
Baso Mappadeceng
Ribuan umat Islam pecinta Ahlulbait Nabi memenuhi Convention Hall Lucky Square di Bandung. Mereka bukan hanya warga Bandung dan sekitarnya, tapi juga berasal dari berbagai kota di Indonesia, yang datang untuk mengikuti Majelis Haul Imam Husain Cucu Rasulullah saw (majulah-IJABI)
Ribuan umat Islam pecinta Ahlulbait Nabi memenuhi Convention Hall Lucky Square di Bandung. Mereka bukan hanya warga Bandung dan sekitarnya, tapi juga berasal dari berbagai kota di Indonesia, yang datang untuk mengikuti Majelis Haul Imam Husain Cucu Rasulullah saw (majulah-IJABI)
Ribuan umat Islam pecinta Ahlulbait Nabi memenuhi Convention Hall Lucky Square di Bandung. Mereka bukan hanya warga Bandung dan sekitarnya, tapi juga berasal dari berbagai kota di Indonesia, yang datang untuk mengikuti Majelis Haul Imam Husain Cucu Rasulullah saw. Acara yang juga dikenal dengan sebutan Asyura Syahadah Imam Husain tersebut diadakan untuk mengenang kembali peristiwa yang terjadi pada tanggal 10 Muharram 61 H, saat Imam Husain bersama keluarga dan sahabat setianya syahid di Padang Karbala dalam perjuangan melawan kesewenang-wenangan rezim tirani Yazid bin Mu'awiyah dari Bani Umayyah yang zalim.
Peristiwa yang setiap tahunnya diperingati oleh Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia bersama Yayasan Muthahhari itu kali ini mengangkat tema "Dengan Tetesan Darah Husaini, Kumandangkan Suara Keadilan Insani!"
Dalam siaran persnya, PP IJABI menyebutkan bahwa Asyura adalah perubahan yang meniscayakan kemauan yang besar, kegigihan, dan kerelaan untuk berkorban. Perubahan juga memerlukan teladan suci. Bangsa yang besar bukan saja bangsa yang menghargai para pahlawannya, tapi juga bangsa yang mengenang dan meneruskan perjuangan mereka.
Peristiwa yang setiap tahunnya diperingati oleh Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia bersama Yayasan Muthahhari itu kali ini mengangkat tema "Dengan Tetesan Darah Husaini, Kumandangkan Suara Keadilan Insani!"
Dalam siaran persnya, PP IJABI menyebutkan bahwa Asyura adalah perubahan yang meniscayakan kemauan yang besar, kegigihan, dan kerelaan untuk berkorban. Perubahan juga memerlukan teladan suci. Bangsa yang besar bukan saja bangsa yang menghargai para pahlawannya, tapi juga bangsa yang mengenang dan meneruskan perjuangan mereka.
Pada masa Sayyidina Husain, pendulum umat bergerak ke arah titik nadir menuju jurang yang akan dapat menenggelamkan ajaran Islan. Perilaku haus kuasa dari sekelompok elit telah membawa pada tindak kesewenangan dan laku ketidakadilan. Hanya 50 tahun pasca wafat Sang Pendiri Islam, agama tinggal namanya saja. Umat dianiaya. Agama hanya wacana. Dan nilai-nilai diputarbalikkan maknanya.
Al-Husain yang dididik dalam madrasah suci kenabian tidak tinggal diam. Sebagai pemimpin umat, sebagai keturunan keluarga pembawa risalat, ia berjuang mengingatkan, menegakkan yang benar, amar makruf dan berusaha agar umat terjauh dari kemungkaran.
Untuk mengenang dan meneruskan perjuangan Sayyidina Husain itulah kaum Muslimin dengan setia memperingati peristiwa ini dan berusaha mengambil hikmah dan teladannya.
Peringatan Asyura kali ini juga dihadiri Ketua Umum Tanfidziyah Pengurus Pusat IJABI Syamsuddin Baharuddin, Ketua Dewan Syura IJABI KH DR Jalaluddin Rakhmat, dan ribuan jamaah Ahlulbait yang datang dari berbagai provinsi di Indonesia, termasuk DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa Timur, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera dan Papua.
Dalam sambutannya Syamsuddin Baharuddin menegaskan bahwa keteladanan Sayyidina Husain dan keluarga serta sahabatnya adalah pendorong dari sebuah revolusi mental yang sesungguhnya. Setiap serpihan kisah Asyura menyajikan pelajaran menegakkan keadilan yang sebenarnya. Melalui teladan Asyura, umat ingin belajar memperjuangkan keadilan insani.
