Memperingati hari Idul Ghadir 1434H, Pengurus Pusat Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI) menyelenggarakan seminar internasional dengan tema "Imam Ali as, Putra Ka'bah Pemersatu Ummah". Acara yang dihadiri sekitar 3000-an kaum muslimin dari berbagai wilayah di Indonesia tersebut dilaksanakan di Gedung Smesco, Jl. Gatot Subroto Jakarta pada Sabtu tanggal 26 Oktober 2013. [majulah-ijabi.org]
Acara yang dimulai sekitar jam 9 pagi tersebut adalah seminar internasional yang menghadirkan pembicara dari Iran dan organisasi Islam besar di Indonesia. Ada segelintir orang yang mengira bahwa acara tersebut akan diisi dengan ritual khusus mazhab ahlulbait yang merayakan hari raya Idul Ghadir. Namun, acara tersebut laiknya seminar lainnya, adalah penyampaian beberapa materi dari para pembicara yang diundang mengisi seminar.
Pada kesempatan tersebut, acara dibuka dengan sambutan ketua PP IJABI, Ust. Syamsuddin Baharuddin serta keynote speech dari Duta Besar Iran untuk Indonesia, Dr. Mahmoud Farazandeh setelah lantunan ayat-ayat suci Alquran, gegap lagu Indonesia raya serta Hymne dan Mars IJABI. Beberapa undangan yang diantaranya juga menjadi narasumber di acara ini adalah Asisten Deputi Gubernur DKI Jakarta bidang Pengendalian Kependudukan, Drs. Usmayadi, M.Si.; Rais Syuriah PBNU KH. Syaifuddin Amtsir; Ketua PP 'Aisyiyah yang juga Rektor Universitas Muhammadiyyah Jakarta, Prof. Dr. Masyitoh Chusnan, M.A.; Budayawan H. Ridwan Saidi; Dr. Mohammad Hosein Safakhah, Chairperson dari Center for Iranian Studies, Azad University; Dr. Mohammad Mahdi Mazahery, penasehat untuk Kementrian Kebudayaan Republik Islam Iran; serta Ketua Dewan Syura IJABI Dr. KH. Jalaluddin Rakhmat. Pada kesempatan tersebut turut juga hadir Duta Besar Paraguay untuk Indonesia, Cecar Estebon Grillion dan Atase Kebudayaan Iran Dr. Hujjatullah Ebrahimiyan.
Mengajak Pemuda Indonesia Belajar Kepada Imam Ali
Ketua Umum PP IJABI Ust Syamsuddin Baharuddin mengatakan, berdekatannya antara peringatan Idul Ghadir dan Hari Sumpah Pemuda, menyiratkan harapan atas keprihatinan yang menimpa bangsa Indonesia saat ini. Idul Ghadir menghadirkan Imam Ali sebagai teladan, bagi pemuda Indonesia khususnya, untuk menghidupkan kembali semangat persatuan dan kesatuan. Melalui momen al-Ghadir ini, IJABI ingin lebih memperkenalkan putra terbaik Islam yang dilahirkan di Ka'bah, yang dibimbing di dalam rumah Kenabian.
Umat Islam di Indonesia menjadi bagian terbesar kekuatan bangsa. Oleh karena itu, jika umat Islam Indonesia bersatu, kuatlah bangsa; dan sebaliknya, jika umat Islam bercerai berai, lemah bahkan hancurlah negara. Itulah sebabnya seminar Idul Ghadir ini mengambil sosok Imam Ali sebagai pelajaran. Imam Ali dilahirkan di Ka'bah, simbol pemersatu ummat Islam. Semasa kecilnya dibimbing langsung oleh Rasulullah Saw. Imam Ali juga pembela Nabi Saw ketika masih sangat muda, membantu Nabi Saw menegakkan agama ketika masih sangat belia. Dan peran Imam Ali terbukti semakin pentingnya setelah Rasulullah Saw wafat.
Maka dengan penyelenggaraan acara al-Ghadir ini, IJABI ingin berkontribusi dalam ikhtiar menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, mengambil hikmah dari Imam Ali yang mewakafkan dirinya menjaga persatuan Islam sepanjang hidupnya. Bagi IJABI, NKRI yang berdiri tegak di atas dasar Pancasila harus tetap dijaga keutuhannya dari rongrongan kelompok-kelompok yang suka memecah belah persatuan, tidak menghargai Bhinneka Tunggal Ika, bahkan yang ingin mengganti dasar negara dengan mendirikan negara agama.
