[Makassar - majulah-IJABI] Majelis Ulama Indonesia Sulawesi Selatan bekerja sama dengan UIN Alauddin Makassar Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, menggelar acara Dialog Antar Ormas Islam, hari ini Rabu 11 Oktober 2017. Acara yang dihadiri oleh banyak perwakilan ormas-ormas Islam ini dilaksanakan di aula Fakultas Ushuluddin UIN Alauddin Samata Gowa.
Di acara ini, MUI Sulsel mengundang berbagai ormas yang ada di Sulawesi Selatan. Hampir semua ormas Islam mengirimkan perwakilannya. Di antara yang hadir adalah perwakilan dari MUI sendiri, NU, Muhammadiyyah, IMMIM, IJABI, LDII, JAI, LPPI dan tentu saja dari UIN Makassar. Hadir sebagai pembicara adalah Prof Dr H Abd Rahim Yunus MA (wakil ketua MUI Sulsel) sebagai perwakilan MUI Sulawesi Selatan dan Prof Dr H Muhammad Ghalib MA (Sekretaris Umum MUI Sulsel) yang juga guru besar UIN Alauddin Makassar. Acara diskusi ini dimoderatori oleh Prof Dr Nasir Siola, Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Alauddin Makassar.
Menurut Prof. Rahim Yunus, ide diadakannya dialog ini tercetus ketika dirinya bersama Prof. Nasir menghadiri deklarasi perdamaian di Korea Selatan beberapa waktu lalu. Fakultas Ushuluddin di UIN Makassar, sebagai institusi negara merasa perlu dan tepat untuk memulai dialog antar umat Islam ini. Apalagi, Prof. Nasir sendiri juga adalah ketua komisi Ukhuwwah Islamiyyah UIN Alauddin Makassar.
Dalam paparannya, Prof. Rahim Yunus mengatakan bahwa pada prinsipnya agama itu mengajak kepada perdamaian dan bukan perpecahan. Kenali lebih dalam perihal ajaran tertentu dari sumber primernya. Jangan dari pihak ketiga, sebab pasti akan terjadi distorsi disebabkan masuknya analisa pihak ketiga tadi. Tujuan utama diskusi ini, kata beliau, adalah mencari titik titik temu untuk mengeratkan dan mengedepankan kemanusiaan.
Sementara itu Prof Dr H Muhammad Ghalib MA dalam penyampaiannya menyatakan bahwa tujuan utama dialog ini adalah agar kita umat Islam bisa damai dalam perbedaan dan harmonis dalam keragaman. Jika dengan saudara-saudara non muslim saja kita bisa berinteraksi, mengapa tidak dengan sesama umat Islam. Beliau berharap, kegiatan ini bisa dirutinkan untuk menjalin keharmonisan yang diharapkan. Bahkan beliau menyatakan bahwa ada pihak-pihak yang tidak setuju dengan ide ini, apalagi mengundang Syiah dan Ahmadiyyah. Tetapi Prof Ghalib menyampaikan beberapa pengalamannya mengunjungi dan berinteraksi dengan tokoh mazhab-mazhab Islam dan menyatakan bahwa banyak informasi, tentang Syiah misalnya, hanyalah fitnah dan tidak benar. Mengenai pandangan terhadap Syiah, Prof Ghalib menyebut dua nama besar dari Muhammadiyyah. Katanya, sampai saat ini, Prof Din Syamsuddin dan Dr. Haidar Nasir sama sekali tidak pernah mencaci maki apalagi mengkafirkan Syiah.
Dalam tanggapannya, Prof Dr H Ahmad M Sewang MA yang juga adalah Ketua Umum DPP IMMIM mengatakan bahwa ia sangat mengapresiasi diadakannya dialog seperti ini. IMMIM ingin memberi contoh bagaimana persaudaraan itu dibangun, dan siap memfasilitasi jika ormas-ormas Islam ingin mengadakan dialog serupa. Bahkan beliau menantang agar dialog serupa dilaksanakan secepatnya.
