Api perjuangan melawan dan segera mungkin menyerang kebiadaban zionis Israel sangat kental nuansanya. Jangan ditunda, gelora syahid menyebar kemana-mana. Bahkan, pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei telah mengeluarkan perintah bagi Iran untuk menyerang Israel secara langsung, sebagai balasan atas pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh.
Oleh : Mukhaer Pakkanna
Sahabatku... tatkala memasuki kota Qom, tamu disambut pemandangan beberapa bendera di atas menara masjid, yang tergores kalimat: "Ya latharatil Hussein" (wahai para penuntut balas Hussein) alias "nyawa harus dibalas dengan nyawa". Sungguh sangat tegas, bendera merah berkibar di masjid besar Qom, Masjid Jamkaran.
Api perjuangan melawan dan segera mungkin menyerang kebiadaban zionis Israel sangat kental nuansanya. Jangan ditunda, gelora syahid menyebar kemana-mana. Bahkan, pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei telah mengeluarkan perintah bagi Iran untuk menyerang Israel secara langsung, sebagai balasan atas pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh.
Sahabatku.. kota Qom adalah sebuah kota di Iran yang mendapat julukan Kota Sejuta Ulama. Kota ini berjarak 135 km dari Teheran. Secara administratif, Qom adalah ibu kota provinsi. Qom terletak di kawasan sahara tengah Iran. Posisinya yang berada di tengah padang yang gersang dan jauh dari laut, iklim Qom sangat kering. Sebagian besarnya tanahnya tidak bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian dan peternakan.
Baca Juga : Catatan Arbain Bagian 2
Dekade belakangan ini, kota Qom telah melejit menjadi pusat industri yang ramai. Pemicunya, karena kedekatannya dengan ibukota Iran, Teheran. Kota ini merupakan pusat regional untuk distribusi minyak bumi dan produk minyak bumi, serta jaringan pipa gas alam dari Bandar eAnzali dan Teheran dan jaringan pipa minyak mentah dari Teheran yang mengalir melalui Qom ke kilang Abadan di Teluk Persia.
Namun, Qom tetaplah sebuah kota suci bagi penganut Syiah. Di kota ini terekam adanya makam Fatimah al-Ma'sumah, saudari dari Imam Ali ar-Ridha. Kota ini merupakan pusat pendidikan Syi'ah terbesar di dunia.
Sahabatku... saya teringat nama kota Qom, pada awal-awal 1980-an, diberitakan media tentang api dan cahaya gerakan Revolusi Islam Iran, 1979. Pergerakan melawan pemerintah Shah Reza Pahlevi sang diktator dan despotik, pun nyala apinya mulai merebak dari kota mullah ini.
Ayatolah Imam Khomeini, yang sejak muda belajar dan mendalami hukum syariah, ilmu fiqih, filsafat Yunani, etika, dan filsafat politik, menjadi penggagas dan leader dalam mengelola revolusi. Getaran revolusi itu menyeruak dan menjangkit secara global, tidak semata di bumi Persia.
Sahabatku.. Di Indonesia, api dan cahaya revolusi dan kebangkitan atau roh revivalisme Islam cukup meggema. Tatkala itu, para intelektual muslim di Tanah Air bangkit menggelorakan semangat gerakan intelektualisme Islam. Kita pun mengenal Ali Syariati, Murtadha Muthahhari, Baqir al-Sadr, dan seterusnya serta gerakan rausyan fikr yang lain.
Baca Juga : Perginya Pelindung Anak Yatim
Sayang sekali, gelora intelektual itu sedikit redup dekade belakangan ini di Indonesia. Saya kurang paham mengapa api itu redup perlahan? Apa karena liberalisasi politik pragmatis, yang menggiring ketumpulan alias kelumpuhan intelektual? Atau mungkin birokrasi akademik yang tidak memberikan imajinasi intelektual?
bersambung ke bagian ke-8
(Mukhaer Pakkanna, Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta. 2011 – 2018 dan 2018 - 2023).