
Ahsa al-Banduni
Ahad 26 Mei 2013, Yayasan Muthahhari Bandung merayakan miladnya bersama seluruh sekolah yang bernaung di bawah yayasan tersebut. Dalam acara ini, Yayasan yang telah memberikan kontribusi penting bagi dunia pendidikan di Bandung tersebut melaksanakan serangkaian acara bertajuk Muthahhari Fair. [majulah-ijabi.org]
Ahad 26 Mei 2013, Yayasan Muthahhari Bandung merayakan miladnya bersama seluruh sekolah yang bernaung di bawah yayasan tersebut. Dalam acara ini, Yayasan yang telah memberikan kontribusi penting bagi dunia pendidikan di Bandung tersebut melaksanakan serangkaian acara bertajuk Muthahhari Fair. [majulah-ijabi.org]
Sebelum jam enam pagi saya sudah tiba depan rumah makan di kawasan Car Free Day (CFD) di Dago Bandung. Segera saya parkir motor di belakang panggung yang sedang ditata. Saya buru-buru menghampiri salah seorang panitia Muthahhari Fair 2013.
Saya bantu angkat-angkat barang yang diturunkan dari mobil. Sambil bantu-bantu, seorang demi seorang murid-murid dan guru yang saya kenal berdatangan. Saya lihat juga beberapa orang yang berasal dari Purwakarta. Murid-murid segera diberi nasi bungkus. Mereka dikumpulkan di belakang panggung beserta barang bawaannya berupa peralatan bersih-bersih dan alat musik.
Sekira setengah jam berlalu, orang-orang sudah memadati depan panggung. Seorang pembawa acara dari sebuah radio kemudian naik panggung. Ia menyapa orang-orang dan mengajak untuk senam aerobik bersama. Musik pun mengalun. Para pemandu senam naik panggung dan mulailah gerakan tubuh, tangan, dan kepala bergerak. Tidak lupa melontarkan sorak-sorak dan tepukan tangan.
Saya hanya duduk di belakang panggung. Saya tak berani melihat yang sedang senam. Perasaan saya tak enak melihat yang tak layak untuk dilihat. Sambil duduk yang terhalangi peralatan dan motor yang diparkir, saya lihat guru saya: Ustadz Miftah beserta keluarganya sedang berdiri dekat panggung. Tampaknya sedang memastikan jalannya acara berjalan dengan lancar. Kemudian berdatangan murid-murid dan guru dari sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Muthahhari Bandung: Sekolah Cerdas Muthahhari (SCM), SMP Bahtera, SMP Plus Muthahhari, dan SMA Plus Muthahhari.
Selesai aerobik, pembawa acara menyampaikan rangkaian acara Muthahhari Fair yang akan digelar pagi itu (Ahad, 26 Mei 2013). Kemudian meminta murid-murid SCM untuk tampil perdana. Disambung dengan penampilan dari SMP Plus Muthahhari dan SMP Bahtera.
Sambil memperhatikan murid-murid tampil, saya lihat guru saya: Ustadz Jalaluddin Rakhmat yang dikenal dengan nama Kang Jalal datang bersama Wakil Walikota Bandung: Ayi Vivananda. Selesai penampilan, kedua tokoh itu naik panggung. Pak Ayi menyampaikan sambutan yang menyatakan gembira atas keberadaan Yayasan Muthahhari di Bandung dengan kontribusi pendidikan dan pencerahan pemikiran Islam. Masih di panggung, Pak Ayi mengajak pengunjung untuk melakukan senam otak dengan menggunakan tangan. Guru saya pun turut serta.
Tidak hanya itu, Pak Ayi dan Ustadz Jalal membuka resmi Milad Yayasan Muthahhari dengan menabuh jimbe diiringi tim perkusi SCM yang berada di belakang. Kemudian dilakukan serah terima bingkisan dari Dewan Pembina Yayasan Muthahhari, Ustadz Jalal, kepada Pak Ayi. Kemudian tampil lagi beberapa murid di panggung.