Dalam diskusi ini, hadir mewakili LPPI adalah Said Abdul Shamad. Dalam tanggapannya, Said Shamad mengatakan bahwa MUI harus tetap konsisten mengacu pada ajaran ahlul sunnah wal jama'ah. Syiah sudah jelas menyimpang. Mereka melaknat Abu Sufyan, melaknat Mu'awiyah yang banyak meriwayatkan hadist. Syiah yang diakui menurut Said Shamad hanyalah Syiah Ja'fari bukan Syiah Itsna Asyariyyah. Rupanya beliau tidak memahami bahwa Syiah Itsna Asy'ariyyah juga adalah Syiah Ja'fari.
Syaiful Jihad sebagai penanggap berikutnya berpandangan bahwa pertentangan umat Islam saat ini, khususnya Sunni dan Syiah, adalah konspirasi besar untuk melemahkan umat Islam. Pandangan ini menurut beliau sama dengan pandangan Tariq Ramadhan, cucu Hasan Al-Banna, tokoh pergerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir.
Dari IJABI sebagai salah satu organisasi muslim Syiah, hadir Ust. Mukhammad Idrus yang juga adalah ketua PW IJABI Sulawesi Selatan. Dalam tanggapannya, terutama secara khusus kepada Said Shamad yang selama ini terkenal paling getol mengkafirkan Syiah, Ust Idrus memberikan klarifikasinya panjang lebar terkait isu-isu tentang Syiah dan fitnah yang dialamatkan kepada IJABI. Beliau juga memaparkan sejarah perkembangan ajaran Syiah yang memperoleh kodifikasinya di zaman Imam Ja'far as. Itulah sebabnya ajaran Syiah lebih dikenal sebagai mazhab Ja'fari yang sesungguhnya adalah juga Itsna Asy'ariyyah. Di akhir tanggapan, Ust Idrus menekankan bahwa IJABI siap datang dan berkontribusi dalam setiap dialog antar umat Islam yang dilandasi oleh ikhtiar konstruktif untuk menegakkan persatuan umat Islam khususnya di Makassar dan Sulsel, dialog yang mencari kesalingpahaman, bukan dialog kalah menang.
Menurut Prof. Rahim Yunus, ide diadakannya dialog ini tercetus ketika dirinya bersama Prof. Nasir menghadiri deklarasi perdamaian di Korea Selatan beberapa waktu lalu. Fakultas Ushuluddin di UIN Makassar, sebagai institusi negara merasa perlu dan tepat untuk memulai dialog antar umat Islam ini. Apalagi, Prof. Nasir sendiri juga adalah ketua komisi Ukhuwwah Islamiyyah UIN Alauddin Makassar.
Dalam paparannya, Prof. Rahim Yunus mengatakan bahwa pada prinsipnya agama itu mengajak kepada perdamaian dan bukan perpecahan. Kenali lebih dalam perihal ajaran tertentu dari sumber primernya. Jangan dari pihak ketiga, sebab pasti akan terjadi distorsi disebabkan masuknya analisa pihak ketiga tadi. Tujuan utama diskusi ini, kata beliau, adalah mencari titik titik temu untuk mengeratkan dan mengedepankan kemanusiaan.
Sementara itu Prof Dr H Muhammad Ghalib MA dalam penyampaiannya menyatakan bahwa tujuan utama dialog ini adalah agar kita umat Islam bisa damai dalam perbedaan dan harmonis dalam keragaman. Jika dengan saudara-saudara non muslim saja kita bisa berinteraksi, mengapa tidak dengan sesama umat Islam. Beliau berharap, kegiatan ini bisa dirutinkan untuk menjalin keharmonisan yang diharapkan. Bahkan beliau menyatakan bahwa ada pihak-pihak yang tidak setuju dengan ide ini, apalagi mengundang Syiah dan Ahmadiyyah. Tetapi Prof Ghalib menyampaikan beberapa pengalamannya mengunjungi dan berinteraksi dengan tokoh mazhab-mazhab Islam dan menyatakan bahwa banyak informasi, tentang Syiah misalnya, hanyalah fitnah dan tidak benar. Mengenai pandangan terhadap Syiah, Prof Ghalib menyebut dua nama besar dari Muhammadiyyah. Katanya, sampai saat ini, Prof Din Syamsuddin dan Dr. Haidar Nasir sama sekali tidak pernah mencaci maki apalagi mengkafirkan Syiah.
