Sekadar catatan, hingga detik ini, ada dua universitas terkemuka di Karbala. University of Karbala, yang didirikan 1 Maret 2002, salah satu universitas bereputasi di Irak, terutama dalam administrasi akademik, sumber daya manusia, dan riset. Selain itu, ada Universitas Ahl Al Bayt, berdiri 2003 oleh Dr. Mohsen Baqir Mohammed-Salih Al-Qazwini. Universitas ini memiliki enam perguruan tinggi utama: Sekolah Tinggi Hukum, Seni, Ilmu Islam, Teknologi Medis & Kesehatan, Farmasi dan Kedokteran Gigi.
Oleh : Mukhaer Pakkanna
Sahabatku... saya menapak jejak kaki ke kota Karbala, Irak, sejak Sabtu (24/8) untuk menyaksikan puncak prosesi Arbain, peristiwa ritual yang bersifat kolosal bagi penganut Mazhab Syiah dunia. Sebelumnya, saya menapaki kota Najaf, tempat peristirahatan terakhir Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Jarak kota Karbala ke kota Najaf ibarat "sepelemparan batu", kisaran 80 km atau 3 hari jika berjalan kaki dalam ritual masif Arbain Walk. Saya sendiri menikmati perjalanan itu, karena ada makna spritual, fenomenologis-sosiologis dan antropologis yang built-in. Sementara jarak dari negeri 1001 malam Baghdad berkisar 100 km.
Kota Najaf dan Karbala adalah 2 (dua) kota suci bagi penganut Mazhab Syiah. Kota Karbala adalah kota destinasi religi dengan magnet utamanya adalah Mausoleum (pemakaman) Imam Husain bin Ali, cucu tersayang Rasulullah, putera Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra putri tersayang Rasulullah ssaw. Imam ketiga dari golongan Islam Syiah, Makam Husain adalah salah satu tempat tersuci bagi golongan Islam Syiah, selain tentunya Makkah dan Madinah.
Magnet makam keluarga dan sahabat khalifah Ali, bermakna historik dan heroik ini kemudian dikapitalisasi menjadi obyek destinasi yang mendatangkan devisa dan getaran denyut kehidupan ekonomi bagi rakyat, terutama usaha mikro-kecil di Karbala. Pun produk pangan dan peternakan yang surplus mampu mesuplai kehidupan masyarakat.
Baca Juga : Ritual Kolosal, Pembangkit Jiwa
Keberadaan sungai Eufrat yang ikonik dan eksotik dalam jejak dinamika sejarah. Sungai ini pernah dikuasai Alexander Agung, Raja Makedonia yang mengalahkan Raja Darius III dan wafat di Babel pada 323 SM. Ternyata, sungai ini justru menyuplai air yang tak pernah kering sehingga ratusan spesies flora dan fauna tetap survive. Inilah yang menjadi sumber devisa yang sangat impresif.
Dan, tidak kalah dahsyat, sumber minyak yang surplus dan mampu mendongkrak gemerincing dinar masyarakat di Karbala. Sekadar catatan, Irak berobsesi pada 2030 akan mampu menggenjot produksi minyak sebesar 6 juta barel per hari. Kontradiksi dengan ihwal itu, surplus devisa belum optimal berkorelasi dengan penataan ruang wilayah dan sketsa kota yang baik. Di beberapa sudut kota masih dijumpai enclave kumuh, bahkan pengemis masih ada yang berserak.
Sahabatku... Saya kurang tahu, apa daerah ini masuk dalam kategori kawasan yang oleh Richard Auty disebut sebagai "kutukan sumberdaya alam" (resource curse) atau paradox plenty? Saya takut menjawabanya, terserah publik menilainya.
Sahabatku....secara administratif, Karbala terbagi menjadi dua distrik, yaitu "Karbala Tua", yang dikenal sebagai pusat agama (destinasi wisata religi) dan "Karbala Baru", yaitu daerah perumahan di mana terdapat pusat pendidikan, universitas yang bereputasi, dan bangunan-bangunan pemerintah serta industri.
Baca Juga : Donor Darah: "Setetes Darah, Sejuta Kehidupan"
Sekadar catatan, hingga detik ini, ada dua universitas terkemuka di Karbala. University of Karbala, yang didirikan 1 Maret 2002, salah satu universitas bereputasi di Irak, terutama dalam administrasi akademik, sumber daya manusia, dan riset. Selain itu, ada Universitas Ahl Al Bayt, berdiri 2003 oleh Dr. Mohsen Baqir Mohammed-Salih Al-Qazwini. Universitas ini memiliki enam perguruan tinggi utama: Sekolah Tinggi Hukum, Seni, Ilmu Islam, Teknologi Medis & Kesehatan, Farmasi dan Kedokteran Gigi.
Sahabatku…. Di pusat kota tua itulah, tidak pernah sepi kunjungan (ziarah) terutama mamasuki perayaan mengenang pertempuran Hari Asyura. Saya sendiri menyaksikan ritual kolosal Arbain yang dihadiri 20-an juta umat manusia, bahkan berlintas agama, mazhab dan sekte. Ternyata ada yang unik, banyak peziarah lansia mengunjungi makam itu semata-mata untuk menunggu ajal, karena makam itu dipercaya sebagai salah satu gerbang menuju surga. Wallahu a'lam.
bersambung ke bagian ke-3
(Mukhaer Pakkanna, Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta. 2011 – 2018 dan 2018 - 2023).