Makam syuhada Uhud
Rombongan kecil itu tengah berziarah di bukit Uhud. Jumlah mereka limabelas orang. Empat perempuan dan sisanya laki-laki. Ustad Jalal berdiri mematung, jamaah lainnya tunduk dengan khusyuk. Disampaikanlah bait demi bait doa ziarah. Dimunculkan dalam ingatan kecamuk perang di bukit itu. Dikenang dalam hati perjuangan dan pengorbanan keluarga Nabi.
Perasaan lirih dan duka manakala terucap salam ziarah untuk Pamanda Nabi, Sayyidina Hamzah bin ‘Abdul Muthallib radhiyallahu ‘anhu, yang gugur di tanah itu. Dadanya yang dirobek, hatinya yang dicabik. Dengarlah suara rintihan para peziarah itu dalam bimbingan Ustad Jalal ”…Wahai paman Nabi, kami bersaksi bahwa Engkau sudah berjuang di jalan Allah, untuk setia kepada Rasulullah SAW, dan Engkau mengharapkan apa yang ada di sisi Allah. Demi kedua orangtuaku, kami datang kepadamu, kami berziarah kepadamu menghadapkan diri kami kepada Rasulullah Saw. Kami berharap beliau berkenan memberikan syafaat kepada kami…
Inilah kami datang kepadamu, wahai Paman Rasulullah. Kami berlari dari dosa-dosa kami yang sudah teronggok di punggung kami, dengan berharap akan kasih sayang Tuhan kami. Kami datang padamu dari negeri yang jauh, karena ingin membebaskan kuduk kami dari api neraka. Karena ingin kami ringankan punggung kami dari dosa-dosa kami…”
Ketika tengah khusyuk berdoa, tiba-tiba datang orang menghardik, “Bubar, bubar! Haram, haram!” Dia berteriak dalam Bahasa Indonesia. Menurut Pak Harmonis, jamaah sempat tercerai berai, tapi mereka kembali berkelompok. Ketika menceritakan kisah ini Ustad Jalal berkata, “Kagok, soalnya doanya tinggal sedikit lagi.” Lalu jamaah membaca shalawat bersama, kemudian mengucapkan salam pada Syuhada Uhud. “Assalamu’alaikum Ayyuhas Syuhada’ul Mu`minun… Assalamu’alaikum ya Ahla Bayt al-Iman wat tauhid…” hingga sampai pada kalimat “Fa’alaikum salaamullah…” Tiba-tiba orang yang sama datang lagi dan berteriak, “Doa ini dilarang di sini!” Ustad Jalal masih melanjutkan doa, hingga sampai pada bacaan mengecam para pembunuh syuhada perang Uhud. Saya kutip petikannya:
“Fa’alaikum salaamullah…”
“Doa ini dilarang di sini!”
“Fa’ala man qatalakum la’natullah…”
“Sudah ya Pak ya…Haram”
“wal malaaikati wannaasi ajma’in…”
“Mau lawan?”
“Fa bi haqqihim ‘alaika…”
“Mau apa, mau lawan? Doa ini dilarang di sini!”
“Fa’alaikum salaamullahi wa rahmatuhu wa baraakatuhu…”
“Doa ini dilarang di sini.”
“Ya, ya udah…” (Ustad Jalal berhenti sejenak kemudian melanjutkan lagi)
…fa la’natullahi ‘ala man qatalahum”
“Apa bilang?!” (Saya bayangkan di sini wajah orang Arab itu mulai mengkerut dan alisnya mengernyit. Nada suaranya memang terdengar lebih keras)
“Laknat Allah bagi para pembunuh mereka.”
“Bukankah mereka ini telah masuk Islam semua para sahabat?”
“Yang membunuh mereka itu…”
“Bukankah mereka telah masuk Islam?”
“Oh sebagian iya, tetapi ada juga yang terbunuh di sini.”
“Tapi mereka para sahabat kan?”
“Yang membunuh itu…ada juga yang terbunuh di sini.”
“Tapi mereka sudah masuk Islam kan?”
“Oh tidak, yang membunuh mereka itu. Antara lain ‘Amar bin Jumuh, Abu Jahal.”
“Khalid, Khalid…Khalid bin Walid?”
“Oh, Khalid membunuh Hamzah?” Tanya Ustad Jalal
“Bukan, membunuh para syuhada. Tapi mereka masuk Islam kan? Masuk Islam nggak? Jawab!”