Selain itu, Asyura adalah wasilah untuk silatilurahim memperkuat persatuan umat, sekaligus memperbaharui ikrar kesetiaan pada Sayyidina Husain, pada Islam Muhammadi yg diperjuangkan Sayyidina Husain.
Dalam konteks Indonesia, Asyura adalah menyambut panggilan untuk membumikan Islam Muhammadi, Islam bersendikan akhlakul karimah seperti yanh diajarkan para Teladan Suci. Asyura juga adalah ikhtiar menyambut panggilan untuk menjaga bumi pertiwi dari rongrongan para ekstrimis berjubah agama yanh menyebar bibit kebencian dan permusuhan di antara sesama anak bangsa. Asyura juga adalah upaya menyambut seruan untuk menjamin agar kepemimpinan bangsa berada di tangan para pemimpin yang amanah, yang menjamin seluruh warga bangsanya dijamin kebebasannya untuk menjalankan keyakinannya, bebas dari intimidasi dan rasa takut, dan menjamin hak setiap rakyatnya untuk hidup sejahtera lahir batin.
Puncak acara Asyura diisi dengan pembacaan maqtal berjudul "Dari Al Ghadir hingga Karbala" oleh KH Dr Jalaluddin Rakhmat, yang mengisahkan perjalanan panjang kisah para teladan suci sejak Rasulullah saw hingga Sayyidina Husain dalam mengajarkan Islam Muhammadi yang bertitik tolak dari kemuliaan akhlak.
Di penghujung acara, tampil para tokoh pemuka agama perwakilan dari NU Jabar, Keuskupan Jabar, Ahmadiyah dan Muhammadiyah Jabar menyampaikan kesan mereka atas peristiwa Asyura.
Kegiatan yang diawali dengan aksi sosial donor darah berakhir dengan lancar dan damai, dengan pengamanan yang sangat baik dari aparat kepolisian.
Al-Husain yang dididik dalam madrasah suci kenabian tidak tinggal diam. Sebagai pemimpin umat, sebagai keturunan keluarga pembawa risalat, ia berjuang mengingatkan, menegakkan yang benar, amar makruf dan berusaha agar umat terjauh dari kemungkaran.
Untuk mengenang dan meneruskan perjuangan Sayyidina Husain itulah kaum Muslimin dengan setia memperingati peristiwa ini dan berusaha mengambil hikmah dan teladannya.
Peringatan Asyura kali ini juga dihadiri Ketua Umum Tanfidziyah Pengurus Pusat IJABI Syamsuddin Baharuddin, Ketua Dewan Syura IJABI KH DR Jalaluddin Rakhmat, dan ribuan jamaah Ahlulbait yang datang dari berbagai provinsi di Indonesia, termasuk DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa Timur, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera dan Papua.
Dalam sambutannya Syamsuddin Baharuddin menegaskan bahwa keteladanan Sayyidina Husain dan keluarga serta sahabatnya adalah pendorong dari sebuah revolusi mental yang sesungguhnya. Setiap serpihan kisah Asyura menyajikan pelajaran menegakkan keadilan yang sebenarnya. Melalui teladan Asyura, umat ingin belajar memperjuangkan keadilan insani.
Selain itu, Asyura adalah wasilah untuk silatilurahim memperkuat persatuan umat, sekaligus memperbaharui ikrar kesetiaan pada Sayyidina Husain, pada Islam Muhammadi yg diperjuangkan Sayyidina Husain.
Dalam konteks Indonesia, Asyura adalah menyambut panggilan untuk membumikan Islam Muhammadi, Islam bersendikan akhlakul karimah seperti yanh diajarkan para Teladan Suci. Asyura juga adalah ikhtiar menyambut panggilan untuk menjaga bumi pertiwi dari rongrongan para ekstrimis berjubah agama yanh menyebar bibit kebencian dan permusuhan di antara sesama anak bangsa. Asyura juga adalah upaya menyambut seruan untuk menjamin agar kepemimpinan bangsa berada di tangan para pemimpin yang amanah, yang menjamin seluruh warga bangsanya dijamin kebebasannya untuk menjalankan keyakinannya, bebas dari intimidasi dan rasa takut, dan menjamin hak setiap rakyatnya untuk hidup sejahtera lahir batin.
