Bagaimana mungkin kecintaan betul-betul bertambah bila sosok yang dicintai tak dihadirkan dalam benak dan hati kita? Akankah cinta itu tumbuh berkembang bila abai mengenang dan menyebutnya?
Bagaimana mungkin getaran cinta meningkat bila tak konsisten mendekatkan dan menghubungkan diri kepada yang dicintai? Ada banyak ungkap cinta dan perkhidmatan, di manakah kita berada?
Demikianlah sabda Baginda Nabi SAW yang barangkali luput dari perhatian sebagian kaum muslimin. Dari hadis shahih ini kita jadi tahu ternyata perintah Baginda Nabi SAW bukan hanya mencintai Imam ‘Ali bin Abi Thalib as, tapi juga menambah kecintaan padanya. Bukan sekadar menanam benih cinta lalu dibiarkan begitu saja. Benih itu harus dirawat untuk tumbuh dan berkembang.
Menariknya, dalam hadis tersebut Baginda Nabi SAW tidak menyebutkan sampai mana batasan menambah kecintaan itu. Tidak disebutkan apa saja bentuk dari menambah kecintaan itu. Kita diperkenankan menambah kecintaan itu dengan berbagai ungkapan dan cara selama tidak melanggar nilai-nilai islami. Tidak pula disebutkan batasan waktu dan jumlahnya. Artinya, kapan pun terbuka pintu selebar-lebarnya untuk kita menambah kecintaan itu. Cinta itu harus didawamkan demi tumbuh dan berkembangnya.
Baca Juga : Dari Mana Kita Seharusnya Berangkat ?
Perintah hadis ini sangat jelas dan tegas. Maknanya gamblang. Tanpa harus jadi filsuf atau cendekiawan kita sudah bisa mengangkap maksudnya. Tanpa perlu tafsiran yang bermacam-macam lagi. Tak butuh teori-teori rumit untuk memahaminya. Di sini yang dibutuhkan kejernihan akal dan hati meresapi kedalamannya.
Karena setiap Ahlul Bait as hakikatnya adalah satu kesatuan, maka perintah menambah kecintaan pada Imam ‘Ali as juga berlaku dalam kecintaan kita pada Sayyidah Fathimah al-Zahra’ as, Imam Hasan as, Imam Husain as dan sembilan imam suci dari keturunan beliau as.
Bagaimana mungkin kecintaan betul-betul bertambah bila sosok yang dicintai tak dihadirkan dalam benak dan hati kita? Akankah cinta itu tumbuh berkembang bila abai mengenang dan menyebutnya?
Bagaimana mungkin getaran cinta meningkat bila tak konsisten mendekatkan dan menghubungkan diri kepada yang dicintai? Ada banyak ungkap cinta dan perkhidmatan, di manakah kita berada?
Mungkinkah kecintaan itu bertambah bila tak ada upaya menghadirkan pengorbanan dan persembahan cinta demi yang dicintai?
Mungkinkah kecintaan itu bertambah bila segala yang berkaitan dengan yang dicintai tak menjadi perhatian sang pecinta?
Lebih dari itu. Adakah cinta terawat bila sang pecinta tak berusaha menyesuaikan spirit, gaya dan tujuan hidupnya, lisannya, akhlak dan seluruh perbuatannya dengan pedoman hidup dan teladan sosok yang dicintainya?
Baca Juga : Asing
Bukankah tanda pecinta sejati berbahagia dengan kebahagiaan kekasihnya dan bersedih dengan kesedihannya?
Tidakkah kita berpikir?
Fazdad lahu hubban
Cintailah ia
lebih dari sebelumnya
Cintailah ia
lebih, lebih... dan lebih lagi...
Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat dan diluaskan berkahnya. Silahkan disebarkan seluas-luasnya. Mohon menyertakan kami dalam amalan dan doa. Terima kasih banyak. Shalawat
Allahumma shalli wa sallim wa barik ‘ala Sayyidina Muhammad wa Aali Sayyidina Muhammad wa ‘ajjil farajahum...