…dan jamaah pun bergerak meninggalkan Uhud. Ziarah yang diawali dengan kekhusyuan dan kesyahduan, diakhiri dengan diskusi kecil seputar “peran” para sahabat dalam perang Uhud. Menarik untuk menyimak peristiwa itu. Menurut Pak Ali (almarhum, meninggal tanggal 8 Juli 2012, admin), jamaah dari Balikpapan, sambil mereka beranjak pergi, sebuah mobil patroli mengikuti mereka hingga menjauh dari bukit Uhud.
Salam bagimu wahai Paman Rasulullah…
Inilah kami datang kepadamu, wahai Paman Rasulullah. Kami berlari dari dosa-dosa kami yang sudah teronggok di punggung kami, dengan berharap akan kasih sayang Tuhan kami. Kami datang padamu dari negeri yang jauh, karena ingin membebaskan kuduk kami dari api neraka. Karena ingin kami ringankan punggung kami dari dosa-dosa kami…”
Ketika tengah khusyuk berdoa, tiba-tiba datang orang menghardik, “Bubar, bubar! Haram, haram!” Dia berteriak dalam Bahasa Indonesia. Menurut Pak Harmonis, jamaah sempat tercerai berai, tapi mereka kembali berkelompok. Ketika menceritakan kisah ini Ustad Jalal berkata, “Kagok, soalnya doanya tinggal sedikit lagi.” Lalu jamaah membaca shalawat bersama, kemudian mengucapkan salam pada Syuhada Uhud. “Assalamu’alaikum Ayyuhas Syuhada’ul Mu`minun… Assalamu’alaikum ya Ahla Bayt al-Iman wat tauhid…” hingga sampai pada kalimat “Fa’alaikum salaamullah…” Tiba-tiba orang yang sama datang lagi dan berteriak, “Doa ini dilarang di sini!” Ustad Jalal masih melanjutkan doa, hingga sampai pada bacaan mengecam para pembunuh syuhada perang Uhud. Saya kutip petikannya:
“Fa’alaikum salaamullah…”
“Doa ini dilarang di sini!”
“Fa’ala man qatalakum la’natullah…”
“Sudah ya Pak ya…Haram”
“wal malaaikati wannaasi ajma’in…”
“Mau lawan?”
“Fa bi haqqihim ‘alaika…”
“Mau apa, mau lawan? Doa ini dilarang di sini!”
“Fa’alaikum salaamullahi wa rahmatuhu wa baraakatuhu…”
“Doa ini dilarang di sini.”
“Ya, ya udah…” (Ustad Jalal berhenti sejenak kemudian melanjutkan lagi)
…fa la’natullahi ‘ala man qatalahum”
“Apa bilang?!” (Saya bayangkan di sini wajah orang Arab itu mulai mengkerut dan alisnya mengernyit. Nada suaranya memang terdengar lebih keras)
“Laknat Allah bagi para pembunuh mereka.”
“Bukankah mereka ini telah masuk Islam semua para sahabat?”
“Yang membunuh mereka itu…”
“Bukankah mereka telah masuk Islam?”
“Oh sebagian iya, tetapi ada juga yang terbunuh di sini.”
“Tapi mereka para sahabat kan?”
“Yang membunuh itu…ada juga yang terbunuh di sini.”
“Tapi mereka sudah masuk Islam kan?”
“Oh tidak, yang membunuh mereka itu. Antara lain ‘Amar bin Jumuh, Abu Jahal.”
“Khalid, Khalid…Khalid bin Walid?”
“Oh, Khalid membunuh Hamzah?” Tanya Ustad Jalal
“Bukan, membunuh para syuhada. Tapi mereka masuk Islam kan? Masuk Islam nggak? Jawab!”
…dan jamaah pun bergerak meninggalkan Uhud. Ziarah yang diawali dengan kekhusyuan dan kesyahduan, diakhiri dengan diskusi kecil seputar “peran” para sahabat dalam perang Uhud. Menarik untuk menyimak peristiwa itu. Menurut Pak Ali (almarhum, meninggal tanggal 8 Juli 2012, admin), jamaah dari Balikpapan, sambil mereka beranjak pergi, sebuah mobil patroli mengikuti mereka hingga menjauh dari bukit Uhud.
Salam bagimu wahai Paman Rasulullah…