yang ingin saya tuliskan? Hadiah bagi semua ungkap sambung kasih itu. Kawan-kawan saya di Hotel di Bandung itu masih memperkenankan saya khotbah Jumat ketika di beberapa masjid lain saya sudah di-persona non gratakan. Dulu, jadwal khotbah Jumat saya padat. Kini, lebih sedikit. Katanya ada yang bergerilya ke masjid-masjid dan melihat daftar para penceramah. Saya termasuk yang diberi warning, “Hati-hati dengan nama ini.” Ujar seorang pengurus masjid di tempat lain yang masih juga memperkenankan saya hadir. Saya tidak ingin berburuk sangka. Saya ingin menyambung tali kasih saja.
Di sebuah hotel di Bandung itu, kata pengurus masjid, jamaah selalu bertanya kapan saya ceramah lagi. Kata mereka, saya bawa materi baru. Materi yang tak biasa. ‘Ala kulli haal. Terjadilah apa yang terjadi.
Mengapa saya di persona non gratakan? Karena—ya itu tadi—shalawat saya pakai “wa ali” lalu setelah nama keluarga nabi saya sebut “’alaihi atau ‘alaiha salam.” Bagi jumhur umat, ini tak dibenarkan. Saya disalahkan.
Saya ingin menyambung tali kasih saja. Sering juga dituduhkan mazhab Islam yang saya pilih ternyata pilih kasih pada para sahabat dan istri Nabi. Tak mau meriwayatkan hadis dari mereka. Saya ingin buktikan itu keliru. Benar saya pernah berkata, ‘Aisyah ra disebut Ummul Mu’minin dan Sayyidah Fathimah sa putri Nabi digelari ‘Ummu Abiha’. Keduanya penghormatan dalam Islam. Yang satu ibu bagi kaum Mukminin, yang lainnya ‘ibu bagi ayahandanya’. Bila di satu timbangan ada kaum Mukminin dan di timbangan lain ada ayahanda sang putri Nabi Saw, ke arah mana berat timbangan? Sulit menjawabnya. Karena itu, janganlah membanding-bandingkan. Jangan pernah menyandingkan. Sampaikan salam dan doa bagi para teladan sepanjang zaman itu.
Lihat, bagaimana para ulama terdahulu memberikan contoh. Untuk menunjukkan kedudukan Sayyidah Fathimah sa sebagai teladan Islam, mari kita lihat dan baca beberapa riwayat tentang Sayyidah Fathimah sa yang diriwayatkan oleh Ummul Mu’minin itu. Hari Ahad yang lalu, di pengajian, ayah saya membaca tiga atau empat di antaranya. Kini saya kutipkan hingga 40. Konon, yang menghafal 40 hadits Nabi Saw diberikan keutamaan dan pahala yang besar. Saya yakin dengan menuliskannya dan menyebarluaskannya juga akan memperoleh sebagian dari keberkahan itu.