
Pendemo Peringatan Asyura IJABI dihadang oleh Polisi
Peringatan Asyura 1434H yang diadakan oleh Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI) bersama jamaah dan yayasan ahlulbait di Makassar tanggal 23 Nopember lalu, didemo oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan sebuah ormas di Makassar. Mereka hendak membubarkan acara tersebut tetapi tidak kesampaian. Mustamin al-Mandary menulis catatan atas peristiwa tersebut berdasarkan informasi dari beberapa jamaah yang menyaksikan demo tersebut [majulah-ijabi.org]
Kronologi Kejadian
Semula peringatan Asyura yang dilaksanakan di ballroom Graha Pena tersebut berlangsung tertib. Setelah pembukaaan acara, Ketua PW IJABI Sulsel Syamsuddin Baharuddin dipanggil oleh panitia untuk bertemu dengan Kasat Intelkam Polrestabes Makassar yang datang ke tempat acara. Kasat Intelkam tersebut menyampaikan bahwa sekelompok orang dari ormas tertentu, beliau tidak menyebutkan nama ormasnya, hendak mendatangi acara peringatan Asyura dan membubarkan pelaksanaan acara tersebut. Kasat Intelkam sempat bertanya kepada Syamsuddin, "bagaimana menurut Ustadz?". Syamsuddin menjawab bahwa mereka boleh tidak sepaham dengan pengikut mazhab ahlulbait, tetapi kelompok itu tidak bisa menghalangi pelaksanaan peringatan Asyura. "Penyelenggaraan peringatan Asyura yang dilaksanakan oleh IJABI bekerjasama dengan yayasan dan jamaah ahlulbait di Makassar ini sudah memenuhi prosedur hukum," jelasnya.
Syamsuddin kemudian menambahkan bahwa IJABI sudah menyampaikan pemberitahuan resmi pelaksanaan acara ini kepada pihak kepolisian sesuai prosedur yang berlaku. Selain itu, dari sisi agama, tidak ada satupun isi kegiatan ini yang bertentangan dengan ajaran Islam yang disepakati oleh jumhur ulama. Dengan penjelasan ini, Kasat Intelkam kemudian mempersilahkan acara dilanjutkan tetapi diharapkan bisa dipercepat.
Beberapa saat kemudian, Syamsuddin dipanggil lagi. Pihak kepolisian menyampaikan bahwa kelompok pendemo tersebut sudah datang dan meminta acara dihentikan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Sekali lagi Ketua PW IJABI Sulsel menjelaskan posisinya. "Seharusnya, aksi ormas itu yang harus dihentikan karena bermaksud memaksakan kehendak dengan cara yang melanggar hukum", tandasnya. "Kami tidak akan menghentikan acara kami hanya karena tekanan sekelompok kecil orang yang hendak memaksakan kehendaknya. Apalagi, kami yakin aparat kepolisian yang sudah datang ke gedung Graha Pena sanggup mengamankan kami dari gangguan massa pengacau tersebut," pungkas Syamsuddin.
Sebelumnya, pihak pengelola gedung Graha Pena juga sempat meminta panitia untuk menghentikan acara. Namun setelah mendapatkan penjelasan dari panitia perihal acara peringatan Asyura, mereka bisa memahami.
Semua pembicaraan ini berlangsung di luar tempat acara. Seluruh rangkaian peringatan Asyura malam itu bisa berjalan sesuai dengan rencana sampai berakhir sekitar jam 23.00. Hal ini tidak terlepas dari bantuan pihak kepolisian Polrestabes Makassar yang mengamankan pelaksanaan acara hingga tuntas. Demikian juga dukungan dari pengelola gedung yang sangat profesional. Bahkan salah seorang pengelola gedung sempat meminta maaf atas kejadian ini dan berharap bertemu lagi di acara dan tempat yang sama di tahun depan. Para pendemo sendiri membubarkan diri sekitar satu jam sebelum acara selesai.
