Sungai Eufrat

Udara  membawa amis  berbisik sembilu kepada anak-anak Tuhan
Yang belum sempat menterakan masa depan
Juga kehilangan permainan petak umpet dan boneka rumah-rumahan
Kemudian kau lihat kedua potongan tangan yang dibawa seekor kuda: 
Dipersembahkan pada imam dan kerabat kecil yang kehausan dan tergelatak di tanah

Cuaca mengerang
Langit legam
Dari  sebuah tenda yang sudah terkepung 
Sang imam memanggil adiknya 

“cobalah engkau carikan seteguk air untuk anak-anak  yang kehausan itu”

Purnama Bani Hasyim itu lari 
Di sela pohon Berangan dan Tamariska
Menuju tepian Eufrat 

Menerabas batas 
Mengayunkan pedang ke seluruh arah 
Di antara angin kering lereng bukit, pohon-pohon kurma dan panah laskar bromocorah

Sebelum kembali ke kemah 
Satu kompi Yazid menyergap 
Dari balik batu
Seperti salak anjing menemukan mangsa
Merampas tubuh dan kemudian menigasnya

Langit Kufah keruh 
Ladang tandus yang membentang itu ibarat negeri yang tak pernah  disinggahi kabar para nabi 

Udara  membawa amis  berbisik sembilu kepada anak-anak Tuhan
Yang belum sempat menterakan masa depan
Juga kehilangan permainan petak umpet dan boneka rumah-rumahan

Kemudian kau lihat kedua potongan tangan yang dibawa seekor kuda: 
Dipersembahkan pada imam dan kerabat kecil yang kehausan dan tergelatak di tanah

Oleh : Dr. K.H. Asep Salahudin, Rektor IAILM
(Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah), Suryalaya.

---