Response Positif Perayaan Idul Ghadir Dari Tokoh Agama dan Masyarakat
Mewakili pemerintah DKI Jakarta, Drs. Usmayadi, M.Si. membacakan pesan tertulis Gubernur Joko Widodo. Dalam sambutannya, Gubernur mendukung penuh acara perayaan Ghadir ini dan berterima kasih karena telah diundang ke acara ini. Pemerintah DKI juga sangat mendukung setiap acara yang dilakukan untuk mempererat ikatan elemen masyarakat dan memperkuat pilar bangsa sebagaimana yang menjadi tujuan perayaan Idul Ghadir oleh pengurus pusat IJABI ini.
Budayawan Ridwan Saidi ketika menyampaikan sambutannya sangat bersemangat. Beliau bahkan mengajak untuk meneriakkan "Hidup IJABI.... Hidup IJABI" yang kemudian disambut gempita oleh hadirin yang memenuhi gedung Smesco di ruang utama dan tribun atas. Sebagai mantan pengurus HMI dan mengaku akrab dengan KH Jalaluddin Rakhmat sejak aktif di HMI dulu, budayawan Betawi ini menyatakan kegembiraan karena mengetahui banyak alumni HMI yang aktif di IJABI. Selain mengatakan bahwa banyak ulama Betawi dulu yang mengajarkan lagu-lagu yang sering dinyanyikan oleh pengikut mazhab ahlulbait, beliau juga mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan Kang Jalal saat ini.
Selain itu, KH Syaifuddin Amtsir menyampaikan pengalamannya ketika mengunjungi Iran. Beliau menyampaikan bahwa apa yang sering didengar tentang perlakuan yang tidak benar terhadap ulama dan pengikut mazhab ahlussunnah di Iran adalah kebohongan besar dari media yang ingin mengadudomba kaum muslimin. Beliau menambahkan bahwa banyak ulama ahlussunnah dan ahlulbait di Iran yang sepakat tentang pendekatan mazhab-mazhab Islam. Dan yang bisa dipetik dari kesamaan pandangan tersebut adalah bahwa taqrib bukanlah menjadikan sunni menjadi syi'i atau menjadikan syi'i menjadi sunni. Taqrib adalah mencari persamaan dari perbedaan dan mencari alat pemersatu dari persamaan tersebut.
Di bagian akhir acara, Ketua Dewan Syura IJABI Dr. KH Jalaluddin Rakhmat serta Ketua PP IJABI Ust Syamsuddin Baharuddin memberikan apresiasi dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pembicara yang berkenan hadir sebagai narasumber di acara ini. Mereka juga menyampaikan penghargaan dan terima kasih tulus kepada seluruh aparat keamanan dari jajaran Polri dan TNI yang telah menjalankan tugasnya secara profesional dalam membantu pengamanan pelaksanaan acara. IJABI menunjukkan kebanggaannya kepada Polri dan TNI yang telah menunjukkan komitmen tinggi untuk bersama-sama menjaga keutuhan NKRI dari rongrongan kelompok intoleran yang selalu memaksakan kehendak kepada orang lain.
Demo Menolak Perayaan Idul Ghadir
Pada saat acara berlangsung, sekelompok kecil orang yang membawa atribut Majelis Mujahidin Indonesia melakukan demo menuntut pembubaran acara. Mereka menyampaikan bahwa selain dilakukan oleh pengikut Syi'ah yang sesat, acara ini juga tidak memiliki izin dari aparat. Sehari sebelumnya, kelompok ini bahkan telah menebar teror untuk membubarkan acara ini secara paksa jika pihak kepolisian tetap memberikan izin. Mereka, melalui media online milik sendiri, mengajak kelompok lainnya untuk melakukan demo bersama dan berjanji membawa ribuan massa untuk pembubaran acara Ghadir IJABI ini.