Semula peringatan Asyura yang dilaksanakan di ballroom Graha Pena tersebut berlangsung tertib. Setelah pembukaaan acara, Ketua PW IJABI Sulsel Syamsuddin Baharuddin dipanggil oleh panitia untuk bertemu dengan Kasat Intelkam Polrestabes Makassar yang datang ke tempat acara. Kasat Intelkam tersebut menyampaikan bahwa sekelompok orang dari ormas tertentu, beliau tidak menyebutkan nama ormasnya, hendak mendatangi acara peringatan Asyura dan membubarkan pelaksanaan acara tersebut. Kasat Intelkam sempat bertanya kepada Syamsuddin, "bagaimana menurut Ustadz?". Syamsuddin menjawab bahwa mereka boleh tidak sepaham dengan pengikut mazhab ahlulbait, tetapi kelompok itu tidak bisa menghalangi pelaksanaan peringatan Asyura. "Penyelenggaraan peringatan Asyura yang dilaksanakan oleh IJABI bekerjasama dengan yayasan dan jamaah ahlulbait di Makassar ini sudah memenuhi prosedur hukum," jelasnya.
Syamsuddin kemudian menambahkan bahwa IJABI sudah menyampaikan pemberitahuan resmi pelaksanaan acara ini kepada pihak kepolisian sesuai prosedur yang berlaku. Selain itu, dari sisi agama, tidak ada satupun isi kegiatan ini yang bertentangan dengan ajaran Islam yang disepakati oleh jumhur ulama. Dengan penjelasan ini, Kasat Intelkam kemudian mempersilahkan acara dilanjutkan tetapi diharapkan bisa dipercepat.
Beberapa saat kemudian, Syamsuddin dipanggil lagi. Pihak kepolisian menyampaikan bahwa kelompok pendemo tersebut sudah datang dan meminta acara dihentikan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Sekali lagi Ketua PW IJABI Sulsel menjelaskan posisinya. "Seharusnya, aksi ormas itu yang harus dihentikan karena bermaksud memaksakan kehendak dengan cara yang melanggar hukum", tandasnya. "Kami tidak akan menghentikan acara kami hanya karena tekanan sekelompok kecil orang yang hendak memaksakan kehendaknya. Apalagi, kami yakin aparat kepolisian yang sudah datang ke gedung Graha Pena sanggup mengamankan kami dari gangguan massa pengacau tersebut," pungkas Syamsuddin.
Sebelumnya, pihak pengelola gedung Graha Pena juga sempat meminta panitia untuk menghentikan acara. Namun setelah mendapatkan penjelasan dari panitia perihal acara peringatan Asyura, mereka bisa memahami.
Semua pembicaraan ini berlangsung di luar tempat acara. Seluruh rangkaian peringatan Asyura malam itu bisa berjalan sesuai dengan rencana sampai berakhir sekitar jam 23.00. Hal ini tidak terlepas dari bantuan pihak kepolisian Polrestabes Makassar yang mengamankan pelaksanaan acara hingga tuntas. Demikian juga dukungan dari pengelola gedung yang sangat profesional. Bahkan salah seorang pengelola gedung sempat meminta maaf atas kejadian ini dan berharap bertemu lagi di acara dan tempat yang sama di tahun depan. Para pendemo sendiri membubarkan diri sekitar satu jam sebelum acara selesai.
Kesalahpahaman
Di dalam konteks Indonesia, ada beberapa kemungkinan yang menjadi alasan kelompok yang menolak peringatan Asyura. Pertama, mereka memang menolak keberadaan mazhab ahlulbait yang dianggapnya sebagai kelompok kafir dan sesat. Mereka biasanya merujuk kepada fatwa MUI Pusat tahun 1984 yang sebenarnya isi fatwa tersebut tidak menyesatkan Syiah. Namun untuk saat ini, mereka merasa lebih kuat dengan mengutip fatwa MUI Jatim dan MUI Sampang Madura tahun 2012 yang terang-terangan menyesatkan Syiah. Sayangnya, fatwa MUI lokal ini tidak diterima oleh seluruh MUI di Indonesia, bahkan tidak diterima oleh MUI Pusat.
