Sutisna al-Banduni
Murid-murid SMP Bahtera Muthahhari Bandung berkumpul untuk silaturrahmi sehabis lebaran. Ustadz Miftah memberikan tausiyah. Koresponden kami Sutisna menuliskan intisari dari pesan-pesan tersebut sebagai pelajaran. [majulah-ijabi.org]
****
Murid-murid SMP Bahtera Muthahhari Bandung berkumpul untuk silaturrahmi sehabis lebaran. Ustadz Miftah memberikan tausiyah. Koresponden kami Sutisna menuliskan intisari dari pesan-pesan tersebut sebagai pelajaran. [majulah-ijabi.org]
****
Alhamdulillah, 27 Agustus 2012 pagi saya bisa berkumpul bareng dengan murid-murid SMP Bahtera Muthahhari Bandung dan para gurunya. Dalam pertemuan perdana seusai lebaran ini, guru saya yang juga kepala sekolah: Ustadz Miftah F. Rakhmat menyampaikan hadits yang dikutipnya dari khutbah idul fitri yang disampaikan Ustadz Jalaluddin Rakhmat.
Ustadz Miftah menyampaikan bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Akan datang kepada umatku satu zaman, ketika tidak tersisa dari Al-Quran kecuali aksaranya; tidak tersisa dari Islam kecuali namanya. Mereka menamakan dirinya dengan nama Islam, tetapi mereka orang yang paling jauh dari Islam. Masjid-masjidnya ramai, tetapi kosong dari petunjuk. Para ulama di zaman itu adalah seburuk-buruknya ulama di bawah lindungan langit. Dari mereka keluar fitnah (kekacauan, bencana) dan kepada mereka fitnah itu kembali.” (Hadits riwayat al-Bukhari dalam
Khalq ‘Af’al al-’Ibad, halaman 67 dari Ali bin Abi Thalib; Al-Baihaqi dalam Sya’b al-Limaan, 3:317-318; Ibn ‘Adi dalam Al-Kaamil, 4:227; lihat Nahj al-Balaghah, al-Hikam, hikmah 366)
Dari hadits tersebut Ustadz Miftah memberikan penjelasan berkaitan dengan kehidupan umat Islam yang kurang terajut dalam jalinan ukhuwah. Melalui hadits tersebut, Ustadz Miftah mengingatkan untuk menjaga silaturahmi, baik dengan yang masih hidup maupun dengan yang sudah meninggal dunia dalam bentuk mengirimkan doa dan bacaan Al-Quran.
Ustadz Miftah juga menyampaikan tentang keutamaan membaca surah yasin dan surah al-insan. Juga menyampaikan pengalaman saat di Damaskus, Suriah, berziarah ke makam Ibn Arabi, seorang ulama besar dari Spanyol dan ahli dalam tasawuf.
Ustadz Miftah dalam tausiyah mengisahkan kisah mati suri Ibn Arabi. Dikisahkan Ibn Arabi saat kecil tenggelam dalam sebuah empang. Ketika diangkat ternyata sudah tidak bernyawa. Ayahnya kemudian membaringkan jasad Ibn Arabi menghadap kiblat. Ayah Ibn Arabi kemudian membaca surah yasin. Saat dua ayat terakhir tangan Ibn Arabi bergerak-gerak dan hidup kembali.
Setelah bangun, Ibn Arabi ditanya oleh ayahnya. Ibn Arabi bercerita bahwa selama mati suri itu ia sudah berada dalam alam lain dengan jalan yang lurus. Ia berjalan ditemani seseorang yang berwajah berseri dan ceria. Ibn Arabi bertanya kepada yang menemani tersebut. Orang tersebut bilang bahwa ia adalah jelmaan dari surah yasin dibacakan ayah Ibn Arabi. Kemudian Ibn Arabi beserta yang menemaninya berjalan. Ketika tiba pada sebuah pintu, Ibn Arabi ditahan dan diberitahu bahwa ia belum waktunya. Pada dua ayat terakhir surah yasin, Ibn Arabi terbangun karena mendengar ayahnya membaca dua ayat tersebut.
