[majulah-ijabi.org] Ide tentang tak terelakkannya kehancuran Israel bukan lagi sesuatu yang tabu. Saat ini, semakin banyak pembesar Amerika yang sudah terang-terangan mendukung fakta tersebut. Sebutlah misalnya apa yang dikatakan oleh Henry Kissinger, “Di dalam 10 tahun ke depan, Israel sudah tidak akan ada lagi”. Demikian sebuah laporan di PressTV yang dimuat kemarin (1/10/2012)
Sehari sebelumnya, PressTV menurunkan sebuah artikel dari seorang kolumnis politik, Kevin Barret. Mengomentari pernyataan Kissinger tersebut, Barret mengatakan, “Pernyataan Kissinger ini jelas dan terang-terangan. Dia tidak sedang mengatakan bahwa Israel berada di dalam bahaya, dan mungkin bisa diselamatkan hanya dengan memberinya beberapa triliun dolar tambahan, atau dengan memukul telak musuh-musuhnya dengan kekuatan militer kita…. Dia tidak sedang menawarkan jalan keluar. Kissinger dengan cara yang sederhana sedang menyatakan satu fakta: Di tahun 2022, Israel tidak akan ada lagi,”
Kissinger juga menyebutkan sebuah studi yang dilakukan oleh Intelligence Community (IC) di Amerika, sebuah komunitas yang terdiri dari 16 agen intelijen, di awal tahun ini. Laporan studi tersebut diberi judul “Mempersiapkan Timur Tengah Paska Israel”. Kissinger kemudian menyatakan bahwa hasil studi tersebut mengukuhkan pendapatnya.
“Ke-16 agen intelijen tersebut sepakat bahwa Israel tidak akan mampu menahan kereta raksasa pro-Palestina yang lahir dari Arab Spring, kebangkitan Islam, dan perkembangan Republik Islam Iran,” demikian Barret menambahkan dalam artikelnya.
Menurut laporan IC, pemerintah Amerika tidak akan sanggup lagi menyediakan sumber daya militer dan finansial “untuk melanjutkan dukungan atas Israel dalam membendung keinginan lebih dari satu miliar orang di sekitarnya” dan menyarankan bahwa “Amerika seharusnya mengikuti kepentingan nasionalnya sendiri dan menarik pengeluarannya atas Israel”, kata Barret.
Melihat kenyataan bahwa seorang Kissinger yang Yahudi pun yang selama ini dianggap sebagai teman mesra Israel, dan bahwa mayoritas petinggi Amerika termasuk penulis dari laporan IC itu sendiri sangat dipengaruhi oleh lobi pro-Israel, munculnya pesan “kematian” Israel ini semakin jelas maksudnya, demikian artikel itu menambahkan.
Artikel Barret tersebut beralasan bahwa kemunculan pernyataan berani di kalangan petinggi Amerika sendiri sehubungan dengan “kematian” Israel, bisa ditelusuri dalam alasan-alasan berikut:
“Kenyataannya, Amerika mengalami kehancuran dan mengorbankan ribuan nyawa dalam perang untuk Israel, perang yang alih-alih membantu, tetapi justru menghancurkan kepentingan strategis Amerika”. Dan Barret kemudian menyimpulkan bahwa "akan lebih mudah bagi pembuat kebijakan di Amerika untuk mengikuti Kissinger serta pendapat 16 agen intelijen untuk mengenal satu kenyataan yang jelas: Israel telah mencapai titik akhir kehidupannya."
Sehari sebelumnya, PressTV menurunkan sebuah artikel dari seorang kolumnis politik, Kevin Barret. Mengomentari pernyataan Kissinger tersebut, Barret mengatakan, “Pernyataan Kissinger ini jelas dan terang-terangan. Dia tidak sedang mengatakan bahwa Israel berada di dalam bahaya, dan mungkin bisa diselamatkan hanya dengan memberinya beberapa triliun dolar tambahan, atau dengan memukul telak musuh-musuhnya dengan kekuatan militer kita…. Dia tidak sedang menawarkan jalan keluar. Kissinger dengan cara yang sederhana sedang menyatakan satu fakta: Di tahun 2022, Israel tidak akan ada lagi,”
Kissinger juga menyebutkan sebuah studi yang dilakukan oleh Intelligence Community (IC) di Amerika, sebuah komunitas yang terdiri dari 16 agen intelijen, di awal tahun ini. Laporan studi tersebut diberi judul “Mempersiapkan Timur Tengah Paska Israel”. Kissinger kemudian menyatakan bahwa hasil studi tersebut mengukuhkan pendapatnya.
“Ke-16 agen intelijen tersebut sepakat bahwa Israel tidak akan mampu menahan kereta raksasa pro-Palestina yang lahir dari Arab Spring, kebangkitan Islam, dan perkembangan Republik Islam Iran,” demikian Barret menambahkan dalam artikelnya.
Menurut laporan IC, pemerintah Amerika tidak akan sanggup lagi menyediakan sumber daya militer dan finansial “untuk melanjutkan dukungan atas Israel dalam membendung keinginan lebih dari satu miliar orang di sekitarnya” dan menyarankan bahwa “Amerika seharusnya mengikuti kepentingan nasionalnya sendiri dan menarik pengeluarannya atas Israel”, kata Barret.
Melihat kenyataan bahwa seorang Kissinger yang Yahudi pun yang selama ini dianggap sebagai teman mesra Israel, dan bahwa mayoritas petinggi Amerika termasuk penulis dari laporan IC itu sendiri sangat dipengaruhi oleh lobi pro-Israel, munculnya pesan “kematian” Israel ini semakin jelas maksudnya, demikian artikel itu menambahkan.
Artikel Barret tersebut beralasan bahwa kemunculan pernyataan berani di kalangan petinggi Amerika sendiri sehubungan dengan “kematian” Israel, bisa ditelusuri dalam alasan-alasan berikut:
- Politikus dan aktivis politik Amerika “tumbuh dengan suapan kekerasan pendirian dan fanatisme Israel
- Rakyat Amerika merasakan adanya “dendam yang sudah borok terhadap dominasi lobi Israel yang terlalu sombong atas diskusi masalah-masalah publik”
- “Komunitas Yahudi Amerika tidak lagi bersatu di dalam mendukung Israel”
- Masyarakat semakin mengetahui bahwa Israel dan pendukungnya yang melakukan serangan 9/11
“Kenyataannya, Amerika mengalami kehancuran dan mengorbankan ribuan nyawa dalam perang untuk Israel, perang yang alih-alih membantu, tetapi justru menghancurkan kepentingan strategis Amerika”. Dan Barret kemudian menyimpulkan bahwa "akan lebih mudah bagi pembuat kebijakan di Amerika untuk mengikuti Kissinger serta pendapat 16 agen intelijen untuk mengenal satu kenyataan yang jelas: Israel telah mencapai titik akhir kehidupannya."