Dari arah sebelah kiri panggung, saya lihat seorang pakar komunikasi yang juga tokoh Bandung: Dr. Dedy Djamaluddin Malik. Kang Dedy kemudian mendekat pada Ustadz Jalal. Saya perhatikan keduanya berbincang santai dengan senyum dan sesekali tertawa. Mungkin ada obrolan yang mengundang gelak tawa di antara keduanya.
Selesai penampilan murid-murid Muthahhari, pembawa acara menyampaikan acara talk show: Orang Tua Hangat atau Orang Tua Kawat. Ustadz Jalal dan Kang Dedy diundang untuk naik panggung. Ustadz Jalal yang pertama menjadi pembicara menyampaikan informasi dari Ahmad Dhani yang tidak bisa hadir karena sedang ada acara di televisi. Dalam pembicaraannya, Ustadz Jalal menyampaikan penelitian seekor anak kera yang hidup dalam kandang dengan induk kera terbuat dari kawat dengan makanan dan minuman tersedia. Juga anak kera yang berada dalam kandang dengan induk kera terbuat dari boneka kain dan busa yang kalau disandari terasa hangat. Kera yang bersama induk kawat tidak menampakan keceriaan, malah senantiasa menyerang sesuatu yang dimasukan pada kandang tersebut. Berbeda dengan anak kera dengan induk boneka hangat. Ia terlihat ceria dan bergairah. Tidak memberikan reaksi negatif ketika ada barang yang dimasukan dalam kandang.
“Dari penelitian itu disimpulkan bahwa seorang anak yang hanya diberi makan tanpa kehangatan berupa kasih sayang dari orangtua akan berang dan sikapnya cenderung buruk,” kata Ustadz Jalal, “kenakalan remaja yang semakin banyak di negeri kita ini berasal dari kurangnya kehangatan orangtua dan kasih sayang sehingga mencari perhatian dalam bentuk lain yang cenderung negatif.”
Ustadz Jalal menyebutkan, “pelukan, sapaan, dan usapan dengan penuh rasa cinta terhadap anak atau suami terhadap istri dan sebaliknya akan menciptakan rasa bahagia dan hidup lebih harmonis”.
“Sekurang-kurangnya dua puluh kali pelukan yang harus dilakukan orangtua untuk anaknya kalau ingin anaknya tertanam rasa kasih dan cinta dalam jiwanya,” ujar Ustadz Jalal.
Kang Dedy yang kebagian mengomentari menyampaikan, “komunikasi non verbal seperti pelukan dan apresiasi dengan milik muka yang ceria lebih cepat menumbuhkan rasa cinta ketimbang komunikasi verbal.”
Talk show tambah meriah karena pembawa acara membagikan hadiah untuk para pengunjung yang bertanya dan berkomentar.
Di seberang jalan, para murid Muthahhari bergerak membagikan sekuntum bunga dengan secarik kertas untaian hadis dari Imam Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah. Sebagian ada yang mengambil sampah yang dimasukan dalam kantung plastik besar.
Sambil memperhatikan kegiatan di panggung, seorang kawan dari Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI) menyapa dan mengingatkan saya untuk hadir dalam Wiladah Imam Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah di Aula Muthahhari sekira jam satu siang setelah acara Muthahhari Fair.
Sayangnya, saya tidak bisa hadir karena sepulang dari Dago saya tidur dan bangun sekira pukul dua siang. Saya coba tengok keluar rumah, hujan cukup deras. Dan… saya hanya membaca buku di rumah.
Esoknya di sekolah, Pak Beben salah seorang pengurus IJABI memperlihatkan foto kegiatan Wiladah Imam Ali. Tampak dari foto: jamaah membludak sampai pintu aula, ada pelantikan pengurus IJABI Jawa Barat, ceramah dari Ustadz Jalal, Dr.Ali Akbari (Pimpinan Dewan Masjid di Iran), Pak Rabbani dari Kedutaan Besar Republik Islam Iran, dan dipandu oleh Ustadz Miftah. Terlihat juga jamaah bersalaman dengan Ustadz Jalal dan Dr.Ali Akbari.