Puncak acara Asyura diisi dengan pembacaan maqtal berjudul "Dari Al Ghadir hingga Karbala" oleh KH Dr Jalaluddin Rakhmat, yang mengisahkan perjalanan panjang kisah para teladan suci sejak Rasulullah saw hingga Sayyidina Husain dalam mengajarkan Islam Muhammadi yang bertitik tolak dari kemuliaan akhlak.
Di penghujung acara, tampil para tokoh pemuka agama perwakilan dari NU Jabar, Keuskupan Jabar, Ahmadiyah dan Muhammadiyah Jabar menyampaikan kesan mereka atas peristiwa Asyura.
Kegiatan yang diawali dengan aksi sosial donor darah berakhir dengan lancar dan damai, dengan pengamanan yang sangat baik dari aparat kepolisian.
Haul Imam Husain di Makassar
Sementara itu, di Makassar, ribuan pecinta Keluarga Suci Nabi memadati Lapangan Tennis Indoor Telkom Jalan A.P.Pettarani memperingati Haul Imam Husain Cucu Rasulullah. Jamaah Ahlulbait yang datang dari berbagai kabupaten/kota di Sulawesi Selatan mengikuti majlis yang juga sering disebut dengan nama Majelis Asyura Syahadah Imam Husain.
Seperti yang lazim dilaksanakan dalam berbagai kegiatan IJABI, setelah diawali dengan membaca Al Quran Surah Yasin secara berjamaah dipimpin Ustadz Muhammad Idrus (Ketua Umum PW IJABI SulSel), dilanjutkan dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, Hymne dan Mars IJABI, dan pembacaan Pancasila.
Turut hadir menyampaikan sambutan Ketua Umum PP IJABI Syamsuddin Baharuddin yang menyampaikan pentingnya menjadikan semangat Asyura Husainiyah sebagai modal dasar menegakkan Islam Akhlaqi, yang menjadi rahmat bagi semesta alam.
Ceramah Asyura disampaikan oleh AG KH Dr Mustamin Arsyad Lc MA, Ketua Umum MUI Kota Makassar. Dalam ceramahnya beliau menekankan pentingnya persatuan Islam yang diikat oleh prinsip-prinsip Islam yang sama, yaitu menyembah Tuhan yang sama (Allah Swt.), mengikuti teladan Nabi yang sama (Nabi Muhammad Saw.) dan berpedoman pada kitab suci yang sama (Al Quran Al-Karim). Seraya memperlihatkan Al Quran yang beliau bawa dari Iran (saat beliau diundang menghadiri konferensi di Iran) beliau menyerukan umat Islam untuk tidak mempercayai provokasi dan fitnah yang menyebutkan bahwa Al Quran Syiah berbeda dengan umat Islam lainnya.
Kyai Mustamin Arsyad juga menjelaskan bahwa kecintaan kepada Ahlulbait Nabi adalah pengikat yang mempersatukan umat Islam.
Puncak acara Haul Sayyidina Husain diisi dengan pembacaan Maqtal Husain oleh Ustadz Miftah F. Rakhmat MA, Dewan Syura IJABI. Beliau mengawali dengan ceramah singkat tentang beberapa ayat Al Quran yang (menurut penafsiran Mazhab Ahlulbait) turun berkenaan dengan Sayyidina Husain dan peristiwa Asyura. Maqtal yang mengisahkan perjalanan panjang derita Keluarga Nabi dalam memperjuangkan Islam Muhammadi membangkitkan tangis haru dan kesedihan jamaah yang menghadiri acara tersebut.
Acara ditutup dengan pembacaan do'a oleh KH Sahib Sultan Karaeng Nompo, Ketua Dewan Syura Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyin SulSel.
Meski sempat mendapatkan demo penolakan dari sekelompok kecil orang, namun acara tersebut berjalan lancar hingga selesai tanpa gangguan berkat penjagaan dan pengamanan yang sangat baik dari aparat kepolisian setempat. (*)
Acara ditutup dengan pembacaan do'a oleh KH Sahib Sultan Karaeng Nompo, Ketua Dewan Syura Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyin SulSel.
Meski sempat mendapatkan demo penolakan dari sekelompok kecil orang, namun acara tersebut berjalan lancar hingga selesai tanpa gangguan berkat penjagaan dan pengamanan yang sangat baik dari aparat kepolisian setempat. (*)