[Bandung, majulah-IJABI] Kembali fitnah disebar, ditimpakan kepada kaum muslimin pengikut mazhab ahlulbait Nabi Saw. Kelompok intoleran di Bandung kembali mencoba untuk melakukan gangguan terhadap acara majelis dzikir dan doa yang diadakan untuk memperingati syahadah Imam Husain as di awal Muharram 1439H. Mereka tidak berhasil, tetapi mereka menyebarkan informasi yang tidak benar melalui media daring.
Tanggal 28 September, media online beritaislamonline menurunkan sebuah berita perihal dibubarkannya kegiatan majelis ilmu dan doa yang diadakan oleh Yayasan al-Mukarramah di Pasirhonje, Cimenyan Bandung. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian acara mengisi bulan Muharram sampai puncaknya di hari Asyura. Situs ini memberikan tajuk beritanya “Elemen Dakwah dan Masyarakat Bandung Gagalkan Rangkaian Acara Asyuro Syiah”. Tetapi jika keseluruhan isi berita dibaca dengan jeli, sebenarnya pembaca akan tahu bahwa tidak ada pembubaran. Bahkan, mereka yang mengklaim jumlahnya 100-an orang itu tidak bisa melakukan apa yang mereka harapkan karena dijaga oleh polisi. Biasanya, situs-situs sejenis memang sering memilih judul yang bombastis, tetapi isinya tidak tercermin di judulnya.
Judul dan sebagian isi di situs tersebut tidak benar. Koresponden kami yang juga adalah pengurus IJABI Jawa Barat, berada di lokasi ketika segelintir orang dari kelompok intoleran yang kebanyakan menggunakan sepeda motor ini datang ke lokasi. Kegiatan ini memang dijaga oleh polisi karena sudah ditengarai akan ada gangguan. Kelompok intoleran yang datang memang teriak-teriak sehingga sempat membuat gaduh, bahkan di antara mereka ada yang melempari mobil jamaah majelis. Akan tetapi, dengan bantuan aparat kepolisian, walaupun ada gangguan sesaat dari kelompok intoleran ini, acara berlangsung sesuai rencana dari awal sampai selesai.
Kelompok tersebut sempat meminta polisi dan mencoba memaksa membubarkan acara. Kemudian Kapolsek Cimenyan melakukan dialog dengan panitia majelis Dzikir dan Doa jamaah al-Mukarramah yang ada di tempat. Kepolisian memang sempat mengharapkan bahwa untuk menjaga suasana kondusif, majelis diharapkan bisa selesai jam 21-an malam. Akan tetapi, panitia menjelaskan bahwa acara majelis dzikir dan doa dalam suasana memperingati terbunuhnya cucu Rasulullah Saw yang bernama Husain as ini, dilaksanakan di “rumah sendiri”. Kegiatan ini juga tidak akan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam, bisa dibuktikan dengan masuk ke dalam mendengar langsung rangkaian acara jika diperlukan. Panitia juga menjamin bahwa acara ini tidak akan mengganggu kelompok lain dan tidak akan melanggar aturan yang berlaku. Pada akhirnya, pihak kepolisian membenarkan dan memahami penjelasan panitia sehingga tetap menjaga acara ini sampai selesai sesuai yang sudah direncanakan. Dengan segala kerendahan hati, panitia acara menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak kepolisian yang berkenan mendukung dan menjaga acara ini sehingga bisa berlangsung dengan aman.
Pada saat pendemo datang, KH Jalaluddin Rakhmat yang juga salah seorang anggota DPR 2014-2019 sedang memberikan ceramah. Gangguan ini tidak mengurangi khidmatnya jamaah mengikuti acara yang direncanakan. Tidak ada satupun agenda acara yang dilewatkan. Setelah ceramah, jamaah melanjutkan lagi dengan ziarah kepada Imam Husain as dan doa Bersama sebagai penutup acara.
Majelis dzikir dan doa seperti yang dilakukan di Yayasan al-Mukarramah kemarin malam adalah acara rutin yang biasanya dilakukan oleh jamaah muslim Syiah dari malam pertama sampai malam kesepuluh Muharram. Acara seperti ini juga dilakukan oleh IJABI, salah satu organisasi jamaah Ahlulbait di Indonesia. Di Bandung misalnya, anggota IJABI yang mukim di daerah ini juga melakukannya. Sampai sejauh ini, semua kegiatan majelis dzikir dan doa IJABI masih berlangsung dengan aman dan lancar.
Judul dan sebagian isi di situs tersebut tidak benar. Koresponden kami yang juga adalah pengurus IJABI Jawa Barat, berada di lokasi ketika segelintir orang dari kelompok intoleran yang kebanyakan menggunakan sepeda motor ini datang ke lokasi. Kegiatan ini memang dijaga oleh polisi karena sudah ditengarai akan ada gangguan. Kelompok intoleran yang datang memang teriak-teriak sehingga sempat membuat gaduh, bahkan di antara mereka ada yang melempari mobil jamaah majelis. Akan tetapi, dengan bantuan aparat kepolisian, walaupun ada gangguan sesaat dari kelompok intoleran ini, acara berlangsung sesuai rencana dari awal sampai selesai.
Kelompok tersebut sempat meminta polisi dan mencoba memaksa membubarkan acara. Kemudian Kapolsek Cimenyan melakukan dialog dengan panitia majelis Dzikir dan Doa jamaah al-Mukarramah yang ada di tempat. Kepolisian memang sempat mengharapkan bahwa untuk menjaga suasana kondusif, majelis diharapkan bisa selesai jam 21-an malam. Akan tetapi, panitia menjelaskan bahwa acara majelis dzikir dan doa dalam suasana memperingati terbunuhnya cucu Rasulullah Saw yang bernama Husain as ini, dilaksanakan di “rumah sendiri”. Kegiatan ini juga tidak akan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam, bisa dibuktikan dengan masuk ke dalam mendengar langsung rangkaian acara jika diperlukan. Panitia juga menjamin bahwa acara ini tidak akan mengganggu kelompok lain dan tidak akan melanggar aturan yang berlaku. Pada akhirnya, pihak kepolisian membenarkan dan memahami penjelasan panitia sehingga tetap menjaga acara ini sampai selesai sesuai yang sudah direncanakan. Dengan segala kerendahan hati, panitia acara menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak kepolisian yang berkenan mendukung dan menjaga acara ini sehingga bisa berlangsung dengan aman.
Pada saat pendemo datang, KH Jalaluddin Rakhmat yang juga salah seorang anggota DPR 2014-2019 sedang memberikan ceramah. Gangguan ini tidak mengurangi khidmatnya jamaah mengikuti acara yang direncanakan. Tidak ada satupun agenda acara yang dilewatkan. Setelah ceramah, jamaah melanjutkan lagi dengan ziarah kepada Imam Husain as dan doa Bersama sebagai penutup acara.
Majelis dzikir dan doa seperti yang dilakukan di Yayasan al-Mukarramah kemarin malam adalah acara rutin yang biasanya dilakukan oleh jamaah muslim Syiah dari malam pertama sampai malam kesepuluh Muharram. Acara seperti ini juga dilakukan oleh IJABI, salah satu organisasi jamaah Ahlulbait di Indonesia. Di Bandung misalnya, anggota IJABI yang mukim di daerah ini juga melakukannya. Sampai sejauh ini, semua kegiatan majelis dzikir dan doa IJABI masih berlangsung dengan aman dan lancar.