Seusai menyampaikan pencerahan singkat, para guru dan murid diajak untuk membaca surah Yasin dan bersama-sama berdoa untuk Rasulullah saw, Keluarga Nabi, para ulama, dan orangtua, termasuk mereka yang telah meninggal dunia. Pembacaan doa dan al-Quran ini diakhiri dengan melafalkan shalawat dan bersalaman.
Alhamdulillah, saya bisa hadir dalam acara tersebut sehingga mengetahui bahwa setiap amal perbuatan dan bacaan ayat suci berwujud dan menjadi teman perjalanan akhirat.
Ustadz Miftah menyampaikan bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Akan datang kepada umatku satu zaman, ketika tidak tersisa dari Al-Quran kecuali aksaranya; tidak tersisa dari Islam kecuali namanya. Mereka menamakan dirinya dengan nama Islam, tetapi mereka orang yang paling jauh dari Islam. Masjid-masjidnya ramai, tetapi kosong dari petunjuk. Para ulama di zaman itu adalah seburuk-buruknya ulama di bawah lindungan langit. Dari mereka keluar fitnah (kekacauan, bencana) dan kepada mereka fitnah itu kembali.” (Hadits riwayat al-Bukhari dalam
Khalq ‘Af’al al-’Ibad, halaman 67 dari Ali bin Abi Thalib; Al-Baihaqi dalam Sya’b al-Limaan, 3:317-318; Ibn ‘Adi dalam Al-Kaamil, 4:227; lihat Nahj al-Balaghah, al-Hikam, hikmah 366)
Dari hadits tersebut Ustadz Miftah memberikan penjelasan berkaitan dengan kehidupan umat Islam yang kurang terajut dalam jalinan ukhuwah. Melalui hadits tersebut, Ustadz Miftah mengingatkan untuk menjaga silaturahmi, baik dengan yang masih hidup maupun dengan yang sudah meninggal dunia dalam bentuk mengirimkan doa dan bacaan Al-Quran.
Ustadz Miftah juga menyampaikan tentang keutamaan membaca surah yasin dan surah al-insan. Juga menyampaikan pengalaman saat di Damaskus, Suriah, berziarah ke makam Ibn Arabi, seorang ulama besar dari Spanyol dan ahli dalam tasawuf.
Ustadz Miftah dalam tausiyah mengisahkan kisah mati suri Ibn Arabi. Dikisahkan Ibn Arabi saat kecil tenggelam dalam sebuah empang. Ketika diangkat ternyata sudah tidak bernyawa. Ayahnya kemudian membaringkan jasad Ibn Arabi menghadap kiblat. Ayah Ibn Arabi kemudian membaca surah yasin. Saat dua ayat terakhir tangan Ibn Arabi bergerak-gerak dan hidup kembali.
Setelah bangun, Ibn Arabi ditanya oleh ayahnya. Ibn Arabi bercerita bahwa selama mati suri itu ia sudah berada dalam alam lain dengan jalan yang lurus. Ia berjalan ditemani seseorang yang berwajah berseri dan ceria. Ibn Arabi bertanya kepada yang menemani tersebut. Orang tersebut bilang bahwa ia adalah jelmaan dari surah yasin dibacakan ayah Ibn Arabi. Kemudian Ibn Arabi beserta yang menemaninya berjalan. Ketika tiba pada sebuah pintu, Ibn Arabi ditahan dan diberitahu bahwa ia belum waktunya. Pada dua ayat terakhir surah yasin, Ibn Arabi terbangun karena mendengar ayahnya membaca dua ayat tersebut.
Seusai menyampaikan pencerahan singkat, para guru dan murid diajak untuk membaca surah Yasin dan bersama-sama berdoa untuk Rasulullah saw, Keluarga Nabi, para ulama, dan orangtua, termasuk mereka yang telah meninggal dunia. Pembacaan doa dan al-Quran ini diakhiri dengan melafalkan shalawat dan bersalaman.
Alhamdulillah, saya bisa hadir dalam acara tersebut sehingga mengetahui bahwa setiap amal perbuatan dan bacaan ayat suci berwujud dan menjadi teman perjalanan akhirat.