![Picture](/uploads/1/3/8/6/13868877/507805037.jpg)
Ikhtiar dan pesan persatuan Islam tidak henti-hentinya didengungkan oleh para mujahid ittihad Islam. Mereka menyerukan betapa pentingnya masalah ini di tengah gencarnya serbuan kelompok takfiri maupun beberapa negara yang tidak senang dengan persatuan Islam. Berbagai kegiatan dan usaha dilakukan, termasuk mendekatkan semua komponen masyarakat muslim di seluruh dunia [majulah-IJABI]
Dalam kunjungan Sekjen FIPMI (Forum Internasional Persatuan Mazhab-Mazhab Islam) Ayatullah Muhsin Araki ke Marjak Taklid Syiah Ayatullah Uzma Wahid Khurasani di Qom Mei 2014 lalu, Ayatullah Uzma Wahid Khurasani mengatakan, "Agama Islam adalah agama kasih sayang. Nabi Islam Saw juga nabi kasih sayang. Agama, perilaku Nabi Saw dan Amirul Mukminin as tidak menyisakan ruang bagi gerakan takfiri dan ekstremisme. Fakahah (intelektualitas keislaman) telah lenyap dari gerakan-gerakan ini. Tidak boleh caci-maki. Dan ajaran para imam menentang perbuatan itu."
Marjak Taklid Syiah ini menambahkan, "Ada dua hal di dalam literatur hadis kita. Yang pertama penolakan, dan yang lain pembuktian. Penolakan yang dimaksud di sini adalah penolakan terhadap permusuhan dengan penganut mazhab lain dan -- penolakan terhadap -- penistaan pada hal-hal yang sakral bagi mereka. Tidak boleh mencaci dan melaknat tokoh-tokoh mereka . Karena, hal itu malah akan menjauhkan mereka dari Ahli Bait as dan ajarannya."
"Hal berikutnya di dalam hadis kita" terangnya, "adalah Ahli Bait as mengajarkan -- kepada kita --, "ikutsertalah dalam shalat-shalat jamaah mereka, kasih-sayangilah mereka, jenguklah mereka yang sakit, dan sampaikan kata-kata serta ajaran kami kepada mereka."
Di awal pertemuan, Ayatullah Araki melaporkan kegiatan FIPMI seraya mengatakan, "Kebijakan kami dalam Taqrib adalah konsentrasi pada hal-hal yang dapat dikerjakan bersama dengan saudara-saudara Ahlus Sunnah. Seperti acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw dan puteri beliau yang mulia. Begitu pula acara-acara yang serupa. Karena tidak seperti halnya kelompok-kelompok ekstremis, Ahlus Sunnah tidak memandang acara-acara itu sebagai bid'ah."
Sekjen FIPMI menambahkan, "Penyebaran dan pengukuhan acara Peringatan Asyura di tengah masyarakat Ahlus Sunnah dilakukan sekiranya tidak berseberangan dengan keyakinan mereka. Penyelenggaraan acara pelantunan puisi tentang Abu Abdillah Al-Husain as, pembudayaan baca kronologi tragedi yang menimpa beliau dan acara duka untuk beliau pada hari-hari Asyura, adalah hal-hal yang bisa dikerjakan bersama Ahlus Sunnah."
Ayatullah Araki melanjutkan, "Pembentukan Asosiasi Sayid Syiah dan Sunni juga termasuk program kami ke depan."
Sembari menyinggung aktivitas saluran-saluran televisi satelit dalam menista berbagai hal yang sakral menurut mazhab-mazhab Islam, Sekjen FIPMI mengatakan, "Kita perlu membudayakan acara-acara religius dan anti takfiri yang diselenggarakan secara bersama oleh Syiah dan Ahlus Sunnah. Sebagian channel-channel televisi internasional berusaha memecah belah Syi'ah dan Ahlus Sunnah serta menghembuskan dendam dan permusuhan di antara mereka. Tampaknya, channel-channel itu tidak punya tujuan selain caci-cami Khulafa dan penistaan terhadap hal-hal yang sakral menurut sebagian mazhab-mazhab Islam.
