Setiap orang berlomba-lomba melakukan perkhidmatan, sekecil apapun berusaha memberikan persembahan. Ada yang memberikan makanan, minuman, pijatan, tenda-tenda dan tempat tinggal. Semuanya gratis hanya berharap cinta dan keberkahan. Disini setiap orang melepaskan keinginan, meruntuhkan keegoan, dan menafikan keterikatan materialistik. Disini perjalanan spiritual dijalankan.
Deru langkah jutaan manusia terus bergerak memadati jalanan kota Najaf-Karbala, menurut berita resmi jumlah orang yang melakukan perjalanan ini disebut peziarah Arbain Walk, mencapai lebih dari 22 Juta orang.
Beratnya beban di pundak dan kaki-kaki lecet tak menyurutkan semangat para peziarah untuk terus berjalan menembus gelapnya malam. Sebagian besar peziarah memilih melakukan perjalanan malam karena pada siang hari terik matahari menembus angka 47°C. Tapi tak sedikit juga peziarah yang terus bergerak dibawah terik mentari yang menyengat.
Tahun ini saya merasakan bagaimana menjadi bagian dari kisah Arbain Walk yang setiap tahunnya menjadi news maker dalam pemberitaan media internasional.
Disini, dalam perkumpulan internasional yang dihadiri dari berbagai bangsa dengan beragam bahasa, tak perlu takut saat tak bisa menguasi bahasa asing, karena bahasa isyarat menjadi komunikasi paling efektif.
Baca Juga : Kampung Halaman Kita Itu Bernama MAZAR
Disini dalam padatnya manusia banyak hal bisa terjadi, tersenggol, terdorong, terinjak. Tapi tak ada emosi yang menyeruak. Setiap orang memilih memaafkan walau punya hak untuk marah.
Disini, setiap orang berlomba-lomba melakukan perkhidmatan, sekecil apapun berusaha memberikan persembahan. Ada yang memberikan makanan, minuman, pijatan, tenda-tenda dan tempat tinggal. Semuanya gratis hanya berharap cinta dan keberkahan.
Disini setiap orang melepaskan keinginan, meruntuhkan keegoan, dan menafikan keterikatan materialistik. Disini perjalanan spiritual dijalankan.
Ah...betapa indahnya...
Disinilah kutemukan ciri-ciri mukmin yang dirindukan, dalam damai semua orang hanya berharap cinta dan keridhaan Tuhan.
40 hari Syahadah Al-Husein.
Karbala 2023
Oleh Iis Rosilah
Beratnya beban di pundak dan kaki-kaki lecet tak menyurutkan semangat para peziarah untuk terus berjalan menembus gelapnya malam. Sebagian besar peziarah memilih melakukan perjalanan malam karena pada siang hari terik matahari menembus angka 47°C. Tapi tak sedikit juga peziarah yang terus bergerak dibawah terik mentari yang menyengat.
Tahun ini saya merasakan bagaimana menjadi bagian dari kisah Arbain Walk yang setiap tahunnya menjadi news maker dalam pemberitaan media internasional.
Disini, dalam perkumpulan internasional yang dihadiri dari berbagai bangsa dengan beragam bahasa, tak perlu takut saat tak bisa menguasi bahasa asing, karena bahasa isyarat menjadi komunikasi paling efektif.
Baca Juga : Kampung Halaman Kita Itu Bernama MAZAR
Disini dalam padatnya manusia banyak hal bisa terjadi, tersenggol, terdorong, terinjak. Tapi tak ada emosi yang menyeruak. Setiap orang memilih memaafkan walau punya hak untuk marah.
Disini, setiap orang berlomba-lomba melakukan perkhidmatan, sekecil apapun berusaha memberikan persembahan. Ada yang memberikan makanan, minuman, pijatan, tenda-tenda dan tempat tinggal. Semuanya gratis hanya berharap cinta dan keberkahan.
Disini setiap orang melepaskan keinginan, meruntuhkan keegoan, dan menafikan keterikatan materialistik. Disini perjalanan spiritual dijalankan.
Ah...betapa indahnya...
Disinilah kutemukan ciri-ciri mukmin yang dirindukan, dalam damai semua orang hanya berharap cinta dan keridhaan Tuhan.
40 hari Syahadah Al-Husein.
Karbala 2023
Oleh Iis Rosilah