Muchniar
IJABI wilayah Sulawesi Selatan, pada malam ke sembilan Muharram, bertepatan dengan hari Kamis, 22 Oktober 2015, pukul 19.30 wita menyelenggarakan Majelis Hikmah dan Dzikir Asyura. Acara ini mengusung tema “Dengan Semangat Husaini, Teguhkan Ukhuwah dan Kebhinekaan dalam Bingkai NKRI”. Acara yang diadakan di Balai Prajurit Jenderal M. Yusuf (Ex. Balai Manunggal) ini diawali pembacaarn Al-Quran oleh Imam Masjid al-Markaz al-Islami Makassar, KH Hasan Basri. (majulah-IJABI)
IJABI wilayah Sulawesi Selatan, pada malam ke sembilan Muharram, bertepatan dengan hari Kamis, 22 Oktober 2015, pukul 19.30 wita menyelenggarakan Majelis Hikmah dan Dzikir Asyura. Acara ini mengusung tema “Dengan Semangat Husaini, Teguhkan Ukhuwah dan Kebhinekaan dalam Bingkai NKRI”. Acara yang diadakan di Balai Prajurit Jenderal M. Yusuf (Ex. Balai Manunggal) ini diawali pembacaarn Al-Quran oleh Imam Masjid al-Markaz al-Islami Makassar, KH Hasan Basri. (majulah-IJABI)
Sebagai pemberi sambutan pertama, Ust. Burhanuddin Yusuf yang merupakan perwakilan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sul-Sel, menyampaikan dua harapan besar MUI Sulsel. Pertama, terciptanya persatuan umat Islam Indonesia pada umumnya, dan Sulawesi Selatan khususnya. Kedua, meriah mekarnya syiar Islam di berbagai tempat. Dan, kegiatan Asyura menurut beliau adalah salah satu syiar Islam yang patut diapresiasi dan didukung. “MUI Sulsel, memberi apresiasi acara Asyura. Sebab semua kegiatan yang mengarah pada syiar Islam, kita dukung, kembangkan, dan apresiasi,” tegasnya.
Menyambut apresiasi MUI Sulsel, Ketua Pengurus Pusat IJABI, Ustadz Syamsuddin Baharuddin mengajak seluruh Ijabiyyun yang tersebar di Indonesia untuk mengambil peran dalam ikhtiar menegakkan persatuan Islam dan ukhuwah islamiyah. Dalam sambutannya, Ketua PP IJABI mengutip perkataan Imam Husain as, bahwa Imam Husain as tidak keluar kecuali untuk menegakkan kembali Islam Muhammadi. Itulah Islam asli yang dibawa oleh kakeknya, Baginda Rasulullah Muhammad saw. Ustadz Syams juga menjelaskan bahwa Islam Muhammadi yang dimaksud adalah Islam yang menebarkan senyum Sang Nabi, Islam yang mendahulukan akhlak di atas segala perbedaan antar sesama umat Islam. Islam Muhammadi adalah Islam yang menegakkan persudaraan di atas sendi-sendi dasar kemanusiaan dan lepas dari kapitalisasi kepentingan politik dan ekonomi. Lalu mengapa Asyura? "Sebab, Yazid, Ubaidillah Bin Ziyad, dan Zimran masih mewujud dimana-mana menghalangi tegaknya Islam Muhammadi. Olehnya itu, teriakan “Labbaika Yaa Husain, masih terus menggema,” ucap beliau.
Ceramah majelis ini diisi oleh Drs. KH. Muh. Nursyamsi Andi Pawawoi, SH, MA. Beliau adalah pimpinan Pondok Pesantren Ulumul Qur’an DDI Hasanuddin Maros Sulsel. Senada dengan pembicara-pembicara sebelumnya, beliau juga turut mengingatkan peserta yang hadir untuk mengutamakan persatuan dan ukhuwah. Mengambil hikmah dari Sayyid Muhammad Rasyid Ridha, beliau mengatakan bahwa, ukhuwah itu memiliki banyak wajah. Ada bentuk persaudaraan antar sesama muslim (ukhuwah islamiyah), persaudaraan antar sesama bangsa yang lepas dari sekat agama (ukhuwah wathaniyah), dan persaudaraan sesama manusia yang lepas dari sekat bangsa dan agama (ukhuwah basyariyah). Karenanya, ada banyak jalan untuk memupuk persaudaraan. Beliau juga mengatakan bahwa salah satu bulan yang dimuliakan adalah Muharram, dan salah satu hari mulia adalah hari asyura yang semestinya dihidupkan dengan amalan-amalan semisal, shalat taubat, puasa, dan mempererat persatuan (persaudaraan). “Islam itu bersaudara, satu yang sakit, akan sakit semua,” ungkapnya.
Pengisi Ziarah dan Maqtal Asyura adalah Ustadz Miftah F Rakhmat, Lc., MA. Beliau adalah salah seorang anggota Dewan Syura IJABI. Pada kesempatan ini, Ust Miftah menyampaikan tentang terjalnya jalan seorang pecinta. Inilah yang terlihat dengan jelas di dalam perjuangan Imam Husain as bersama keluarga dan sahabatnya dalam menegakkan Islam Muhammadi di Karbala. Perjuangan seperti itu yang diabadikan Allah dalam QS. Al-Baqarah:214. Untuk mengucapkan kalimat “Labbaika Yaa Husain!”, para pecinta akan mendapat banyak tekanan, fitnah, dan cacian. Namun itulah tebusan untuk sebuah pembuktian cinta kita kepada Nabi Muhammad Saw dan keluarganya.
Pentas seni juga mewarnai majelis kali ini dengan musikalisai puisi dan maktam oleh LDSI Al-Muntazhar dan Lingkar Seni Makassar. Meski sempat mendapat tekanan dari segelintir oknum intoleran yang berdemo di depan gedung Manunggal, majelis yang dihadiri sekitar seribu jamaah dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan ini berakhir sukses. Salah satunya karena kesigapan pihak kepolisian yang mengawal majelis ini sejak awal. Majelis berakhir pada pukul 22.30 wita, dan panitia meninggalkan lokasi pada pukul 23. 30 wita.
Pengisi Ziarah dan Maqtal Asyura adalah Ustadz Miftah F Rakhmat, Lc., MA. Beliau adalah salah seorang anggota Dewan Syura IJABI. Pada kesempatan ini, Ust Miftah menyampaikan tentang terjalnya jalan seorang pecinta. Inilah yang terlihat dengan jelas di dalam perjuangan Imam Husain as bersama keluarga dan sahabatnya dalam menegakkan Islam Muhammadi di Karbala. Perjuangan seperti itu yang diabadikan Allah dalam QS. Al-Baqarah:214. Untuk mengucapkan kalimat “Labbaika Yaa Husain!”, para pecinta akan mendapat banyak tekanan, fitnah, dan cacian. Namun itulah tebusan untuk sebuah pembuktian cinta kita kepada Nabi Muhammad Saw dan keluarganya.
Pentas seni juga mewarnai majelis kali ini dengan musikalisai puisi dan maktam oleh LDSI Al-Muntazhar dan Lingkar Seni Makassar. Meski sempat mendapat tekanan dari segelintir oknum intoleran yang berdemo di depan gedung Manunggal, majelis yang dihadiri sekitar seribu jamaah dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan ini berakhir sukses. Salah satunya karena kesigapan pihak kepolisian yang mengawal majelis ini sejak awal. Majelis berakhir pada pukul 22.30 wita, dan panitia meninggalkan lokasi pada pukul 23. 30 wita.