Ahsa al-Banduni
Lantunan shalawat yang disuarakan ijabiyyun dan murid-murid sekolah menggema di Balai Kota Bandung, Sabtu: 2 Februari 2013 pagi. Kemudian, dari Balai Kota, ribuan pelajar dan masyarakat bergerak keluar menuju jalan raya sambil menularkan latunan shalawat ke jalanan. Mereka melakukan pawai "Shalawat On The Road" di sepanjang Jalan Aceh, Jalan Merdeka, dan Jalan Wastukancana kota Bandung. [majulah-ijabi.org]
Lantunan shalawat yang disuarakan ijabiyyun dan murid-murid sekolah menggema di Balai Kota Bandung, Sabtu: 2 Februari 2013 pagi. Kemudian, dari Balai Kota, ribuan pelajar dan masyarakat bergerak keluar menuju jalan raya sambil menularkan latunan shalawat ke jalanan. Mereka melakukan pawai "Shalawat On The Road" di sepanjang Jalan Aceh, Jalan Merdeka, dan Jalan Wastukancana kota Bandung. [majulah-ijabi.org]
"Ya nabi salam alaika,
ya rosul salam alaika,
ya habib salam alaika,
sholawatulloh alaika..."
Di antara peserta pawai ada yang membawa tumpengan yang berisi snack, buah-buahan, dan lainnya. Sambil bershalawat dan berpawai, mereka membagikan selebaran syair kecintaan kepada Rasul dan hadis dengan dilengkapi permen dan cokelat. Dalam barisan pelajar dan orang tua, juga terselip anak-anak usia balita yang ikut serta. Panji-panji yang menyebutkan sosok Rasulullah saw sebagai teladan baik dan gelaran yang memuliakan Nabi diangkat sejumlah murid dari SMP Bahtera Bandung. Di samping iringan pawai kaum ibu dan murid perempuan memegang spanduk yang bertuliskan ayat-ayat Al-Quran berkaitan dengan perintah shalawat, meneladani Nabi, dan perintah mentaati Rasulullah saw.
Iringan pawai Shalawat On The Road yang diawali dengan tarian sufistik dari dosen Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung ini berhenti di depan panggung Balai Kota yang disambut dengan lantuan shalawat dari Ustadz Abu Ali dan Madrasah As-Sajjadiyah.
Peserta pawai pun berhenti. Mereka mencari tempat untuk duduk. Kemudian acara demi acara digelar di panggung: pembacaan Quran, sambutan panitia, sambutan pemerintah kota Bandung dan Majelis Ulama Indonesia Jawa Barat, penampilan seni, dan ceramah Ustadz Jalaluddin Rakhmat.
Sebelum memberikan cermah, Ustadz Jalal (Jalaluddin Rakhmat) meminta seseorang agar naik ke panggung. Dari arah tenda duduk berdiri seorang laki-laki bersarung yang disebutkan Ustadz Jalal naik ke panggung. Ustadz Jalal memperkenalkan kepada jamaah yang hadir dalam Maulid Nabi Muhammad saw yang digelar Sabtu, 2 Februari 2013 di Balaikota, Jalan Wastu Kencana Bandung.
Ustadz Jalal menyampaikan dengan mata berkaca-kaca bahwa yang diminta hadir dalam panggung itu seorang jamaah IJABI (Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia) dari Wonosobo yang sengaja datang ke Bandung untuk menghadiri Maulid Nabi.
“Saya terharu kalau dengar cerita Pak Ramadan yang untuk datang menghadiri kegiatan IJABI seperti asyura harus menjual ternak untuk ongkosnya,” kata Ustadz Jalal.
Ketua Dewan Syura IJABI ini juga mengisahkan bahwa ada seorang bapak yang datang ke acara Maulid Nabi sengaja dengan berjalan kaki. Meski jarak tempuh yang jauh tetap ditempuhnya untuk dapat menghadiri Maulid Nabi bersama para pecinta Rasulullah saw.
ya rosul salam alaika,
ya habib salam alaika,
sholawatulloh alaika..."
Di antara peserta pawai ada yang membawa tumpengan yang berisi snack, buah-buahan, dan lainnya. Sambil bershalawat dan berpawai, mereka membagikan selebaran syair kecintaan kepada Rasul dan hadis dengan dilengkapi permen dan cokelat. Dalam barisan pelajar dan orang tua, juga terselip anak-anak usia balita yang ikut serta. Panji-panji yang menyebutkan sosok Rasulullah saw sebagai teladan baik dan gelaran yang memuliakan Nabi diangkat sejumlah murid dari SMP Bahtera Bandung. Di samping iringan pawai kaum ibu dan murid perempuan memegang spanduk yang bertuliskan ayat-ayat Al-Quran berkaitan dengan perintah shalawat, meneladani Nabi, dan perintah mentaati Rasulullah saw.
Iringan pawai Shalawat On The Road yang diawali dengan tarian sufistik dari dosen Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung ini berhenti di depan panggung Balai Kota yang disambut dengan lantuan shalawat dari Ustadz Abu Ali dan Madrasah As-Sajjadiyah.
Peserta pawai pun berhenti. Mereka mencari tempat untuk duduk. Kemudian acara demi acara digelar di panggung: pembacaan Quran, sambutan panitia, sambutan pemerintah kota Bandung dan Majelis Ulama Indonesia Jawa Barat, penampilan seni, dan ceramah Ustadz Jalaluddin Rakhmat.