Kedua, dan ini alasan yang dianggap lebih kuat, adalah karena mereka memahami peringatan Asyura adalah ajang pelaknatan sahabat Nabi Saw. Anggapan ini bisa terlihat di website Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) Makassar yang menurunkan berita tentang peringatan Asyura 1434H yang diadakan PW IJABI Sulsel beserta jamaah ahlulbait lainnya. Walaupun dalam ceramahnya di peringatan Asyura tersebut Ustadz Jalaluddin Rakhmat sama sekali tidak menyinggung sahabat Nabi, misalnya Abu Bakar, Umar dan Utsman, tetapi website ini untuk kesekian kalinya menurunkan catatan tentang penghinaan mazhab ahlubait kepada para sahabat Nabi Saw.
Tidak bisa dipungkiri, memang di kalangan yang mengaku pengikut Syiah ada saja kelompok yang masih suka menghina sahabat Nabi Saw. Kasus heboh yang paling terakhir adalah cacian dari seorang yang mengaku ulama Syiah dari Kuwait, Syaikh Yasser Habib, yang sekarang bermukim di Inggris. Karena ulah orang ini, Rahbar Ayatullah Imam Ali Khamenei kembali menegaskan fatwanya tentang keharaman menghina istri Nabi Saw dan simbol-simbol ahlussunnah.
Sebaliknya, masih ada juga kelompok yang mengaku ahlussunnah yang menghina simbol-simbol mazhab ahlulbait. Selain mengkafirkan pengikutnya, sebuah kelompok di Suriah merayakan kegembiraan atas syahidnya Imam Husein as setiap tanggal 10 Muharram. Mereka berpendapat bahwa Imam Husain as adalah orang yang melawan khalifah yang sah di zamannya. Dengan demikian, Imam Husain as meninggal dalam kekafiran.
Tentu kelompok ekstrim di atas tidak bisa dinisbatkan kepada mazhab ahlulbait dan mazhab ahlussunnah. Mereka seharusnya dikeluarkan dari kedua mazhab besar Islam ini dan tidak bisa mewakili keduanya. Di dunia ini banyak contoh pengikut mazhab ahlulbait bisa hidup berdampingan dengan mazhab ahlussunnah secara harmonis. Mereka saling menghormati satu sama lain.
Kembali ke peringatan Asyura, demo pelarangan yang dilakukan oleh sekelompok orang bermula dari kesalahpahaman. Mereka menganggap bahwa seluruh peringatan 10 Muharram akan diisi oleh ucapan laknat kepada sahabat-sahabat Nabi Saw. Mereka salah paham karena melakukan generalisasi. Padahal, jika melihat rangkaian acara keseluruhan, peringatan Asyura yang rutin dilakukan oleh pengikut mazhab ahlulbait di Indonesia akan diisi dengan pembacaan sejarah Imam Husain as dan tragedi Karbala.
Kesalahpahaman yang lain adalah, mereka membid'ahkan ungkapan perasaan di dalam peringatan Asyura tersebut, misalnya menangis, menepuk dada, dan sejenisnya. Mereka menganggap itu bukan ajaran Islam. Mereka trauma dengan prosesi penyiksaan tubuh sampai berdarah-darah di hari Asyura yang sering dilakukan oleh pengikut mazhab ahlulbait di belahan dunia lain. Namun, mereka tidak akan menemukan hal tersebut di Indonesia. Sehingga ketika di peringatan Asyura ada kejadian jamaah menepuk dada, kadang-kadang terlalu dibesar-besarkan menjadi memukul-mukul dada.
Pelajaran
Kejadian untuk pertama kalinya peringatan Asyura didemo di Makassar ini seharusnya bisa memberikan pelajaran. Namun, hubungan yang baik hanya bisa terjadi jika kedua belah pihak bisa memulai dan menunjukkan itikad baik.
