Ungkapan duka atas Malala
Sebenarnya, bersama anak-anak perempuan lainnya, Malala hanya ingin bersekolah. Tetapi Taliban yang masih menguasai tempat tinggalnya tidak membolehkan anak perempuan bersekolah, demi syariat Islam katanya. Namun, dia tetap bersikeras dan mencari dukungan. Maka Malala harus membayarnya, dia ditembak Taliban. Mustamin al-Mandary menuliskan catatan atas peristiwa yang menarik perhatian dunia di minggu kedua Oktober lalu tersebut [majulah-ijabi.org]
****
****
Para ulama dari Dewan Ijtihad Sunni, Pakistan, saat mengumumkan fatwa kesesatan Taliban, Kamis 11/10/2012 (Republika)
Gadis kecil yang masih berumur 14 tahun dari Pakistan ini, ditembak oleh kelompok Taliban di siang bolong 9 Oktober lalu. Ketika baru saja meninggalkan sekolah di Mingora di Lembah Swat dengan menumpang bis sekolah, seseorang mendekati bisnya dan menembaknya. Seorang anak perempuan lainnya yang terluka, Shazia Razaman, menceritakan kepada kepada Al Jazeera, Kamis (11/10) bahwa Malala sengaja diserang. “Pria itu bertanya, ‘Mana Malala?’ dan seorang siswa menunjuk ke arah Malala. Pria itu kemudian melepaskan tembakan. Dan saya tidak tahu lagi apa yang terjadi, tiba-tiba saya terbangun di rumah sakit,” katanya.
Kesalahan Malala hanya satu. Juru bicara Tehrik-i-Taliban Pakistan (TTP), Ehsanullah Ehsan, dengan bangga mengatakan kepada AFP atas “kesuksesan” penembakan itu. Juru bicara partai yang sudah dilarang di Pakistan itu mengatakan, “Ia adalah anak yang berpikiran Barat. Ia selalu berbicara menentang kami. Kami akan menyerang barang siapa yang berbicara melawan Taliban,” katanya. “Kami sudah memperingatkannya untuk jangan lagi berbicara menentang Taliban dan jangan lagi mendukung Barat, dan mengikuti jalan Islam,” tambahnya.
Bagi Taliban, sesiapa yang mengkritik mereka, tepatnya tidak mengikuti pendapat mereka, berarti tidak mengikuti Islam. Malala sebenarnya hanya ingin sekolah, tetapi bagi Taliban anak perempuan tempatnya di rumah saja, bukan keluar dari rumah, termasuk bersekolah. Malila tidak boleh bersekolah karena ia adalah anak perempuan.
Maka Malila menceritakan intimidasi yang dialaminya, juga nasib buruk perempuan di tempat mukimnya. Melalui blog, dia menceritakan kejadian tersebut sehingga memenangkan penghargaan atas lomba blogging yang diselenggarakan oleh BBC tahun lalu. Ketika Taliban melarang pendidikan untuk anak perempuan, Malila bukan hanya melanjutkan pendidikannya tapi juga menyuarakan hak perempuan dan anak-anak dengan menulis surat ke berbagai surat kabar dan stasiun radio di luar negri. Karena itulah Malila terkenal di Pakistan dan dunia. Kelompok pembela hak anak internasional, Kids Rights Foundation, mencalonkan Malala bagi International Childern`s Peace Prize sehingga ia menjadi anak perempuan pertama Pakistan yang dicalonkan untuk menerima hadiah tersebut. Ia dianugrahi National Peace Award pertama di Pakistan pada Desember 2011.
Kini Malila sedang menjalani masa penyembuhan, setelah operasi mengeluarkan proyektil peluru dari kepalanya berhasil dilakukan di Peshawar. Syukur bahwa peluru tersebut tidak sampai menembus otaknya. Dunia mendoakan Malila saat ini, dan pada saat yang sama dunia mengutuk Taliban.
Apakah Taliban mewakili kelompok Islam? Apakah pemikiran mereka mewakili pandangan Islam? Apakah tindakan mereka berusaha membunuh Malila dengan alasan untuk mendukung Islam dan Syariah dapat dibenarkan?
Setidaknya, bagi lebih dari 50 ulama Sunni yang tergabung dalam Sunni Ittehad Council (SIC) di Pakistan, jawabannya adalah tidak! Seperti yang diberitakan oleh The News di Pakistan (11/10) dan dikutip oleh Republika (13/10), kelompok ulama Islam yang mewakili aliran Islam Barelvi di Pakistan yang banyak dipengaruhi oleh tradisi Sufi dan Salafi ini, mengeluarkan fatwa di Lahore bahwa intrepretasi Taliban terhadap Islam adalah salah dan melenceng dari ajaran Syariah Islam yang benar. Dalam fatwa itu juga disebutkan bahwa Taliban sudah sesat dan pikiran mereka didorong oleh pengabaian. Para ulama ini sepakat bahwa serangan terhadap Malala Yousafzai tidak Islami dan bertentangan dengan syariah.
Para ulama Sunni ini menambahkan, “Islam tak pernah menghentikan wanita untuk mengakses pendidikan dan serangan terhadap Malala menunjukkan Taliban sudah melewati batas Islami”. Untuk memperjelas fatwanya, para ulama mengatakan “Nabi Muhammad Saw pernah mengatakan bahwa hidup seorang Muslim jauh lebih diutamakan bahkan daripada kesucian Kabah.” Bahkan, “pembunuhan terhadap orang tak bersalah setara dengan pembunuhan seluruh kemanusiaan.”
Kemudian, menanggapi intepretasi Taliban mengenai pembunuhan wanita-wanita untuk kebaikan agama yang lebih besar, para ulama tersebut menegaskan bahwa Islam menentang pembunuhan kaum wanita. “Bahkan wanita yang memilih keluar dari Islam pun tak dibolehkan untuk dibunuh,” tegasnya.