Menanggapi tuntutan pembubaran acara seperti yang disampaikan oleh Abu Jibril yang juga hadir dalam demo tersebut, Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Wahyu Hadiningrat menyampaikan bahwa acara ini sudah memiliki izin dan bahwa kepolisian telah menerima izin resminya. Akhirnya kelompok kecil yang hanya terdiri dari puluhan orang tersebut melakukan orasi di depan pintu gedung Smesco yang kemudian pulang sendiri sekitar jam 12 siang. Acara al-Ghadir sendiri berakhir sekitar jam 1 siang seperti yang telah direncanakan sebelumnya.
Pada kesempatan tersebut, acara dibuka dengan sambutan ketua PP IJABI, Ust. Syamsuddin Baharuddin serta keynote speech dari Duta Besar Iran untuk Indonesia, Dr. Mahmoud Farazandeh setelah lantunan ayat-ayat suci Alquran, gegap lagu Indonesia raya serta Hymne dan Mars IJABI. Beberapa undangan yang diantaranya juga menjadi narasumber di acara ini adalah Asisten Deputi Gubernur DKI Jakarta bidang Pengendalian Kependudukan, Drs. Usmayadi, M.Si.; Rais Syuriah PBNU KH. Syaifuddin Amtsir; Ketua PP 'Aisyiyah yang juga Rektor Universitas Muhammadiyyah Jakarta, Prof. Dr. Masyitoh Chusnan, M.A.; Budayawan H. Ridwan Saidi; Dr. Mohammad Hosein Safakhah, Chairperson dari Center for Iranian Studies, Azad University; Dr. Mohammad Mahdi Mazahery, penasehat untuk Kementrian Kebudayaan Republik Islam Iran; serta Ketua Dewan Syura IJABI Dr. KH. Jalaluddin Rakhmat. Pada kesempatan tersebut turut juga hadir Duta Besar Paraguay untuk Indonesia, Cecar Estebon Grillion dan Atase Kebudayaan Iran Dr. Hujjatullah Ebrahimiyan.
Mengajak Pemuda Indonesia Belajar Kepada Imam Ali
Ketua Umum PP IJABI Ust Syamsuddin Baharuddin mengatakan, berdekatannya antara peringatan Idul Ghadir dan Hari Sumpah Pemuda, menyiratkan harapan atas keprihatinan yang menimpa bangsa Indonesia saat ini. Idul Ghadir menghadirkan Imam Ali sebagai teladan, bagi pemuda Indonesia khususnya, untuk menghidupkan kembali semangat persatuan dan kesatuan. Melalui momen al-Ghadir ini, IJABI ingin lebih memperkenalkan putra terbaik Islam yang dilahirkan di Ka'bah, yang dibimbing di dalam rumah Kenabian.
Umat Islam di Indonesia menjadi bagian terbesar kekuatan bangsa. Oleh karena itu, jika umat Islam Indonesia bersatu, kuatlah bangsa; dan sebaliknya, jika umat Islam bercerai berai, lemah bahkan hancurlah negara. Itulah sebabnya seminar Idul Ghadir ini mengambil sosok Imam Ali sebagai pelajaran. Imam Ali dilahirkan di Ka'bah, simbol pemersatu ummat Islam. Semasa kecilnya dibimbing langsung oleh Rasulullah Saw. Imam Ali juga pembela Nabi Saw ketika masih sangat muda, membantu Nabi Saw menegakkan agama ketika masih sangat belia. Dan peran Imam Ali terbukti semakin pentingnya setelah Rasulullah Saw wafat.
Maka dengan penyelenggaraan acara al-Ghadir ini, IJABI ingin berkontribusi dalam ikhtiar menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, mengambil hikmah dari Imam Ali yang mewakafkan dirinya menjaga persatuan Islam sepanjang hidupnya. Bagi IJABI, NKRI yang berdiri tegak di atas dasar Pancasila harus tetap dijaga keutuhannya dari rongrongan kelompok-kelompok yang suka memecah belah persatuan, tidak menghargai Bhinneka Tunggal Ika, bahkan yang ingin mengganti dasar negara dengan mendirikan negara agama.
