Ahsa al-Banduni
Minggu (21/7) sore, di halaman gedung SMA Plus Muthahhari di Jln. Kampus II No. 15-17, Babakansari Kiaracondong Bandung, digelar pertunjukan musik dan tari sufi "Senandung Buluh Perindu, Syair-syair Jalaluddin Rumi". Acara tersebut menampilkan kelompok seni EMKA 9, Dedi Mulyadi (Bupati Purwakarta), Iman Soleh, dan K.H. Jalaluddin Rahmat. Suguhan lagu-lagu religi yang sebagian diciptakan Dedi itu, terasa padu dengan musik EMKA 9 yang terasa unsur etnik Sundanya. [majulah-ijabi.org]
Minggu (21/7) sore, di halaman gedung SMA Plus Muthahhari di Jln. Kampus II No. 15-17, Babakansari Kiaracondong Bandung, digelar pertunjukan musik dan tari sufi "Senandung Buluh Perindu, Syair-syair Jalaluddin Rumi". Acara tersebut menampilkan kelompok seni EMKA 9, Dedi Mulyadi (Bupati Purwakarta), Iman Soleh, dan K.H. Jalaluddin Rahmat. Suguhan lagu-lagu religi yang sebagian diciptakan Dedi itu, terasa padu dengan musik EMKA 9 yang terasa unsur etnik Sundanya. [majulah-ijabi.org]
Karena cinta duri menjadi mawar
Karena cinta cuka menjelma anggur segar
Karena cinta keuntungan menjadi mahkota penawar
Karena cinta kemalangan menjelma keberuntungan
Karena cinta rumah penjara tampak bagaikan kedai mawar
Karena cinta tumpukan debu kelihatan seperti taman
Karena cinta api yang berkobar-kobar
jadi cahaya yang menyenangkan
PUISI "Karena Cinta" karya penyair sufi Jalaluddin Rumi yang dibacakan seniman Iman Soleh itu, seperti berlomba dengan suara hujan. Meski sore terasa dingin, tetapi kekuatan cinta Rumi seperti mampu menghangatkan suasana. Hadirin yang memadati tempat acara, tetap bertahan di bawah tenda dan tak beranjak hingga acara usai.
Rumi yang bernama lengkap Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri adalah seorang penyair sufi yang lahir di Balkh (sekarang Afghanistan), pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah atau tanggal 30 September 1207 Masehi. Karya-karyanya begitu terkenal dan sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia.
Pilihan karya-karya Rumi untuk dibacakan, bukan tanpa alasan. Sajak-sajak bertema cinta yang bernilai universal tersebut, menjadi kekayaan yang memang seharusnya didengung-dengungkan. Seperti kata Dedi Mulyadi, Bupati Purwakarta, yang juga ikut tampil kemarin. "Hari ini kita memang sangat membutuhkan cinta dalam banyak hal. Apa yang disampaikan Rumi lewat sajak-sajaknya patut kita renungkan," ujarnya.
Dedi yang tampil dengan gaya khasnya berikat kepala dan baju bernuansa pangsi, dalam setiap jeda lagu banyak bertutur tentang kearifan dalam budaya Sunda. Cinta yang bernilai universal, katanya, yaitu sikap welas asih. Nulung ka nu butuh, nalang ka nu susah (menolong orang yang membutuhkan, membantu yang kesusahan) adalah manifestasi dari cinta yang bernilai luas. Itulah tangga penting menuju Tuhan.
"Dalam kultur Sunda, tema-tema cinta dalam arti universal itu begitu banyak. Nilai-nilai kesundaan yang diwariskan Siliwangi dan keturunannya, banyak berbicara tentang hubungan cinta manusia kepada lingkungan, sesama, dan Maha Pencipta. Jadi sebetulnya, pergelaran hari ini tidak ubahnya sebagai pertemuan Rumi dengan Siliwangi," tuturnya.
