Jamaah yang mengikuti Peringatan Asyura 1434H
Sebagaimana yang sudah menjadi kegiatan rutin, pada tanggal 23 Nopember 2012 lalu, IJABI Sulawesi Selatan bersama jamaah ahlulbait di Makassar memperingati hari duka Asyura tanggal 10 Muharram 1434H. Acara yang dilaksanakan di Ballroom Graha Pena Makassar tersebut dihadiri oleh lebih dari 1000 jamaah. Laporan citizen reporter kami Wiwik Syam dan Halimah Usman dirangkum oleh Mustamin al-Mandary berikut ini [majulah-ijabi.org]
Imam Husain bin Ali as adalah salah satu dari cucu penyejuk mata Rasulullah Saw. Berbagai riwayat menyebutkan Rasulullah Saw memperlakukan beliau dengan penuh kasih sayang. Dalam berbagai kejadian, Rasulullah Saw menunjukkan kecintaan dan kasih sayangnya yang tiada bandingnya, bahkan ketika dalam salat. Rasulullah Saw juga menyebutkan bahwa Imam Husain bin Ali as adalah salah satu dari penghulu pemuda surga.
Namun ternyata, bagian akhir kehidupan Imam Husain bin Ali as tidak seindah semasa bersamanya dengan Rasulullah Saw. Beliau syahid secara mengenaskan bersama 70-an anggota keluarga dan para sahabatnya di Karbala tanggal 10 Muharram 61H. Mereka dibantai dengan keji oleh puluhan ribu tentara yang mengaku sebagai utusan penguasa khilafah Islam.
Kejadian tragis inilah yang diperingati setiap tanggal 10 Muharram oleh pengikut mazhab ahlulbait, seperti yang dilakukan oleh pengurus Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI) bersama yayasan dan jamaah ahlulbait di Sulawesi Selatan. Tahun ini, peringatan Asyura mengambil tema "Bersama al-Husain as Bebaskan al-Quds". Acara yang dilaksanakan di ballroom Gedung Graha Pena Makassar tersebut, dihadiri juga oleh KH Ustadz Jalaluddin Rakhmat, yang juga adalah Ketua Dewan Syura IJABI.
Dalam penyampaian hikmah Asyura, Ustadz Jalal, demikian beliau dipanggil oleh jamaah ahlulbait di Indonesia, menyampaikan bahwa salah tugas kita adalah memperkenalkan kewajiban mencintai Rasulullah Saw dan para keluarganya. Jika sekiranya kita dicerca dan dicemooh karena kesedihan di hari Asyura, kita hendaknya tidak bersedih karena pada saat yang sama, kita sebenarnya sedang membahagiakan Rasulullah Saw; kita bersedih karena sedihnya. Menangisi megatragedi Karbala, hari syahadah Imam Husain as bersama keluarga dan pengikutnya, bukanlah bentuk kelemahan. Tetapi, tangisan atas tragedi Karbala di hari Asyura adalah bentuk perlawanan lembut dan protes menentang kezaliman penguasa.
Ustadz Jalal juga menyampaikan, menangisi kesyahidan Imam Husain as adalah bentuk ungkapan kecintaan kepada ahlulbait Nabi Saw. Peringatan Asyura juga menjadi ejawantah kerinduan kepada Rasulullah Saw dan keluarganya. Kecintaan kepada Imam Husain as bukanlah hanya milik kaum muslimin semata, bukan hanya kepunyaan pengikut mazhab ahlulbait saja, tetapi menjadi milik sesiapa yang mencintai kebenaran dan keadilan yang diperjuangkannya.
Di bagian lain ceramahnya, Ustadz Jalal juga menceritakan penggalan kejadian di Karbala. Beliau menceritakan tentang anak kecil yang dengan gagah berani ikut dalam perang melawan tentara Yazid. Anak kecil itu akhirnya syahid dalam keadaan kedua tangannya terputus. Hal ini menjadi bukti bahwa kecintaan kepada Imam Husain as bukan hanya milik orang-orang dewasa, bahkan di usia yang masih sangat belia sekalipun, pengikut Imam Husain as menunjukkan kecintaan kepada beliau tanpa syarat: mengorbankan jiwa dan raga demi membela Imam Husain as.
Sebagaimana biasanya di setiap acara-acara yang diselenggarakan oleh IJABI, acara yang dimulai sekitar jam 19.30 ini dimulai dengan pembacaan ayat suci Alquran. Selanjutnya jamaah diajak untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya serta Hymne dan Mars IJABI bersama-sama. Sebelum Ustadz Jalal menyampaikan ceramah Asyura dan pembacaan maqtal, Team Misykat yang merupakan asuhan pengurus IJABI mempersembahkan musikalisasi puisi tentang kecintaan dan kerinduan kepada Imam Husain as. Acara kemudian berakhir sekitar jam 23.00 dengan pembacaan doa dari Ust. Mukhammad Idrus.