Dengan demikian, semua sudah jelas, seperti terangnya matahari di siang hari. Menentang Taliban tentu bukan menentang Islam, tetapi menentang pelencengan mereka dari Islam. Fatwa ulama Islam ahlussunnah dari Pakistan, tempat Taliban memiliki basis dan persembunyian, menjelaskan semuanya. Maka kita seharusnya mendukung Azizul Hasan, salah seorang sepupu Malala ketika mengatakan, “Penyerangan ini tidak akan menakuti kami atau Malala. Aksi pengecut ini tidak akan membuat Malala mengendurkan perjuangannya.” [majulah-ijabi.org]
Kesalahan Malala hanya satu. Juru bicara Tehrik-i-Taliban Pakistan (TTP), Ehsanullah Ehsan, dengan bangga mengatakan kepada AFP atas “kesuksesan” penembakan itu. Juru bicara partai yang sudah dilarang di Pakistan itu mengatakan, “Ia adalah anak yang berpikiran Barat. Ia selalu berbicara menentang kami. Kami akan menyerang barang siapa yang berbicara melawan Taliban,” katanya. “Kami sudah memperingatkannya untuk jangan lagi berbicara menentang Taliban dan jangan lagi mendukung Barat, dan mengikuti jalan Islam,” tambahnya.
Bagi Taliban, sesiapa yang mengkritik mereka, tepatnya tidak mengikuti pendapat mereka, berarti tidak mengikuti Islam. Malala sebenarnya hanya ingin sekolah, tetapi bagi Taliban anak perempuan tempatnya di rumah saja, bukan keluar dari rumah, termasuk bersekolah. Malila tidak boleh bersekolah karena ia adalah anak perempuan.
Maka Malila menceritakan intimidasi yang dialaminya, juga nasib buruk perempuan di tempat mukimnya. Melalui blog, dia menceritakan kejadian tersebut sehingga memenangkan penghargaan atas lomba blogging yang diselenggarakan oleh BBC tahun lalu. Ketika Taliban melarang pendidikan untuk anak perempuan, Malila bukan hanya melanjutkan pendidikannya tapi juga menyuarakan hak perempuan dan anak-anak dengan menulis surat ke berbagai surat kabar dan stasiun radio di luar negri. Karena itulah Malila terkenal di Pakistan dan dunia. Kelompok pembela hak anak internasional, Kids Rights Foundation, mencalonkan Malala bagi International Childern`s Peace Prize sehingga ia menjadi anak perempuan pertama Pakistan yang dicalonkan untuk menerima hadiah tersebut. Ia dianugrahi National Peace Award pertama di Pakistan pada Desember 2011.
Kini Malila sedang menjalani masa penyembuhan, setelah operasi mengeluarkan proyektil peluru dari kepalanya berhasil dilakukan di Peshawar. Syukur bahwa peluru tersebut tidak sampai menembus otaknya. Dunia mendoakan Malila saat ini, dan pada saat yang sama dunia mengutuk Taliban.
Apakah Taliban mewakili kelompok Islam? Apakah pemikiran mereka mewakili pandangan Islam? Apakah tindakan mereka berusaha membunuh Malila dengan alasan untuk mendukung Islam dan Syariah dapat dibenarkan?
Setidaknya, bagi lebih dari 50 ulama Sunni yang tergabung dalam Sunni Ittehad Council (SIC) di Pakistan, jawabannya adalah tidak! Seperti yang diberitakan oleh The News di Pakistan (11/10) dan dikutip oleh Republika (13/10), kelompok ulama Islam yang mewakili aliran Islam Barelvi di Pakistan yang banyak dipengaruhi oleh tradisi Sufi dan Salafi ini, mengeluarkan fatwa di Lahore bahwa intrepretasi Taliban terhadap Islam adalah salah dan melenceng dari ajaran Syariah Islam yang benar. Dalam fatwa itu juga disebutkan bahwa Taliban sudah sesat dan pikiran mereka didorong oleh pengabaian. Para ulama ini sepakat bahwa serangan terhadap Malala Yousafzai tidak Islami dan bertentangan dengan syariah.
Para ulama Sunni ini menambahkan, “Islam tak pernah menghentikan wanita untuk mengakses pendidikan dan serangan terhadap Malala menunjukkan Taliban sudah melewati batas Islami”. Untuk memperjelas fatwanya, para ulama mengatakan “Nabi Muhammad Saw pernah mengatakan bahwa hidup seorang Muslim jauh lebih diutamakan bahkan daripada kesucian Kabah.” Bahkan, “pembunuhan terhadap orang tak bersalah setara dengan pembunuhan seluruh kemanusiaan.”
Kemudian, menanggapi intepretasi Taliban mengenai pembunuhan wanita-wanita untuk kebaikan agama yang lebih besar, para ulama tersebut menegaskan bahwa Islam menentang pembunuhan kaum wanita. “Bahkan wanita yang memilih keluar dari Islam pun tak dibolehkan untuk dibunuh,” tegasnya.
Dengan demikian, semua sudah jelas, seperti terangnya matahari di siang hari. Menentang Taliban tentu bukan menentang Islam, tetapi menentang pelencengan mereka dari Islam. Fatwa ulama Islam ahlussunnah dari Pakistan, tempat Taliban memiliki basis dan persembunyian, menjelaskan semuanya. Maka kita seharusnya mendukung Azizul Hasan, salah seorang sepupu Malala ketika mengatakan, “Penyerangan ini tidak akan menakuti kami atau Malala. Aksi pengecut ini tidak akan membuat Malala mengendurkan perjuangannya.” [majulah-ijabi.org]