WAKTU itu, haji wada. Rasullah Saw beranjak meninggalkan Mekkah menuju Madinah. Pada 18 Zulhijjah, di tempat bernama Khum, di sebuat mata air (Ghadir), iringan kafilah Nabi terhenti. Rasulullah Saw memerintahkan para sahabat untuk beristirahat. Panas padang pasir menyengat kepala para jamaah haji yang baru menyelesaikan ritus suci. Nabi memandang ke padang yang luas. Beliau meminta para jemaah yang lebih dahulu pergi untuk kembali. Beliau menunggu para peziarah yang belum tiba. Ghadir Khum memang sebuah persimpangan. Dari titik itulah kemudian, para jemaah haji pulang ke kampung halaman.
Memperingati hari pernikahan surgawi Imam Ali as dan Sayyidah Fatimah as di hari 1 Dzulhijjah 1433 kemarin, kami menurunkan tulisan catatan kecil Sutisna al-Banduni tentang sosok Sayyidah Fatimah az-Zahra as. **** Memperingati hari bahagia pernikahan surgawi Imam Ali as dan Sayyidah Fatimah Az-Zahra as yang jatuh pada 1 Dzulhijjah kemarin, Ust Miftah Fauzi Rakhmat menuliskan petikan sejarah Imam Ali as dalam tulisan ringkas berikut ini. **** Tanggal 1 Dzulhijjah 1433H, yang jatuh pada tanggal 17 Oktober 2012, adalah hari pernikahan dua manusia suci, Imam Ali as dan Sayyidah Fathimah as pada tahun 2H. Rasulullah Saw bersabda bahwa sebelum mereka menikah di bumi, Allah telah menikahkan keduanya di langit. Untuk memperingati hari berbahagia ini, kami menurunkan kisahnya, diambil dari kitab Innahaa Fathimah Az-Zahra karya Muhammad Abduh Yamani. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Hanya Fatimah, Bunga Nan Jadi Bunda Ayahnya”, dan diterbitkan Pustaka Iiman, Desember 2007. Untuk tulisan ini, isi diambil dari terjemahan al-Habib Abdul Qodir Ba’abud yang dimuat di blog beliau di http://anaknyaabi.wordpress.com/ [majulah-ijabi.org] **** |
TentangHalaman ini berisi tulisan tentang sejarah Islam. Silahkan mengirimkan tanggapan atas tulisan-tulisan di sini dengan mengirim email ke Admin di alamat: Arsip
November 2013
Subjek
All
|