Miftah F. Rakhmat, Lc., MA.
Sekretaris Dewan Syura IJABI
Sekretaris Dewan Syura IJABI
Adab persaudaraan adalah mendoakan bizhahril ghaib. Kita mungkin dipisahkan jarak. Tak selamanya diberi kesempatan untuk hadir dalam dekat. Tetapi ada pengikat kebersamaan yang teramat erat: kecintaan kepada Rasulullah Saw dan keluarganya yang suci.
Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa Ali Sayyidina Muhammad
Dari Imam Ali Zainal ‘Abidin as, “Sesungguhnya para malaikat jika mendengar seorang mukmin mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuannya, atau mengingat dan menyebut kebaikannya, mereka (para malaikat itu) akan berkata: Betapa baiknya persaudaraanmu dengan saudaramu itu. Engkaulah sebaik-baiknya saudara untuknya. Engkau doakan baginya kebaikan sedang ia tidak bersamamu. Dan kau sebut-sebut kebaikannya. Sungguh, Allah Swt telah menganugerahkanmu apa yang kau mohonkan untuk saudaramu. Allah Swt telah memujimu sebagaimana kau puji saudaramu. Dan bagimu keutaman di atasnya.
Demikian pula jika seseorang mendoakan keburukan bagi saudaranya, para malaikat akan berkata: “Betapa buruknya engkau jadi saudara. Berhentilah, wahai orang yang tak tahu besarnya dosa-dosanya. Wahai yang tak tahu betapa banyak aibmu ditutupiNya. Pujilah Tuhan atas penutupanNya untukmu. Ketahuilah, bahwa Allah Swt lebih tahu tentang hamba-hambaNya daripadamu.”
Riwayat dari Imam Sajjad as ini dimuat dalam al-Kafi, juz 2 halaman 508. Di antara beragam nikmat yang Allah Ta’ala karuniakan pada hamba-hambaNya adalah nikmat persaudaraan. Para teladan suci ‘alaihimus salam memuji para sahabat setia mereka. Imam Sajjad as dalam Shahifah as-Sajjadiyyah mendoakan khusus para khassaatihi, sahabat dan pengikut para rasul, tetangga dan para kekasihnya. Imam Husain as memuji sahabat-sahabat yang setia mendampinginya hingga akhir perjalanan. Imam Zaman afs mendoakan para pengikut dan perindunya, setiap pagi dan setiap petang, bahkan di setiap kesempatan. Doa-doa yang diajarkan para Imam as itu menyampaikan pada kita satu hal: mereka mendoakan kita semua bizhahril ghaib. Tanpa sepengetahuan kita, tanpa kehadiran kita.
Adab persaudaraan adalah mendoakan bizhahril ghaib. Kita mungkin dipisahkan jarak. Tak selamanya diberi kesempatan untuk hadir dalam dekat. Tetapi ada pengikat kebersamaan yang teramat erat: kecintaan kepada Rasulullah Saw dan keluarganya yang suci.
Baginda Nabi Saw pun menyampaikan kerinduan pada saudara yang tak sezaman dengan Baginda. Baginda Saw menyebut mereka: ikhwaani, ikhwaani, ikhwaani. Saudaraku, saudaraku, saudaraku. Sampai tiga kali, saudara. Sampai tiga kali. Baginda Nabi Saw mengajarkan pada kita: jarak tak mesti menjauhkan hubungan. Silaturahmi yang sejati adalah silaturahmi ruhani.
Hari ini, 11 Dzulqa’dah, adalah wiladah penuh berkah teladan suci dari keluarga Rasulillah Saw, Imam Ali bin Musa ar-Ridha as. Shalawat dan salam Allah Swt untuk Baginda Nabi Saw dan keluarga suci. Di antara kalimat Imam Ridha as adalah: “Al-Hadiyyah tudzhibud dhagain minas shudur.” Hadiah akan menghilangkan kedengkian dari hati. Baginda Nabi Saw juga bersabda, “Tahaaduu tahaabbu.” Saling memberi hadiahlah nanti kalian akan saling mencintai. Dan di antara sebaik hadiah untuk seorang mukmin adalah doanya untuk saudaranya bizhahril ghaib, tanpa sepengetahuannya. Tanpa kehadirannya.