Ke depan, peringatan Asyura oleh pengikut mazhab ahlulbait memang tidak boleh diisi dengan apapun yang akan menyakiti perasaan pengikut mazhab ahlussunnah. Tidak boleh ada pelaknatan kepada siapa atau apapun yang dihormati oleh pihak lain. Melihat apa yang telah dilakukan oleh hampir semua pengikut mazhab ahlulbait di Indonesia, misalnya IJABI dan yayasan-yayasan lainnya, mereka sudah bisa memberikan makna lain peringatan Asyura. Sebagian di antaranya telah melakukan kegiatan-kegiatan sosial, misalnya bakti sosial, menjelang peringatan Asyura di malam 10 Muharram. Kegiatan ini tentu akan sangat bermanfaat bukan hanya bagi kalangan kaum muslimin, tetapi juga untuk masyarakat sekitar secara umum.
Pada saat yang sama, kelompok keras yang mengaku pengikut mazhab ahlussunnah yang selama ini mencoba menghalang-halangi kegiatan pengikut mazhab ahlulbait, hendaknya bisa menahan diri. Kita berada di bumi Indonesia, wilayah yang menghormati hak-hak hukum warga negara lainnya. Jika apa yang mereka khawatirkan sudah tidak dilakukan lagi oleh pengikut mazhab ahlulbait, seharusnya mereka bisa menerima kenyataan. Mereka boleh saja tidak sepaham, tetapi mereka harusnya bisa menerima perbedaan itu dengan lapang dada. Bahkan, kita merindukan, kedua kelompok bisa bekerjasama dalam memperingati syahadah Imam Husain suatu saat nanti. Bukankah Imam Husain adalah cucu sekaligus sahabat Nabi Muhammad Saw (dalam defenisi Sahabat Nabi yang umum), dan bukankah Muhammad Saw adalah Nabi yang sama-sama diyakini oleh pengikut mazhab ahlulbait maupun ahlussunnah?
Di dalam konteks Indonesia, ada beberapa kemungkinan yang menjadi alasan kelompok yang menolak peringatan Asyura. Pertama, mereka memang menolak keberadaan mazhab ahlulbait yang dianggapnya sebagai kelompok kafir dan sesat. Mereka biasanya merujuk kepada fatwa MUI Pusat tahun 1984 yang sebenarnya isi fatwa tersebut tidak menyesatkan Syiah. Namun untuk saat ini, mereka merasa lebih kuat dengan mengutip fatwa MUI Jatim dan MUI Sampang Madura tahun 2012 yang terang-terangan menyesatkan Syiah. Sayangnya, fatwa MUI lokal ini tidak diterima oleh seluruh MUI di Indonesia, bahkan tidak diterima oleh MUI Pusat.
Kedua, dan ini alasan yang dianggap lebih kuat, adalah karena mereka memahami peringatan Asyura adalah ajang pelaknatan sahabat Nabi Saw. Anggapan ini bisa terlihat di website Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) Makassar yang menurunkan berita tentang peringatan Asyura 1434H yang diadakan PW IJABI Sulsel beserta jamaah ahlulbait lainnya. Walaupun dalam ceramahnya di peringatan Asyura tersebut Ustadz Jalaluddin Rakhmat sama sekali tidak menyinggung sahabat Nabi, misalnya Abu Bakar, Umar dan Utsman, tetapi website ini untuk kesekian kalinya menurunkan catatan tentang penghinaan mazhab ahlubait kepada para sahabat Nabi Saw.
Tidak bisa dipungkiri, memang di kalangan yang mengaku pengikut Syiah ada saja kelompok yang masih suka menghina sahabat Nabi Saw. Kasus heboh yang paling terakhir adalah cacian dari seorang yang mengaku ulama Syiah dari Kuwait, Syaikh Yasser Habib, yang sekarang bermukim di Inggris. Karena ulah orang ini, Rahbar Ayatullah Imam Ali Khamenei kembali menegaskan fatwanya tentang keharaman menghina istri Nabi Saw dan simbol-simbol ahlussunnah.
Sebaliknya, masih ada juga kelompok yang mengaku ahlussunnah yang menghina simbol-simbol mazhab ahlulbait. Selain mengkafirkan pengikutnya, sebuah kelompok di Suriah merayakan kegembiraan atas syahidnya Imam Husein as setiap tanggal 10 Muharram. Mereka berpendapat bahwa Imam Husain as adalah orang yang melawan khalifah yang sah di zamannya. Dengan demikian, Imam Husain as meninggal dalam kekafiran.