Selain dibacakan narasi wiladah, juga diisi dengan shalawat dan doa ziarah. “Khidmat acarana jeung mundel eusi ceramahna,” kata Beben melanjutkan, “Dr Ali Akbari juga menyampaikan bahwa Rahbar (Sayid Ali Khamenei) berpesan: salam buat seluruh jamaah IJABI.”
Saya bantu angkat-angkat barang yang diturunkan dari mobil. Sambil bantu-bantu, seorang demi seorang murid-murid dan guru yang saya kenal berdatangan. Saya lihat juga beberapa orang yang berasal dari Purwakarta. Murid-murid segera diberi nasi bungkus. Mereka dikumpulkan di belakang panggung beserta barang bawaannya berupa peralatan bersih-bersih dan alat musik.
Sekira setengah jam berlalu, orang-orang sudah memadati depan panggung. Seorang pembawa acara dari sebuah radio kemudian naik panggung. Ia menyapa orang-orang dan mengajak untuk senam aerobik bersama. Musik pun mengalun. Para pemandu senam naik panggung dan mulailah gerakan tubuh, tangan, dan kepala bergerak. Tidak lupa melontarkan sorak-sorak dan tepukan tangan.
Saya hanya duduk di belakang panggung. Saya tak berani melihat yang sedang senam. Perasaan saya tak enak melihat yang tak layak untuk dilihat. Sambil duduk yang terhalangi peralatan dan motor yang diparkir, saya lihat guru saya: Ustadz Miftah beserta keluarganya sedang berdiri dekat panggung. Tampaknya sedang memastikan jalannya acara berjalan dengan lancar. Kemudian berdatangan murid-murid dan guru dari sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Muthahhari Bandung: Sekolah Cerdas Muthahhari (SCM), SMP Bahtera, SMP Plus Muthahhari, dan SMA Plus Muthahhari.
Selesai aerobik, pembawa acara menyampaikan rangkaian acara Muthahhari Fair yang akan digelar pagi itu (Ahad, 26 Mei 2013). Kemudian meminta murid-murid SCM untuk tampil perdana. Disambung dengan penampilan dari SMP Plus Muthahhari dan SMP Bahtera.
Sambil memperhatikan murid-murid tampil, saya lihat guru saya: Ustadz Jalaluddin Rakhmat yang dikenal dengan nama Kang Jalal datang bersama Wakil Walikota Bandung: Ayi Vivananda. Selesai penampilan, kedua tokoh itu naik panggung. Pak Ayi menyampaikan sambutan yang menyatakan gembira atas keberadaan Yayasan Muthahhari di Bandung dengan kontribusi pendidikan dan pencerahan pemikiran Islam. Masih di panggung, Pak Ayi mengajak pengunjung untuk melakukan senam otak dengan menggunakan tangan. Guru saya pun turut serta.
Tidak hanya itu, Pak Ayi dan Ustadz Jalal membuka resmi Milad Yayasan Muthahhari dengan menabuh jimbe diiringi tim perkusi SCM yang berada di belakang. Kemudian dilakukan serah terima bingkisan dari Dewan Pembina Yayasan Muthahhari, Ustadz Jalal, kepada Pak Ayi. Kemudian tampil lagi beberapa murid di panggung.
Dari arah sebelah kiri panggung, saya lihat seorang pakar komunikasi yang juga tokoh Bandung: Dr. Dedy Djamaluddin Malik. Kang Dedy kemudian mendekat pada Ustadz Jalal. Saya perhatikan keduanya berbincang santai dengan senyum dan sesekali tertawa. Mungkin ada obrolan yang mengundang gelak tawa di antara keduanya.