Hari ini juga, 1 Juli, Kepolisian Republik Indonesia memperingati Hari Bhayangkara. Hadiah kita untuk mereka, doa kita bizhahril ghaib. Doa agar negeri ini senantiasa dalam sebaik perlindungan dan penjagaan Allah Swt. Agar para aparat penegak hukum terinspirasi oleh semangat keadilan, semangat persatuan, semangat menegakkan kebenaran.
Hari ini juga, 1 Juli 2000, 20 tahun yang lalu. Sebuah organisasi diresmikan di Gedung Merdeka. Di bawah pemerintahan seorang ulama, suara-suara kecintaan pada Wajah Kasih Mustafa afs menyeruak dari sudut-sudut sejarah. Kerinduan yang telah tersimpan sekian lama menemukan ekspresinya. Mahabbah dalam perjalanan menuju mawaddah. Bukankah itu yang Baginda Nabi Saw mohonkan dari kita semua sebagai ungkap syukur kita?
Ya, selama ini kecintaan pada keluarga Nabi Saw tersimpan nun jauh dalam sanubari. Kata ‘mahabbah’ hanya sekali disebutkan dalam Al-Qu’ran, pada kisah Nabi Musa as: “…Dan aku telah melimpahkan kepadamu cinta dariku. Dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku.” (QS. Thaha [20]:39). Nabi Musa as beroleh cinta ibunya, cinta saudarinya, cinta orang-orang yang mencintainya tanpa mengetahui siapa mereka sesungguhnya. Inilah bizhahril ghaib. Inilah cinta yang sejati.
Hari ini, 20 tahun yang lalu, mahabbah itu menemukan jalan menuju mawaddahnya. Marilah kita saling memberikan hadiah, agar cinta semakin bertambah. Mari doakan para pendiri, bilkhusus Mahaguru KH. Jalaluddin Rakhmat. Kita doakan juga para ulama yang tulus dan ikhlas sepanjang sejarah. Mereka yang telah berpulang ke rahmatullah. Kita doakan setiap mereka yang berkhidmat dalam kecintaan pada kekasih Tuhan. Meski tak selalu ungkap kasih itu terlihat, doa tulus kita senantiasa terhantar untuk mereka. Doa bizhahril ghaib.
Wiladah penuh berkah. Selamat hari jadi. Dirgahayu.
Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa Ali Sayyidina Muhammad
Dari Imam Ali Zainal ‘Abidin as, “Sesungguhnya para malaikat jika mendengar seorang mukmin mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuannya, atau mengingat dan menyebut kebaikannya, mereka (para malaikat itu) akan berkata: Betapa baiknya persaudaraanmu dengan saudaramu itu. Engkaulah sebaik-baiknya saudara untuknya. Engkau doakan baginya kebaikan sedang ia tidak bersamamu. Dan kau sebut-sebut kebaikannya. Sungguh, Allah Swt telah menganugerahkanmu apa yang kau mohonkan untuk saudaramu. Allah Swt telah memujimu sebagaimana kau puji saudaramu. Dan bagimu keutaman di atasnya.
Demikian pula jika seseorang mendoakan keburukan bagi saudaranya, para malaikat akan berkata: “Betapa buruknya engkau jadi saudara. Berhentilah, wahai orang yang tak tahu besarnya dosa-dosanya. Wahai yang tak tahu betapa banyak aibmu ditutupiNya. Pujilah Tuhan atas penutupanNya untukmu. Ketahuilah, bahwa Allah Swt lebih tahu tentang hamba-hambaNya daripadamu.”
Riwayat dari Imam Sajjad as ini dimuat dalam al-Kafi, juz 2 halaman 508. Di antara beragam nikmat yang Allah Ta’ala karuniakan pada hamba-hambaNya adalah nikmat persaudaraan. Para teladan suci ‘alaihimus salam memuji para sahabat setia mereka. Imam Sajjad as dalam Shahifah as-Sajjadiyyah mendoakan khusus para khassaatihi, sahabat dan pengikut para rasul, tetangga dan para kekasihnya. Imam Husain as memuji sahabat-sahabat yang setia mendampinginya hingga akhir perjalanan. Imam Zaman afs mendoakan para pengikut dan perindunya, setiap pagi dan setiap petang, bahkan di setiap kesempatan. Doa-doa yang diajarkan para Imam as itu menyampaikan pada kita satu hal: mereka mendoakan kita semua bizhahril ghaib. Tanpa sepengetahuan kita, tanpa kehadiran kita.