Dia mencontohkan, tutup kepala Rumi atau kaum Darwis-nya yang nyungcung ke atas adalah simbol menuju ketinggian, penghormatan kepada Yang Mahatinggi. Dalam kultur Sunda, simbol-simbol seperti itu juga ada. Ikat kepala khas Sunda (iket) juga memiliki elemen yang nyungcung. Demikian pula dengan rumah adat Sunda dengan gaya julang ngapak atau nasi tumpeng.
Dalam pandangan Dedi, jika manusia mendalami benar makna cinta, tidak akan ada kekerasan di tengah masyarakat. Kekerasan yang mengatasnamakan agama, sejatinya justru telah menodai kesucian agama. Sebab seharusnya agama tidak disebarkan dengan hawa nafsu. Dedi memang punya pengalaman buruk tentang hal itu. Dia pernah didemo sekelompok massa di Purwakarta, yang menuduhnya telah membangun berhala dan menistakan agama.
Penjahit Satin
Sementara itu Jalaluddin Rakhmat, membacakan kisah "Penjahit Satin". Sebuah cerita yang berisi parodi atau sebuah sindiran yang sangat halus dan nasehit yang harus direnungkan. Kisah tersebut diambil dari buku Rumi yang terkenal Mathnawi. Di dalamnya memuat tentang cerita manusia sombong dan merasa mampu mengatasi tipu daya dunia. Namun akhirnya tanpa sadar, dia menjadi korban karena lalai mengontrol diri.
"Banyal hal di dunia ini yang tanpa kita sadari telah memperdaya kita. Banyak di antara kita yang merasa mampu untuk mengendalikan tipu daya itu. Tapi yang terjadi malah kita lengah dan menjadi korban penipuan. Salah satu yang menyebabkan kita lengah adalah sifat sombong atau takabur," ujar Jalaluddin Rakhmat.
Dalam acara yang diselenggarakan Pengurus Wilayah Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Jawa Barat dan Yayasan Muthahari tersebut, dilantunkan pula selawat Nabi yang telah akrab di kalangan kaum muslimin. Namun kali ini EMKA 9 mengemasnya lewat nada yang syahdu dan menyanyat hati, diiringi aransemen yang apik. Sementara sejumlah penari di latar depan, memvisualisasikanya dengan gemulai.
Salah satu bait salawat yang paling dikenal kaum muslimin adalah:
Ya Nabi salam alaika
Ya Rasul salam alaika
Ya Nabi salam alaika
Sholawatulaah alaika...
"Semoga besok tidak ada yang demo, gara-gara lantunan selawat di sini dilengkapi tarian," ujar Dedi Mulyadi bergurau. Pergelaran berakhir saat magrib tiba, dilanjutkan dengan buka puasa bersama.
Karena cinta cuka menjelma anggur segar
Karena cinta keuntungan menjadi mahkota penawar
Karena cinta kemalangan menjelma keberuntungan
Karena cinta rumah penjara tampak bagaikan kedai mawar
Karena cinta tumpukan debu kelihatan seperti taman
Karena cinta api yang berkobar-kobar
jadi cahaya yang menyenangkan
PUISI "Karena Cinta" karya penyair sufi Jalaluddin Rumi yang dibacakan seniman Iman Soleh itu, seperti berlomba dengan suara hujan. Meski sore terasa dingin, tetapi kekuatan cinta Rumi seperti mampu menghangatkan suasana. Hadirin yang memadati tempat acara, tetap bertahan di bawah tenda dan tak beranjak hingga acara usai.
Rumi yang bernama lengkap Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri adalah seorang penyair sufi yang lahir di Balkh (sekarang Afghanistan), pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah atau tanggal 30 September 1207 Masehi. Karya-karyanya begitu terkenal dan sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia.