Selesai penampilan murid-murid Muthahhari, pembawa acara menyampaikan acara talk show: Orang Tua Hangat atau Orang Tua Kawat. Ustadz Jalal dan Kang Dedy diundang untuk naik panggung. Ustadz Jalal yang pertama menjadi pembicara menyampaikan informasi dari Ahmad Dhani yang tidak bisa hadir karena sedang ada acara di televisi. Dalam pembicaraannya, Ustadz Jalal menyampaikan penelitian seekor anak kera yang hidup dalam kandang dengan induk kera terbuat dari kawat dengan makanan dan minuman tersedia. Juga anak kera yang berada dalam kandang dengan induk kera terbuat dari boneka kain dan busa yang kalau disandari terasa hangat. Kera yang bersama induk kawat tidak menampakan keceriaan, malah senantiasa menyerang sesuatu yang dimasukan pada kandang tersebut. Berbeda dengan anak kera dengan induk boneka hangat. Ia terlihat ceria dan bergairah. Tidak memberikan reaksi negatif ketika ada barang yang dimasukan dalam kandang.
“Dari penelitian itu disimpulkan bahwa seorang anak yang hanya diberi makan tanpa kehangatan berupa kasih sayang dari orangtua akan berang dan sikapnya cenderung buruk,” kata Ustadz Jalal, “kenakalan remaja yang semakin banyak di negeri kita ini berasal dari kurangnya kehangatan orangtua dan kasih sayang sehingga mencari perhatian dalam bentuk lain yang cenderung negatif.”
Ustadz Jalal menyebutkan, “pelukan, sapaan, dan usapan dengan penuh rasa cinta terhadap anak atau suami terhadap istri dan sebaliknya akan menciptakan rasa bahagia dan hidup lebih harmonis”.
“Sekurang-kurangnya dua puluh kali pelukan yang harus dilakukan orangtua untuk anaknya kalau ingin anaknya tertanam rasa kasih dan cinta dalam jiwanya,” ujar Ustadz Jalal.
Kang Dedy yang kebagian mengomentari menyampaikan, “komunikasi non verbal seperti pelukan dan apresiasi dengan milik muka yang ceria lebih cepat menumbuhkan rasa cinta ketimbang komunikasi verbal.”
Talk show tambah meriah karena pembawa acara membagikan hadiah untuk para pengunjung yang bertanya dan berkomentar.
Di seberang jalan, para murid Muthahhari bergerak membagikan sekuntum bunga dengan secarik kertas untaian hadis dari Imam Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah. Sebagian ada yang mengambil sampah yang dimasukan dalam kantung plastik besar.
Sambil memperhatikan kegiatan di panggung, seorang kawan dari Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI) menyapa dan mengingatkan saya untuk hadir dalam Wiladah Imam Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah di Aula Muthahhari sekira jam satu siang setelah acara Muthahhari Fair.
Sayangnya, saya tidak bisa hadir karena sepulang dari Dago saya tidur dan bangun sekira pukul dua siang. Saya coba tengok keluar rumah, hujan cukup deras. Dan… saya hanya membaca buku di rumah.
Esoknya di sekolah, Pak Beben salah seorang pengurus IJABI memperlihatkan foto kegiatan Wiladah Imam Ali. Tampak dari foto: jamaah membludak sampai pintu aula, ada pelantikan pengurus IJABI Jawa Barat, ceramah dari Ustadz Jalal, Dr.Ali Akbari (Pimpinan Dewan Masjid di Iran), Pak Rabbani dari Kedutaan Besar Republik Islam Iran, dan dipandu oleh Ustadz Miftah. Terlihat juga jamaah bersalaman dengan Ustadz Jalal dan Dr.Ali Akbari.
Selain dibacakan narasi wiladah, juga diisi dengan shalawat dan doa ziarah. “Khidmat acarana jeung mundel eusi ceramahna,” kata Beben melanjutkan, “Dr Ali Akbari juga menyampaikan bahwa Rahbar (Sayid Ali Khamenei) berpesan: salam buat seluruh jamaah IJABI.”