Adab persaudaraan adalah mendoakan bizhahril ghaib. Kita mungkin dipisahkan jarak. Tak selamanya diberi kesempatan untuk hadir dalam dekat. Tetapi ada pengikat kebersamaan yang teramat erat: kecintaan kepada Rasulullah Saw dan keluarganya yang suci.
Baginda Nabi Saw pun menyampaikan kerinduan pada saudara yang tak sezaman dengan Baginda. Baginda Saw menyebut mereka: ikhwaani, ikhwaani, ikhwaani. Saudaraku, saudaraku, saudaraku. Sampai tiga kali, saudara. Sampai tiga kali. Baginda Nabi Saw mengajarkan pada kita: jarak tak mesti menjauhkan hubungan. Silaturahmi yang sejati adalah silaturahmi ruhani.
Hari ini, 11 Dzulqa’dah, adalah wiladah penuh berkah teladan suci dari keluarga Rasulillah Saw, Imam Ali bin Musa ar-Ridha as. Shalawat dan salam Allah Swt untuk Baginda Nabi Saw dan keluarga suci. Di antara kalimat Imam Ridha as adalah: “Al-Hadiyyah tudzhibud dhagain minas shudur.” Hadiah akan menghilangkan kedengkian dari hati. Baginda Nabi Saw juga bersabda, “Tahaaduu tahaabbu.” Saling memberi hadiahlah nanti kalian akan saling mencintai. Dan di antara sebaik hadiah untuk seorang mukmin adalah doanya untuk saudaranya bizhahril ghaib, tanpa sepengetahuannya. Tanpa kehadirannya.
Hari ini juga, 1 Juli, Kepolisian Republik Indonesia memperingati Hari Bhayangkara. Hadiah kita untuk mereka, doa kita bizhahril ghaib. Doa agar negeri ini senantiasa dalam sebaik perlindungan dan penjagaan Allah Swt. Agar para aparat penegak hukum terinspirasi oleh semangat keadilan, semangat persatuan, semangat menegakkan kebenaran.
Hari ini juga, 1 Juli 2000, 20 tahun yang lalu. Sebuah organisasi diresmikan di Gedung Merdeka. Di bawah pemerintahan seorang ulama, suara-suara kecintaan pada Wajah Kasih Mustafa afs menyeruak dari sudut-sudut sejarah. Kerinduan yang telah tersimpan sekian lama menemukan ekspresinya. Mahabbah dalam perjalanan menuju mawaddah. Bukankah itu yang Baginda Nabi Saw mohonkan dari kita semua sebagai ungkap syukur kita?
Ya, selama ini kecintaan pada keluarga Nabi Saw tersimpan nun jauh dalam sanubari. Kata ‘mahabbah’ hanya sekali disebutkan dalam Al-Qu’ran, pada kisah Nabi Musa as: “…Dan aku telah melimpahkan kepadamu cinta dariku. Dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku.” (QS. Thaha [20]:39). Nabi Musa as beroleh cinta ibunya, cinta saudarinya, cinta orang-orang yang mencintainya tanpa mengetahui siapa mereka sesungguhnya. Inilah bizhahril ghaib. Inilah cinta yang sejati.
Hari ini, 20 tahun yang lalu, mahabbah itu menemukan jalan menuju mawaddahnya. Marilah kita saling memberikan hadiah, agar cinta semakin bertambah. Mari doakan para pendiri, bilkhusus Mahaguru KH. Jalaluddin Rakhmat. Kita doakan juga para ulama yang tulus dan ikhlas sepanjang sejarah. Mereka yang telah berpulang ke rahmatullah. Kita doakan setiap mereka yang berkhidmat dalam kecintaan pada kekasih Tuhan. Meski tak selalu ungkap kasih itu terlihat, doa tulus kita senantiasa terhantar untuk mereka. Doa bizhahril ghaib.
Wiladah penuh berkah. Selamat hari jadi. Dirgahayu.