Tentu kelompok ekstrim di atas tidak bisa dinisbatkan kepada mazhab ahlulbait dan mazhab ahlussunnah. Mereka seharusnya dikeluarkan dari kedua mazhab besar Islam ini dan tidak bisa mewakili keduanya. Di dunia ini banyak contoh pengikut mazhab ahlulbait bisa hidup berdampingan dengan mazhab ahlussunnah secara harmonis. Mereka saling menghormati satu sama lain.
Kembali ke peringatan Asyura, demo pelarangan yang dilakukan oleh sekelompok orang bermula dari kesalahpahaman. Mereka menganggap bahwa seluruh peringatan 10 Muharram akan diisi oleh ucapan laknat kepada sahabat-sahabat Nabi Saw. Mereka salah paham karena melakukan generalisasi. Padahal, jika melihat rangkaian acara keseluruhan, peringatan Asyura yang rutin dilakukan oleh pengikut mazhab ahlulbait di Indonesia akan diisi dengan pembacaan sejarah Imam Husain as dan tragedi Karbala.
Kesalahpahaman yang lain adalah, mereka membid'ahkan ungkapan perasaan di dalam peringatan Asyura tersebut, misalnya menangis, menepuk dada, dan sejenisnya. Mereka menganggap itu bukan ajaran Islam. Mereka trauma dengan prosesi penyiksaan tubuh sampai berdarah-darah di hari Asyura yang sering dilakukan oleh pengikut mazhab ahlulbait di belahan dunia lain. Namun, mereka tidak akan menemukan hal tersebut di Indonesia. Sehingga ketika di peringatan Asyura ada kejadian jamaah menepuk dada, kadang-kadang terlalu dibesar-besarkan menjadi memukul-mukul dada.
Pelajaran
Kejadian untuk pertama kalinya peringatan Asyura didemo di Makassar ini seharusnya bisa memberikan pelajaran. Namun, hubungan yang baik hanya bisa terjadi jika kedua belah pihak bisa memulai dan menunjukkan itikad baik.
Ke depan, peringatan Asyura oleh pengikut mazhab ahlulbait memang tidak boleh diisi dengan apapun yang akan menyakiti perasaan pengikut mazhab ahlussunnah. Tidak boleh ada pelaknatan kepada siapa atau apapun yang dihormati oleh pihak lain. Melihat apa yang telah dilakukan oleh hampir semua pengikut mazhab ahlulbait di Indonesia, misalnya IJABI dan yayasan-yayasan lainnya, mereka sudah bisa memberikan makna lain peringatan Asyura. Sebagian di antaranya telah melakukan kegiatan-kegiatan sosial, misalnya bakti sosial, menjelang peringatan Asyura di malam 10 Muharram. Kegiatan ini tentu akan sangat bermanfaat bukan hanya bagi kalangan kaum muslimin, tetapi juga untuk masyarakat sekitar secara umum.
Pada saat yang sama, kelompok keras yang mengaku pengikut mazhab ahlussunnah yang selama ini mencoba menghalang-halangi kegiatan pengikut mazhab ahlulbait, hendaknya bisa menahan diri. Kita berada di bumi Indonesia, wilayah yang menghormati hak-hak hukum warga negara lainnya. Jika apa yang mereka khawatirkan sudah tidak dilakukan lagi oleh pengikut mazhab ahlulbait, seharusnya mereka bisa menerima kenyataan. Mereka boleh saja tidak sepaham, tetapi mereka harusnya bisa menerima perbedaan itu dengan lapang dada. Bahkan, kita merindukan, kedua kelompok bisa bekerjasama dalam memperingati syahadah Imam Husain suatu saat nanti. Bukankah Imam Husain adalah cucu sekaligus sahabat Nabi Muhammad Saw (dalam defenisi Sahabat Nabi yang umum), dan bukankah Muhammad Saw adalah Nabi yang sama-sama diyakini oleh pengikut mazhab ahlulbait maupun ahlussunnah?