Krisis air bersih semakin nyata. Forum Air Dunia memprediksi bahwa pada tahun 2025, krisis air akan mulai terasa di Indonesia, dan pada 2040, negara ini bisa kehilangan sumber air bersih. Data Kementerian Pekerjaan Umum juga menunjukkan bahwa jika tidak dikelola dengan baik, ketidakseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air dapat memicu krisis di hampir seluruh pelosok dunia. Di tingkat global, sekitar 3,5 miliar orang diperkirakan akan mengalami kekurangan air pada tahun 2025, sementara 2,5 miliar orang akan hidup tanpa sanitasi yang layak. Angka-angka ini adalah peringatan serius bahwa menjaga air bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.
Di Hari Air Sedunia (Diperingati tiap tanggal 22 Maret) ini, kita diingatkan kembali bahwa air adalah amanah yang harus dijaga dengan kesadaran dan tanggung jawab. Ini bukan hanya sekadar peringatan, tetapi juga ajakan untuk bertindak demi kelangsungan hidup bersama.
Krisis air bersih semakin nyata. Forum Air Dunia memprediksi bahwa pada tahun 2025, krisis air akan mulai terasa di Indonesia, dan pada 2040, negara ini bisa kehilangan sumber air bersih. Data Kementerian Pekerjaan Umum juga menunjukkan bahwa jika tidak dikelola dengan baik, ketidakseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air dapat memicu krisis di hampir seluruh pelosok dunia. Di tingkat global, sekitar 3,5 miliar orang diperkirakan akan mengalami kekurangan air pada tahun 2025, sementara 2,5 miliar orang akan hidup tanpa sanitasi yang layak. Angka-angka ini adalah peringatan serius bahwa menjaga air bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.
Air adalah kehidupan. Tanpa air, tak ada yang bisa tumbuh, tak ada yang bisa bertahan. Maka, menjaga air bukan hanya soal kelestarian lingkungan, tetapi juga bentuk nyata dari tanggung jawab moral dan spiritual. Sebagai pengikut Ahlul Bait, tanggung jawab ini menjadi lebih mendalam, karena Islam—melalui teladan para imam suci—mengajarkan kecintaan pada alam semesta sebagai manifestasi kasih sayang Allah.
Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman, "Dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup." (QS. Al-Anbiya: 30). Ayat ini bukan sekadar pengingat akan pentingnya air, tetapi juga amanah bagi manusia untuk menjaganya. Begitu pula dalam hadis-hadis Ahlul Bait, banyak ditekankan tentang sikap hemat, kepedulian terhadap lingkungan, dan keadilan dalam pemanfaatan sumber daya alam.
Baca Juga : "Shahifah Sajjadiyah : Warisan yang Tak Lekang Oleh Waktu"
Menjaga Elemen air, Sungai dan pohon disebut sebagai amalan abadi. Penyebutan itu justru didahulukan ketimbang membangun masjid. Rasulullah SAW bersabda, "Ada tujuh amal yang pahalanya terus mengalir meskipun seseorang telah wafat: yang mengajarkan ilmu, mengalirkan sungai, menggali sumur, menanam pohon, membangun masjid, mewariskan mushaf Al-Qur’an, atau meninggalkan anak yang mendoakannya." (HR. Al-Baihaqi).
Masalah lingkungan yang didalamnya juga termasuk air disinggung Imam Ali Zainal Abidin dalam Risalah Al-Huquq. Imam menegaskan, "Hak lingkungan atasmu adalah engkau menjaganya, tidak merusaknya, dan tidak memanfaatkannya secara zalim." Ini adalah prinsip dasar yang menyelaraskan alam semesta dengan ajaran Islam tentang keseimbangan (mizan), di mana manusia tidak boleh berlebihan dalam menggunakan sumber daya bumi.
Sementara itu, Imam Ja’far Shadiq berkata, "Janganlah engkau menebang pohon tanpa alasan yang benar, karena itu akan mengurangi keberkahan bumi." Perkataan ini menunjukkan bahwa menjaga keseimbangan alam, termasuk sumber daya air, adalah bagian dari tanggung jawab manusia terhadap ciptaan Allah.
Dari sabda ini, kita memahami bahwa menjaga dan mengalirkan air adalah salah satu bentuk amal jariyah yang pahalanya tidak terputus. Sebuah sumur yang digali, sebuah aliran air yang dijaga kelestariannya, akan menjadi warisan kebaikan yang mengalir hingga hari akhir.
Ada beberapa langkah nyata yang bisa dilakukan untuk menjaga air:
- Menghemat air dalam keseharian – Mematikan keran saat tidak digunakan, menggunakan air secukupnya saat mandi dan mencuci, serta memperbaiki kebocoran pipa.
- Menanam pohon dan menjaga vegetasi – Pohon membantu menjaga siklus air dan mencegah erosi tanah yang dapat mencemari sumber air.
- Mengelola limbah dengan bijak – Tidak membuang sampah atau bahan kimia berbahaya ke sungai dan sumber air.
- Menggunakan teknologi ramah lingkungan – Memanfaatkan sistem irigasi tetes untuk pertanian, menggunakan air hujan, serta menerapkan metode daur ulang air.
- Menyuarakan pentingnya konservasi air – Mengedukasi masyarakat dan mendukung kebijakan yang berpihak pada kelestarian sumber daya air.
"Seorang penyair menulis dengan kata-kata. Alam menulis dengan air. Saat air mengering, cerita pun berakhir."