Response Positif Perayaan Idul Ghadir Dari Tokoh Agama dan Masyarakat
Mewakili pemerintah DKI Jakarta, Drs. Usmayadi, M.Si. membacakan pesan tertulis Gubernur Joko Widodo. Dalam sambutannya, Gubernur mendukung penuh acara perayaan Ghadir ini dan berterima kasih karena telah diundang ke acara ini. Pemerintah DKI juga sangat mendukung setiap acara yang dilakukan untuk mempererat ikatan elemen masyarakat dan memperkuat pilar bangsa sebagaimana yang menjadi tujuan perayaan Idul Ghadir oleh pengurus pusat IJABI ini.
Budayawan Ridwan Saidi ketika menyampaikan sambutannya sangat bersemangat. Beliau bahkan mengajak untuk meneriakkan "Hidup IJABI.... Hidup IJABI" yang kemudian disambut gempita oleh hadirin yang memenuhi gedung Smesco di ruang utama dan tribun atas. Sebagai mantan pengurus HMI dan mengaku akrab dengan KH Jalaluddin Rakhmat sejak aktif di HMI dulu, budayawan Betawi ini menyatakan kegembiraan karena mengetahui banyak alumni HMI yang aktif di IJABI. Selain mengatakan bahwa banyak ulama Betawi dulu yang mengajarkan lagu-lagu yang sering dinyanyikan oleh pengikut mazhab ahlulbait, beliau juga mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan Kang Jalal saat ini.
Selain itu, KH Syaifuddin Amtsir menyampaikan pengalamannya ketika mengunjungi Iran. Beliau menyampaikan bahwa apa yang sering didengar tentang perlakuan yang tidak benar terhadap ulama dan pengikut mazhab ahlussunnah di Iran adalah kebohongan besar dari media yang ingin mengadudomba kaum muslimin. Beliau menambahkan bahwa banyak ulama ahlussunnah dan ahlulbait di Iran yang sepakat tentang pendekatan mazhab-mazhab Islam. Dan yang bisa dipetik dari kesamaan pandangan tersebut adalah bahwa taqrib bukanlah menjadikan sunni menjadi syi'i atau menjadikan syi'i menjadi sunni. Taqrib adalah mencari persamaan dari perbedaan dan mencari alat pemersatu dari persamaan tersebut.
Di bagian akhir acara, Ketua Dewan Syura IJABI Dr. KH Jalaluddin Rakhmat serta Ketua PP IJABI Ust Syamsuddin Baharuddin memberikan apresiasi dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pembicara yang berkenan hadir sebagai narasumber di acara ini. Mereka juga menyampaikan penghargaan dan terima kasih tulus kepada seluruh aparat keamanan dari jajaran Polri dan TNI yang telah menjalankan tugasnya secara profesional dalam membantu pengamanan pelaksanaan acara. IJABI menunjukkan kebanggaannya kepada Polri dan TNI yang telah menunjukkan komitmen tinggi untuk bersama-sama menjaga keutuhan NKRI dari rongrongan kelompok intoleran yang selalu memaksakan kehendak kepada orang lain.
Demo Menolak Perayaan Idul Ghadir
Pada saat acara berlangsung, sekelompok kecil orang yang membawa atribut Majelis Mujahidin Indonesia melakukan demo menuntut pembubaran acara. Mereka menyampaikan bahwa selain dilakukan oleh pengikut Syi'ah yang sesat, acara ini juga tidak memiliki izin dari aparat. Sehari sebelumnya, kelompok ini bahkan telah menebar teror untuk membubarkan acara ini secara paksa jika pihak kepolisian tetap memberikan izin. Mereka, melalui media online milik sendiri, mengajak kelompok lainnya untuk melakukan demo bersama dan berjanji membawa ribuan massa untuk pembubaran acara Ghadir IJABI ini.
Menanggapi tuntutan pembubaran acara seperti yang disampaikan oleh Abu Jibril yang juga hadir dalam demo tersebut, Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Wahyu Hadiningrat menyampaikan bahwa acara ini sudah memiliki izin dan bahwa kepolisian telah menerima izin resminya. Akhirnya kelompok kecil yang hanya terdiri dari puluhan orang tersebut melakukan orasi di depan pintu gedung Smesco yang kemudian pulang sendiri sekitar jam 12 siang. Acara al-Ghadir sendiri berakhir sekitar jam 1 siang seperti yang telah direncanakan sebelumnya.