Pilihan karya-karya Rumi untuk dibacakan, bukan tanpa alasan. Sajak-sajak bertema cinta yang bernilai universal tersebut, menjadi kekayaan yang memang seharusnya didengung-dengungkan. Seperti kata Dedi Mulyadi, Bupati Purwakarta, yang juga ikut tampil kemarin. "Hari ini kita memang sangat membutuhkan cinta dalam banyak hal. Apa yang disampaikan Rumi lewat sajak-sajaknya patut kita renungkan," ujarnya.
Dedi yang tampil dengan gaya khasnya berikat kepala dan baju bernuansa pangsi, dalam setiap jeda lagu banyak bertutur tentang kearifan dalam budaya Sunda. Cinta yang bernilai universal, katanya, yaitu sikap welas asih. Nulung ka nu butuh, nalang ka nu susah (menolong orang yang membutuhkan, membantu yang kesusahan) adalah manifestasi dari cinta yang bernilai luas. Itulah tangga penting menuju Tuhan.
"Dalam kultur Sunda, tema-tema cinta dalam arti universal itu begitu banyak. Nilai-nilai kesundaan yang diwariskan Siliwangi dan keturunannya, banyak berbicara tentang hubungan cinta manusia kepada lingkungan, sesama, dan Maha Pencipta. Jadi sebetulnya, pergelaran hari ini tidak ubahnya sebagai pertemuan Rumi dengan Siliwangi," tuturnya.
Dia mencontohkan, tutup kepala Rumi atau kaum Darwis-nya yang nyungcung ke atas adalah simbol menuju ketinggian, penghormatan kepada Yang Mahatinggi. Dalam kultur Sunda, simbol-simbol seperti itu juga ada. Ikat kepala khas Sunda (iket) juga memiliki elemen yang nyungcung. Demikian pula dengan rumah adat Sunda dengan gaya julang ngapak atau nasi tumpeng.
Dalam pandangan Dedi, jika manusia mendalami benar makna cinta, tidak akan ada kekerasan di tengah masyarakat. Kekerasan yang mengatasnamakan agama, sejatinya justru telah menodai kesucian agama. Sebab seharusnya agama tidak disebarkan dengan hawa nafsu. Dedi memang punya pengalaman buruk tentang hal itu. Dia pernah didemo sekelompok massa di Purwakarta, yang menuduhnya telah membangun berhala dan menistakan agama.
Penjahit Satin
Sementara itu Jalaluddin Rakhmat, membacakan kisah "Penjahit Satin". Sebuah cerita yang berisi parodi atau sebuah sindiran yang sangat halus dan nasehit yang harus direnungkan. Kisah tersebut diambil dari buku Rumi yang terkenal Mathnawi. Di dalamnya memuat tentang cerita manusia sombong dan merasa mampu mengatasi tipu daya dunia. Namun akhirnya tanpa sadar, dia menjadi korban karena lalai mengontrol diri.
"Banyal hal di dunia ini yang tanpa kita sadari telah memperdaya kita. Banyak di antara kita yang merasa mampu untuk mengendalikan tipu daya itu. Tapi yang terjadi malah kita lengah dan menjadi korban penipuan. Salah satu yang menyebabkan kita lengah adalah sifat sombong atau takabur," ujar Jalaluddin Rakhmat.
Dalam acara yang diselenggarakan Pengurus Wilayah Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Jawa Barat dan Yayasan Muthahari tersebut, dilantunkan pula selawat Nabi yang telah akrab di kalangan kaum muslimin. Namun kali ini EMKA 9 mengemasnya lewat nada yang syahdu dan menyanyat hati, diiringi aransemen yang apik. Sementara sejumlah penari di latar depan, memvisualisasikanya dengan gemulai.
Salah satu bait salawat yang paling dikenal kaum muslimin adalah:
Ya Nabi salam alaika
Ya Rasul salam alaika
Ya Nabi salam alaika
Sholawatulaah alaika...
"Semoga besok tidak ada yang demo, gara-gara lantunan selawat di sini dilengkapi tarian," ujar Dedi Mulyadi bergurau. Pergelaran berakhir saat magrib tiba, dilanjutkan dengan buka puasa bersama.