Acara peringatan Asyura IJABI 1434H ini sempat didemo oleh sekelompok massa yang mengatasnamakan sebuah ormas di Makassar. Namun dengan kerjasama panitia, polisi dan pengamanan gedung Graha Pena, para pendemo tersebut membubarkan diri dan tidak berhasil melakukan ancamannya.
Namun ternyata, bagian akhir kehidupan Imam Husain bin Ali as tidak seindah semasa bersamanya dengan Rasulullah Saw. Beliau syahid secara mengenaskan bersama 70-an anggota keluarga dan para sahabatnya di Karbala tanggal 10 Muharram 61H. Mereka dibantai dengan keji oleh puluhan ribu tentara yang mengaku sebagai utusan penguasa khilafah Islam.
Kejadian tragis inilah yang diperingati setiap tanggal 10 Muharram oleh pengikut mazhab ahlulbait, seperti yang dilakukan oleh pengurus Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI) bersama yayasan dan jamaah ahlulbait di Sulawesi Selatan. Tahun ini, peringatan Asyura mengambil tema "Bersama al-Husain as Bebaskan al-Quds". Acara yang dilaksanakan di ballroom Gedung Graha Pena Makassar tersebut, dihadiri juga oleh KH Ustadz Jalaluddin Rakhmat, yang juga adalah Ketua Dewan Syura IJABI.
Dalam penyampaian hikmah Asyura, Ustadz Jalal, demikian beliau dipanggil oleh jamaah ahlulbait di Indonesia, menyampaikan bahwa salah tugas kita adalah memperkenalkan kewajiban mencintai Rasulullah Saw dan para keluarganya. Jika sekiranya kita dicerca dan dicemooh karena kesedihan di hari Asyura, kita hendaknya tidak bersedih karena pada saat yang sama, kita sebenarnya sedang membahagiakan Rasulullah Saw; kita bersedih karena sedihnya. Menangisi megatragedi Karbala, hari syahadah Imam Husain as bersama keluarga dan pengikutnya, bukanlah bentuk kelemahan. Tetapi, tangisan atas tragedi Karbala di hari Asyura adalah bentuk perlawanan lembut dan protes menentang kezaliman penguasa.
Ustadz Jalal juga menyampaikan, menangisi kesyahidan Imam Husain as adalah bentuk ungkapan kecintaan kepada ahlulbait Nabi Saw. Peringatan Asyura juga menjadi ejawantah kerinduan kepada Rasulullah Saw dan keluarganya. Kecintaan kepada Imam Husain as bukanlah hanya milik kaum muslimin semata, bukan hanya kepunyaan pengikut mazhab ahlulbait saja, tetapi menjadi milik sesiapa yang mencintai kebenaran dan keadilan yang diperjuangkannya.
Di bagian lain ceramahnya, Ustadz Jalal juga menceritakan penggalan kejadian di Karbala. Beliau menceritakan tentang anak kecil yang dengan gagah berani ikut dalam perang melawan tentara Yazid. Anak kecil itu akhirnya syahid dalam keadaan kedua tangannya terputus. Hal ini menjadi bukti bahwa kecintaan kepada Imam Husain as bukan hanya milik orang-orang dewasa, bahkan di usia yang masih sangat belia sekalipun, pengikut Imam Husain as menunjukkan kecintaan kepada beliau tanpa syarat: mengorbankan jiwa dan raga demi membela Imam Husain as.
Sebagaimana biasanya di setiap acara-acara yang diselenggarakan oleh IJABI, acara yang dimulai sekitar jam 19.30 ini dimulai dengan pembacaan ayat suci Alquran. Selanjutnya jamaah diajak untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya serta Hymne dan Mars IJABI bersama-sama. Sebelum Ustadz Jalal menyampaikan ceramah Asyura dan pembacaan maqtal, Team Misykat yang merupakan asuhan pengurus IJABI mempersembahkan musikalisasi puisi tentang kecintaan dan kerinduan kepada Imam Husain as. Acara kemudian berakhir sekitar jam 23.00 dengan pembacaan doa dari Ust. Mukhammad Idrus.
Acara peringatan Asyura IJABI 1434H ini sempat didemo oleh sekelompok massa yang mengatasnamakan sebuah ormas di Makassar. Namun dengan kerjasama panitia, polisi dan pengamanan gedung Graha Pena, para pendemo tersebut membubarkan diri dan tidak berhasil melakukan ancamannya.