Sebelum memberikan cermah, Ustadz Jalal (Jalaluddin Rakhmat) meminta seseorang agar naik ke panggung. Dari arah tenda duduk berdiri seorang laki-laki bersarung yang disebutkan Ustadz Jalal naik ke panggung. Ustadz Jalal memperkenalkan kepada jamaah yang hadir dalam Maulid Nabi Muhammad saw yang digelar Sabtu, 2 Februari 2013 di Balaikota, Jalan Wastu Kencana Bandung.
Ustadz Jalal menyampaikan dengan mata berkaca-kaca bahwa yang diminta hadir dalam panggung itu seorang jamaah IJABI (Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia) dari Wonosobo yang sengaja datang ke Bandung untuk menghadiri Maulid Nabi.
“Saya terharu kalau dengar cerita Pak Ramadan yang untuk datang menghadiri kegiatan IJABI seperti asyura harus menjual ternak untuk ongkosnya,” kata Ustadz Jalal.
Ketua Dewan Syura IJABI ini juga mengisahkan bahwa ada seorang bapak yang datang ke acara Maulid Nabi sengaja dengan berjalan kaki. Meski jarak tempuh yang jauh tetap ditempuhnya untuk dapat menghadiri Maulid Nabi bersama para pecinta Rasulullah saw.
Dalam ceramah, Ustadz Jalal mengisahkan hijrah Nabi dari Makah ke Madinah. Nabi Muhammad saw saat tiba di Madinah tidak menempati rumah orang kaya, malah membiarkan untanya untuk menentukan tempat tinggalnya di Madinah. Unta berhenti di depan rumah orang termiskin di Madinah, rumah Abu Ayyub Al-Anshari. Betapa gembiranya Abu Ayyub sehingga memanggil ibunya yang buta. Nabi Muhammad saw mengusap wajah ibu Abu Ayyub. Usapan Nabi itu membuat mata ibu Abu Ayyub bias melihat kembali.
“Inilah mukjizat Nabi yang pertama saat tiba di Madinah,” kisahnya di hadapan jamaah IJABI dan ribuan murid Sekolah Cerdas Muthahhari, SMP Plus Muthahhari, SMP Plus Al-Mukarramah, SMP Bahtera, dan SMA Plus Muthahhari. Dihadiri juga jamaah dari Sukabumi, Cicalengka, Cimahi, Sumedang, dan Kabupaten Bandung.
Selain itu, Ustadz Jalal mengisahkan riwayat Nabi berkaitan dengan kerinduan Rasulullah saw terhadap orang-orang yang disebutnya saudara. Saudara yang dirindukan Nabi bukan sahabat atau orang-orang yang hidup sezaman dengannya, tetapi orang-orang yang beriman tanpa melihat Rasulullah saw dan beriman hanya melalui lembaran-lembaran Al-Quran dan riwayat yang dibacanya.
Sebelum Ustadz Jalal, Farid Nur dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat memberikan sambutan yang menyatakan gembira dengan adanya kegiatan Maulid Nabi yang digelar IJABI. Juga Edi Siswadi, Sekda Kota Bandung, menyatakan maulid merupakan momentum penting bagi umat Islam untuk mengambil teladan dari Rasulullah saw.
Di akhir acara, nasi tumpeng yang berjumlah empat belas dimakan secara bersama. Ratusan tumpeng lainnya dibagikan kepada kaum dhuafa di sekitar Bandung. Termasuk gunungan rambutan dan makanan ringan yang dibawa murid-murid pun dibagikan jamaah yang hadir.
"Ya nabi salam alaika,
ya rosul salam alaika,
ya habib salam alaika,
sholawatulloh alaika..."
“Inilah mukjizat Nabi yang pertama saat tiba di Madinah,” kisahnya di hadapan jamaah IJABI dan ribuan murid Sekolah Cerdas Muthahhari, SMP Plus Muthahhari, SMP Plus Al-Mukarramah, SMP Bahtera, dan SMA Plus Muthahhari. Dihadiri juga jamaah dari Sukabumi, Cicalengka, Cimahi, Sumedang, dan Kabupaten Bandung.
Selain itu, Ustadz Jalal mengisahkan riwayat Nabi berkaitan dengan kerinduan Rasulullah saw terhadap orang-orang yang disebutnya saudara. Saudara yang dirindukan Nabi bukan sahabat atau orang-orang yang hidup sezaman dengannya, tetapi orang-orang yang beriman tanpa melihat Rasulullah saw dan beriman hanya melalui lembaran-lembaran Al-Quran dan riwayat yang dibacanya.
Sebelum Ustadz Jalal, Farid Nur dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat memberikan sambutan yang menyatakan gembira dengan adanya kegiatan Maulid Nabi yang digelar IJABI. Juga Edi Siswadi, Sekda Kota Bandung, menyatakan maulid merupakan momentum penting bagi umat Islam untuk mengambil teladan dari Rasulullah saw.
Di akhir acara, nasi tumpeng yang berjumlah empat belas dimakan secara bersama. Ratusan tumpeng lainnya dibagikan kepada kaum dhuafa di sekitar Bandung. Termasuk gunungan rambutan dan makanan ringan yang dibawa murid-murid pun dibagikan jamaah yang hadir.
"Ya nabi salam alaika,
ya rosul salam alaika,
ya habib salam alaika,
sholawatulloh alaika..."