Pada gilirannya, Ayatullah Uzma Wahid Khurasani menyambut rencana dan tujuan FIPMI dalam membentuk Asosiasi Sayid Syiah dan Sunni. Dia mengatakan, "Itu penting sekali. Kesayidan dipandang sebagai salah satu faktor pengukuhan dan penyebaran agama. Baik sayid maupun mereka yang nasabnya bersambung dengan Rasulullah Saw melalui ibu, menurut Al-Qur'an dan Sunnah, merupakan keturunan beliau (sayid). Hanya saja, dalam hal perolehan khumus ada perbedaan pandang antara Sayid Murtadha dan fukaha lain. Karena, subjek persoalannya dalam pembahasan khumus adalah Hasyimi. Dan itu tidak mencakup keturunan yang hubungan nasabnya melalui ibu." (FIPMI)
Sumber: Taqrib.info
Marjak Taklid Syiah ini menambahkan, "Ada dua hal di dalam literatur hadis kita. Yang pertama penolakan, dan yang lain pembuktian. Penolakan yang dimaksud di sini adalah penolakan terhadap permusuhan dengan penganut mazhab lain dan -- penolakan terhadap -- penistaan pada hal-hal yang sakral bagi mereka. Tidak boleh mencaci dan melaknat tokoh-tokoh mereka . Karena, hal itu malah akan menjauhkan mereka dari Ahli Bait as dan ajarannya."
"Hal berikutnya di dalam hadis kita" terangnya, "adalah Ahli Bait as mengajarkan -- kepada kita --, "ikutsertalah dalam shalat-shalat jamaah mereka, kasih-sayangilah mereka, jenguklah mereka yang sakit, dan sampaikan kata-kata serta ajaran kami kepada mereka."
Di awal pertemuan, Ayatullah Araki melaporkan kegiatan FIPMI seraya mengatakan, "Kebijakan kami dalam Taqrib adalah konsentrasi pada hal-hal yang dapat dikerjakan bersama dengan saudara-saudara Ahlus Sunnah. Seperti acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw dan puteri beliau yang mulia. Begitu pula acara-acara yang serupa. Karena tidak seperti halnya kelompok-kelompok ekstremis, Ahlus Sunnah tidak memandang acara-acara itu sebagai bid'ah."
Sekjen FIPMI menambahkan, "Penyebaran dan pengukuhan acara Peringatan Asyura di tengah masyarakat Ahlus Sunnah dilakukan sekiranya tidak berseberangan dengan keyakinan mereka. Penyelenggaraan acara pelantunan puisi tentang Abu Abdillah Al-Husain as, pembudayaan baca kronologi tragedi yang menimpa beliau dan acara duka untuk beliau pada hari-hari Asyura, adalah hal-hal yang bisa dikerjakan bersama Ahlus Sunnah."
Ayatullah Araki melanjutkan, "Pembentukan Asosiasi Sayid Syiah dan Sunni juga termasuk program kami ke depan."
Sembari menyinggung aktivitas saluran-saluran televisi satelit dalam menista berbagai hal yang sakral menurut mazhab-mazhab Islam, Sekjen FIPMI mengatakan, "Kita perlu membudayakan acara-acara religius dan anti takfiri yang diselenggarakan secara bersama oleh Syiah dan Ahlus Sunnah. Sebagian channel-channel televisi internasional berusaha memecah belah Syi'ah dan Ahlus Sunnah serta menghembuskan dendam dan permusuhan di antara mereka. Tampaknya, channel-channel itu tidak punya tujuan selain caci-cami Khulafa dan penistaan terhadap hal-hal yang sakral menurut sebagian mazhab-mazhab Islam.
Pada gilirannya, Ayatullah Uzma Wahid Khurasani menyambut rencana dan tujuan FIPMI dalam membentuk Asosiasi Sayid Syiah dan Sunni. Dia mengatakan, "Itu penting sekali. Kesayidan dipandang sebagai salah satu faktor pengukuhan dan penyebaran agama. Baik sayid maupun mereka yang nasabnya bersambung dengan Rasulullah Saw melalui ibu, menurut Al-Qur'an dan Sunnah, merupakan keturunan beliau (sayid). Hanya saja, dalam hal perolehan khumus ada perbedaan pandang antara Sayid Murtadha dan fukaha lain. Karena, subjek persoalannya dalam pembahasan khumus adalah Hasyimi. Dan itu tidak mencakup keturunan yang hubungan nasabnya melalui ibu." (FIPMI)
Sumber: Taqrib.info