Dalam tanggapannya, Prof Dr H Ahmad M Sewang MA yang juga adalah Ketua Umum DPP IMMIM mengatakan bahwa ia sangat mengapresiasi diadakannya dialog seperti ini. IMMIM ingin memberi contoh bagaimana persaudaraan itu dibangun, dan siap memfasilitasi jika ormas-ormas Islam ingin mengadakan dialog serupa. Bahkan beliau menantang agar dialog serupa dilaksanakan secepatnya.
Dalam diskusi ini, hadir mewakili LPPI adalah Said Abdul Shamad. Dalam tanggapannya, Said Shamad mengatakan bahwa MUI harus tetap konsisten mengacu pada ajaran ahlul sunnah wal jama'ah. Syiah sudah jelas menyimpang. Mereka melaknat Abu Sufyan, melaknat Mu'awiyah yang banyak meriwayatkan hadist. Syiah yang diakui menurut Said Shamad hanyalah Syiah Ja'fari bukan Syiah Itsna Asyariyyah. Rupanya beliau tidak memahami bahwa Syiah Itsna Asy'ariyyah juga adalah Syiah Ja'fari.
Syaiful Jihad sebagai penanggap berikutnya berpandangan bahwa pertentangan umat Islam saat ini, khususnya Sunni dan Syiah, adalah konspirasi besar untuk melemahkan umat Islam. Pandangan ini menurut beliau sama dengan pandangan Tariq Ramadhan, cucu Hasan Al-Banna, tokoh pergerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir.
Dari IJABI sebagai salah satu organisasi muslim Syiah, hadir Ust. Mukhammad Idrus yang juga adalah ketua PW IJABI Sulawesi Selatan. Dalam tanggapannya, terutama secara khusus kepada Said Shamad yang selama ini terkenal paling getol mengkafirkan Syiah, Ust Idrus memberikan klarifikasinya panjang lebar terkait isu-isu tentang Syiah dan fitnah yang dialamatkan kepada IJABI. Beliau juga memaparkan sejarah perkembangan ajaran Syiah yang memperoleh kodifikasinya di zaman Imam Ja'far as. Itulah sebabnya ajaran Syiah lebih dikenal sebagai mazhab Ja'fari yang sesungguhnya adalah juga Itsna Asy'ariyyah. Di akhir tanggapan, Ust Idrus menekankan bahwa IJABI siap datang dan berkontribusi dalam setiap dialog antar umat Islam yang dilandasi oleh ikhtiar konstruktif untuk menegakkan persatuan umat Islam khususnya di Makassar dan Sulsel, dialog yang mencari kesalingpahaman, bukan dialog kalah menang.
Di akhir acara, Prof. Rahim Yunus menutup dialog dengan mengatakan bahwa tidak bisa dipungkiri, Islam sekarang memiliki tiga aliran besar, yakni Sunni, Syi'ah dan Ahmadiyah. Ketiga mazhab ini masing masing memiliki sumbangsih besar pada kemajuan peradaban dan kemanusiaan.
Para pembicara dan peserta bersepakat bahwa acara seperti ini sangat positif dan bermanfaat. Oleh karena itu disepakati untuk melanjutkan dialog ini secepatnya.
Para pembicara dan peserta bersepakat bahwa acara seperti ini sangat positif dan bermanfaat. Oleh karena itu disepakati untuk melanjutkan dialog ini secepatnya.