Akhir-akhir ini, provokasi penghujatan dan pengkafiran mazhab Syiah di dalam Islam semakin gencar dilakukan di berbagai tempat di Indonesia. Provokasi ini selain bisa memperlemah persaudaraan kaum muslimin, juga bisa merusak tatanan kehidupan bernegara. Mengerikan saat segelintir orang yang mengatasnamakan kelompok mayoritas, lalu mengajak untuk menafikan kelompok minoritas. Terlebih lagi jika provokasi itu dimotori oleh mereka yang dianggap "ulama". [majulah-ijabi.org]
MASUKNYA Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Jalaluddin Rakhmat sebagai bakal calon anggota legislatif bukan kali ini saja. Bahkan, pada periode lalu sudah ada tokoh syiah yang masuk ke DPR. Berita ini dikutip dari laman Jurnal Parlemen di link berikut.
Yayan Sopyani Al Hadi RMOL. Cendekiawan muslim Jalaluddin Rakhmat memutuskan untuk terjun ke gelanggang politik praktis. Di antara alasan Kang Jalal, begitu ia disapa, terjun ke politik karena menyaksikan nasib kelompok minoritas kian mengenaskan, serta di saat yang sama hukum impoten karena selalu ada kepentingan-kepentingan politik di baliknya. Yayan Sopyani Al Hadi RMOL. Dari waktu ke waktu, nasib kaum minoritas di Indonesia sangat memperihatinkan, dan bahkan mengenaskan. Sebut saja misalnya, GKI Yasmin yang ditutup, kelompok Ahmadiyah yang terus disudutkan, atau muslim Syiah yang terus terancam. AGH Sanusi Baco menyampaikan pesan LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) perwakilan Indonesia Timur telah cukup lama membagikan selebaran yang berisi “Solusi Menghadapi Gerakan Syi’ah”. Dalam selebaran yang telah beredar cukup lama di Kota Makassar itu, LPPI mencantumkan nama 2 tokoh dan organisasi Islam di SulSel, yaitu AGH Sanusi Baco, Lc (Ketua MUI SulSel) dan H.M. Amin Syam (Ketua DMI SulSel) sebagai pihak yang menyetujui dan mendukung apa yang disebutnya sebagai “Gerakan Aksi Damai: Indonesia Mewaspadai Syi’ah, Menuju Indonesia Tanpa Pengaruh Syi’ah”. Namun ternyata, nama kedua tokoh Islam Sulsel tersebut ditulis tanpa izin. Reporter kami Baso Mappadeceng melaporkan dari Makassar klarifikasi masalah tersebut. [majulah-ijabi.org] **** Upaya untuk mempersatukan kelompok-kelompok Islam di Sulsel terus dilakukan. Setelah Universitas Muslim Indonesia, kini giliran Majelis Ulama Indonesia Sulawesi Selatan serta Forum Ukhuwah Islamiyah Sulsel kembali mempertemukan organisasi-organisasi masyarakat Islam yang ada di Sulsel. Kami menerima laporan Akbar Hamdan dari Makassar yang ikut menghadiri kegiatan ini. Semua isi laporan ini sudah pernah dimuat di harian Fajar Makassar tanggal 13 Nopember 2012 [majulah-ijabi.org] **** Senin 5 November 2012, Universitas Muslim di Makassar Sulawesi Selatan membuat tonggak sejarah penting dalam sejarah persatuan mazhab-mazhab Islam di Indonesia. Universitas swasta terbesar di Indonesia Timur ini melaksanakan seminar internasional persatuan Islam dengan menghadirkan beberapa ulama dari mazhab Sunni dan Syiah. Seminar ini juga diakhiri dengan penandatanganan deklarasi bersama untuk persatuan mazhab-mazhab Islam. Kami menerima laporan dan foto berikut ini langsung dari Akbar Hamdan di Makassar. Sebagian besar laporan ini telah dimuat di Harian Fajar 6 November 2012 di halaman 1 [majulah-ijabi.org]
Cak Nun sedang menyampaikan materi Ada kejadian menarik di kampul IAIN Sunan Ampel Surabaya tanggal 22 Oktober 2012 kemarin. Senat Mahasiswa Fakultas Ushuludin, bekerja sama dengan PMII Komisariat Fakultas Ushuluddin, mengadakan sebuah seminar bertajuk “Haruskah Syiah Ditolak?” Media online menuliskan jalannya kegiatan ini dengan berbagai versi dan tendensi. Mustamin al-Mandary melakukan analisa pemberitaan media-media tersebut berikut ini. **** Hubungan Sunnah dan Syiah yang harmonis bukanlah hal mustahil di Indonesia. Jika harus menjawab buku Ustadz Quraisy Syihab "Sunnah Syiah Bergandengan Tangan, Mungkinkah?", akan sangat cepat bisa dijawab: bisa! Adakah contohnya? Yasser Arafat menyediakan jawabannya dengan menuliskan catatannya dari Solo, disarikan dari berbagai sumber [majulah-ijabi.org] **** Januari 2012 silam, Rusdi Mathari, mendatangi Karang Gayam dan Bluuran, Sampang, Jawa Timur untuk mencari tahu penyebab konflik Syiah-Sunni menyusul pembakaran rumah-rumah orang-orang Syiah dan pengusiran mereka. Tulisan ini adalah hasil reportase dan wawancaranya dengan sejumlah tokoh, kiai, pejabat Pemda Sampang, yang bisa membantu menjelaskan mengapa konflik Syiah-Sunni di Sampang tak kunjung berhenti, bahkan harus ada yang tewas sia-sia. Diambil dengan izin dari http://rusdimathari.wordpress.com/2012/08/27/mereka-sibuk-menghitung-langkah-ayam-reportase-kasus-syiah-sampang/ [majulah-ijabi.org] [Rusdi Mathari menekuni profesi jurnalistik sejak 1989, menghabiskan sebagian besar kariernya sebagai wartawan ekonomi. Awalnya sebagai wartawan lepas di Suara Pembaruan, lalu bekerja di InfoBank, detikcom, Pusat Data dan Analisa Tempo, dan Trust. Pada 1999, dia terpilih sebagai salah satu wartawan investigatif terbaik versi ISAI dan dikirim ke Bangkok untuk mengikuti crashprogram penulisan jurnalistik tentang HAM] |