"Setelah masyarakat sadar bahwa mereka sedang diadu domba oleh musuh-musuh Islam, saya juga berharap bahwa mereka akan kembali kepada kepribadian Islam khas Indonesia, bahwa dari dulu kita ini semuanya saling menghargai, misalnya ketika Bung Karno mendirikan Masjid Istiqlal tepat di samping Gereja Katedral. Di berbagai tempat di Indonesia pun demikian, banyak masjid yang didirikan tepat di samping gereja. Karena sejarah Indonesia ini terbentuk adalah sejarah tentang toleransi. Karena kan enggak mungkin menyatukan ratusan suku bangsa di bawah Indonesia jika tidak toleran." (KH. Dr. Jalaluddin Rakhmat)
Ferlitahus
"Kang Jalal itu macam Gus Dur lah. Dianggap sesat, dianggap gila, dianggap nyeleneh. Itu karena Kang Jalal melampaui kualitas kepribadian banyak orang sehingga berani memilih jalan lain," Hernowo Saya menikmati tulisan-tulisan Kang Jalal bagaikan menikmati kisah yang tersaji dalam novel Harry Potter: mengasyikkan. Dalam tulisan sederhana ini, saya ingin memahami pemikiran Kang Jalal melalui perspektif “mengikat makna”. Sebagaimana disampaikan oleh Descartes, “…membaca buku yang baik bagaikan mengadakan percakapan dengan para cendekiawan yang paling cemerlang—yakni para penulis buku itu.
Dedy Djamaluddin Malik
Pengaruh pemikiran Kang Jalal dalam dataran corak dan elit pemikiran Islam, berada pada corak “jalan tengah” (middle path) di antara “Islam liberal” (Islib) dengan “Islam literal” (Islit). Kelompok Islam liberal adalah mereka yang mengenyam pendidikan tinggi ilmu agama secara formal dan mengadaptasikan isu-isu Islam dengan kemoderenan melalui pemanfaatan metodologi ilmu-ilmu sosial Barat. Sementara kelompok Islam literal adalah mereka yang tidak memiliki latar belakang dan pendidikan agama keluarga dan “menemukan” Islam dalam “khalaqah-khalaqah” di kampus universitas.
Miftah Fauzi Rakhmat
Anggota Dewan Syura IJABI "Sejak awal itu, kami sudah tahu, Bapak bukan hanya milik kami, bahkan mungkin, tidak pernah jadi milik kami. Jalan hidup kami, jalan hidup yang dipilihkannya." |
|