Kemarin, jutaan saudara kita dari seluruh dunia berkumpul di padang Arafah. Inilah puncak dari seluruh perjalanan haji. “Al-Hajju ‘Arafah” sabda Nabi saw. Haji itu Arafah. Jutaan manusia dari berbagai bangsa, min kulli fajjin ‘amîq, dari seluruh pelosok dunia, berbaiat suci di hadapan hadirat Ilahi. 1419 tahun yang lalu, jumlah manusia yang berkumpul di situ hanya sekitar 140 ribu orang saja. Tapi di antara mereka ada seorang manusia yang merupakan penghulu dari seluruh umat manusia, bahkan penghulu dari seluruh ciptaan Tuhan. Manusia paling mulia itu menambatkan ontanya, Al-Qashwa, di bukit Namirah.
HARI itu para pembesar Quraisy mengadakan sidang umum. Mereka memperbincangkan berkembangnya gerakan baru yang diasaskan Muhammad. Ada dua pilihan. To shoot it out atau to talk it out. Membasmi gerakan itu sampai habis atau mengajaknya bicara sampai tuntas. Pilihan kedua yang diambil. **** Surah al-Kautsar adalah surat Makkiyah, terdiri dari tiga ayat, diturunkan setelah surat Al-‘Adiyat. Hubungan surat ini dengan surat sebelumnya (surat Al-Ma‘un), adalah bila Allah menjelaskan dalam surat terdahulu tentang orang yang mendustakan agama dengan empat macam sifat, yaitu al-bukhl (bakhil), tidak mau melakukan salat, riya, dan tidak mau memberikan pertolongan, maka dalam surat Al-Kautsar Allah menyebutkan sifat-sifat yang dikaruniakan kepada Rasulullah Saw. berupa kebaikan dan keberkahan. Disebut-kan bahwa beliau diberi Al-Kautsar, yang berarti kebaikan yang banyak, dorongan untuk melakukan salat dan membiasakan-nya, ikhlas dalam melakukannya dan bersedekah kepada kaum fuqara.
Dia memang lahir di Arab, namun beliau wafat pada tahun 578M sebelum Muhammad Saw diutus menjadi Rasul. Tetapi dia dikenal sangat dermawan dan berakhlak mulia, memberi makan orang lapar, menolong orang kesusahan, menjaga kehormatan orang lain, menyebarkan kedamaian. Menurut Rasulullah Saw, ini sifat-sifat orang mukmin. Tetapi karena belum mengenal Islam, para ulama pusing dimana menempatkannya di akhirat, di surga atau di neraka? Ustadz Jalaluddin Rakhmat punya jawaban sendiri di dalam tulisan ini. [majulah-ijabi.org]
Ilustrasi Apakah kita berhak untuk menyebut seseorang gila ketika tidak bisa memahami perilakunya? Atau, apakah kita bisa menyebut seseorang skizoprenik (sejenis kegilaan) ketika tidak mampu memahami pemikirannya? Pertanyaan ini dijawab oleh Ust Jalal dalam sebuah catatan kecil yang ditulisnya sudah cukup lama, 13 Nopember 1990. Walaupun demikian, dalam kehidupan sosial, bahkan dalam kehidupan beragama, catatan ini memberi sudut pandang baru dan masih sangat relevan. [majulah-ijabi.org] RASULULLAH saw bersabda, “Semua urusan yang tidak dimulai dengan basmalah, maka urusan itu terputus.” Apa yang dimaksud dengan amal yang terputus? Amal yang terputus adalah amal yang tidak mempunyai ujung, tidak ada tujuannya. Amal yang tidak mempunyai ujung atau tidak mempunyai tujuan adalah amal yang tidak dimulai dengan nama Allah. Sebaliknya, amal yang dimulai dengan nama Allah tidak akan terputus; amal itu akan berakhir dengan nama Allah lagi. Menurut Syekh Jawad Amuli, begitu pula jika amal kita dimulai dengan hamdalah, maka amal itu akan berujung dengan hamdalah pula. SUATU hari, Allah SWT berfirman kepada Nabi Musa as, "Hai Musa, bila nanti kau akan bertemu dengan-Ku lagi, bawalah seseorang yang menurutmu kamu lebih baik daripada dia." Nabi Musa as lalu pergi ke mana-mana; ke jalanan, pasar, dan tempat-tempat ibadat. Ia selalu menemukan dalam diri setiap orang itu suatu kelebihan dari dirinya. Mungkin dalam beberapa hal yang lain, orang itu lebih jelek dari Nabi Musa, tetapi Nabi Musa selalu menemukan ada hal pada diri orang itu yang lebih baik dari dirinya. Nabi Musa tidak mendapatkan seorang pun yang terhadapnya Nabi Musa dapat berkata, "Aku lebih baik dari dia." [Ilustrasi, sumber Antara] KH. DR. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc “Jika aku bisa mengayunkan tongkat sihirku dan harus memilih apakah melenyapkan perkosaan atau agama, aku tidak akan ragu-ragu lagi untuk melenyapkan agama, ” tulis Sam Harris, tokoh yang dianggap salah satu oknum dalam the Unholy Trinity of Atheism. Dua orang oknum lainnya adalah Daniel Dennett dan Richard Dawkins. Mereka sepakat bahwa agama sudah semestinya ditinggalkan manusia bukan karena alasan teologis, tetapi -masih kata Harris- “agama telah menjadi sumber kekerasan sekarang ini dan pada setiap zaman di masa yang lalu”[i] |
TentangHalaman ini untuk mengumpulkan tulisan-tulisan dan pendapat Ustadz Jalal yang lebih "serius", baik yang sudah pernah dimuat di berbagai sumber, maupun yang disiapkan khusus oleh beliau untuk mengisi rubrik ini. Silahkan mengirimkan tanggapan atas tulisan-tulisan di sini dengan mengirimkan-nya kepada Admin di: Arsip
April 2014
Subjek
All
|