Ahsa al-Banduni
Alhamdulillah kemarin dalam shalat jumat (7 Juni), saya mendapatkan pencerahan dari Ustadz Miftah F.Rakhmat. Seorang guru yang senantiasa tidak ingin dipanggil ustadz. Tetap saja meski tak mau disebut, beliau adalah guru saya.
Alhamdulillah kemarin dalam shalat jumat (7 Juni), saya mendapatkan pencerahan dari Ustadz Miftah F.Rakhmat. Seorang guru yang senantiasa tidak ingin dipanggil ustadz. Tetap saja meski tak mau disebut, beliau adalah guru saya.
Dalam shalat jumat yang dihadiri para guru dan murid SMP Bahtera Bandung, Ustadz Miftah menyampaikan tentang bulan Rajab.
Menurutnya, pada bulan Rajab ini sedikit ada tiga peristiwa: 13 Rajab hari kelahiran Imam Ali bin Abi Thalib, 27 Rajab adalah hari bi’tsah (diangkatnya Muhammad bin Abdullah menjadi Rasul Allah) dan isra mi’raj. Hanya saja yang populer adalah yang terakhir. Bahkan dalam peristiwa isra mi’raj yang banyak dibahas adalah pesan perjalanan langit berupa shalat yang lima. Padahal dalam perjalanan mi’raj kepada Allah itu terdapat hikmah dan pelajaran berkaitan dengan peningkatan spiritualitas, khususnya yang bersifat amaliah harian.
Dalam khutbah jumat, Ustadz Miftah menyebutkan dua riwayat. Pertama, tentang Rasulullah saw yang ketika di surga melihat ada sekumpulan malaikat yang sedang membangun sebuah rumah mirip istana yang bahan bangunannya dari emas dan perak. Rasulullah saw yang ditemani Malaikat Jibril bertanya kepada malaikat yang sedang membangun.
“Untuk siapa itu wahai malaikat?” tanya Rasulullah saw.
Salah seorang malaikat menjawab, “Untuk orang yang senantiasa membaca subhanallah walhamdulillah walaa ilaha illallah wallahu akbar.”
Tiba-tiba malaikat yang bekerja itu berhenti. Ketika ditanya, malaikat menjawab bahwa orang yang rumahnya sedang dibangun ini berhenti melafalkan tasbih tahmid takbir dan tahlil. Setiap kali orang itu berhenti maka pekerjaan pembangunan rumah berhenti.
Kedua, Rasulullah saw bertemu dengan seorang malaikat yang bertubuh besar dan sedang memegang buku induk yang sangat besar. Setelah mengucap salam, Nabi bertanya tentang buku yang dipegangnya. Malaikat itu bilang bahwa itu buku catatan tetesan air hujan dari sejak bumi tercipta sampai nanti kiamat. Semua tetesan hujan dan di mana letak hujan menetes tidak ada yang luput dari buku catatan tersebut.
Nabi Muhammad saw bertanya, “Adakah sesuatu yang tak mampu dicatat dan tak terhitung?”
Malaikat yang ditanya menjawab, “Ada”
“Apa itu?” tanya Rasulullah saw.
“Kami tidak mampu mencatat limpahan pahala, berkah, dan rahmat dari Allah untuk orang-orang yang mengucapkan shalawat kepadamu, Ya… Rasulallah,” jawab malaikat.
Dua riwayat tersebut jarang diungkap dan dibahas dalam ceramah isra mi’raj. Mungkin faktor akses informasi. Karena uraian ceramah biasanya disampaikan secara berulang: dari guru ke murid kemudian murid itu menyampaikan lagi. Para penceramah juga tampaknya kurang punya waktu untuk akses kitab-kitab hadis. Hasilnya ceramah rajaban yang berulang-ulang dan membosankan alias tidak ada pencerahan baru.
Demikian…. Sekadar berbagi. Semoga bermanfaat.
Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar
Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad
Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad
Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad
Menurutnya, pada bulan Rajab ini sedikit ada tiga peristiwa: 13 Rajab hari kelahiran Imam Ali bin Abi Thalib, 27 Rajab adalah hari bi’tsah (diangkatnya Muhammad bin Abdullah menjadi Rasul Allah) dan isra mi’raj. Hanya saja yang populer adalah yang terakhir. Bahkan dalam peristiwa isra mi’raj yang banyak dibahas adalah pesan perjalanan langit berupa shalat yang lima. Padahal dalam perjalanan mi’raj kepada Allah itu terdapat hikmah dan pelajaran berkaitan dengan peningkatan spiritualitas, khususnya yang bersifat amaliah harian.
Dalam khutbah jumat, Ustadz Miftah menyebutkan dua riwayat. Pertama, tentang Rasulullah saw yang ketika di surga melihat ada sekumpulan malaikat yang sedang membangun sebuah rumah mirip istana yang bahan bangunannya dari emas dan perak. Rasulullah saw yang ditemani Malaikat Jibril bertanya kepada malaikat yang sedang membangun.
“Untuk siapa itu wahai malaikat?” tanya Rasulullah saw.
Salah seorang malaikat menjawab, “Untuk orang yang senantiasa membaca subhanallah walhamdulillah walaa ilaha illallah wallahu akbar.”
Tiba-tiba malaikat yang bekerja itu berhenti. Ketika ditanya, malaikat menjawab bahwa orang yang rumahnya sedang dibangun ini berhenti melafalkan tasbih tahmid takbir dan tahlil. Setiap kali orang itu berhenti maka pekerjaan pembangunan rumah berhenti.
Kedua, Rasulullah saw bertemu dengan seorang malaikat yang bertubuh besar dan sedang memegang buku induk yang sangat besar. Setelah mengucap salam, Nabi bertanya tentang buku yang dipegangnya. Malaikat itu bilang bahwa itu buku catatan tetesan air hujan dari sejak bumi tercipta sampai nanti kiamat. Semua tetesan hujan dan di mana letak hujan menetes tidak ada yang luput dari buku catatan tersebut.
Nabi Muhammad saw bertanya, “Adakah sesuatu yang tak mampu dicatat dan tak terhitung?”
Malaikat yang ditanya menjawab, “Ada”
“Apa itu?” tanya Rasulullah saw.
“Kami tidak mampu mencatat limpahan pahala, berkah, dan rahmat dari Allah untuk orang-orang yang mengucapkan shalawat kepadamu, Ya… Rasulallah,” jawab malaikat.
Dua riwayat tersebut jarang diungkap dan dibahas dalam ceramah isra mi’raj. Mungkin faktor akses informasi. Karena uraian ceramah biasanya disampaikan secara berulang: dari guru ke murid kemudian murid itu menyampaikan lagi. Para penceramah juga tampaknya kurang punya waktu untuk akses kitab-kitab hadis. Hasilnya ceramah rajaban yang berulang-ulang dan membosankan alias tidak ada pencerahan baru.
Demikian…. Sekadar berbagi. Semoga bermanfaat.
Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar
Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad
Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad
Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad