Katakanlah (Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat bergantung segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya."
Ayat ini menunjukkan kemurnian Tuhan dalam arti keesaan mutlak, yang tidak bisa dibandingkan dengan makhluk.
QS. Asy-Syura (42:11) Penglihatan tidak dapat menangkap-Nya, tetapi Dia dapat menangkap segala penglihatan. Dia Maha Halus, Maha Mengetahui.
Ini menegaskan bahwa Tuhan tidak bisa dijangkau secara langsung oleh indera manusia, sehingga memperkuat sisi impersonal-Nya.
Dalam kaitannya dengan amal terbaik yang disebutkan dalam berbagai riwayat, perlu dipahami bahwa istilah afḍal al-a‘māl (amal terbaik) tidak selalu berarti bahwa suatu amal lebih utama dari semua amal lainnya dalam segala kondisi. Dengan kata lain, keunggulan yang dimaksud bukanlah keutamaan mutlak atas semua amal lainnya, melainkan keutamaan relatif yang bergantung pada faktor-faktor tertentu. Dalam pandangan Ibn Arabi, makrifat bukanlah sesuatu yang selesai, tetapi sebuah perjalanan tanpa akhir. Bahkan para nabi dan wali Allah senantiasa mengalami peningkatan dalam makrifat mereka terhadap Allah. Oleh karena itu, ketika Rasulullah saw menyatakan: Kami tidak mengenal-Mu, ini menandakan bahwa bahkan makrifat seorang nabi pun tidak dapat mencakup seluruh hakikat Tuhan. Di antara kepedihan yang tak terbayangkan, lahirlah doa-doa yang tak sekadar mengungkapkan kepasrahan, melainkan juga menanamkan keberanian. Shahifah Sajjadiyah, untaian doa yang dipanjatkan oleh Imam Ali Zainal Abidin as, bukan sekadar kumpulan harapan, tetapi sebuah warisan spiritual yang mengajarkan bagaimana menghadapi hidup dengan keteguhan, tanpa kehilangan kelembutan hati. |
TaqribArsip
March 2025
LiteraturRamadhan 1439HSerba-Serbi Ramadhan, catatan ringan Ust Miftah Rakhmat untuk hikmah Ramadhan 1439H
Jangan Nilai Buku dari Sampulnya Zaman Post Truth Doa dan Puasa Islam User-Friendly Sahur dan Imsak Ta'jil Membuang Keakuan Ramadhan di Antara Hisab dan Rukyat Empati Kategori
All
Arsip |