Kekhawatiran yang muncul karena maraknya kegiatan kelompok takfiri yang mengkafirkan kelompok Islam selain golongan mereka saja, semakin meresahkan tokoh-tokoh di dunia Islam. Demikian juga yang dirasakan oleh Perdana Mentri Malaysia, Najib Razak. Di depan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa akhir September ini, beliau kembali menyatakan keresahan tersebut [majulah-ijabi.org]
Dubes Vatikan di Lebanon, Uskup Gabriele Caccia Seperti yang dikutip dari Republika Selasa (1/1/2013), Duta Besar Vatikan untuk Lebanon, Uskup Gabriel Caccia, mendukung penuh gagasan Iran untuk memulihkan perdamaian dan kedamaian di Suriah. Caccia menyampaikan pernyataan itu ketika bertemu dengan Duta Besar Iran untuk Lebanon Ghazanfar Roknabadi pada hari pertama tahun 2013 tersebut. Ungkapan duka atas Malala Sebenarnya, bersama anak-anak perempuan lainnya, Malala hanya ingin bersekolah. Tetapi Taliban yang masih menguasai tempat tinggalnya tidak membolehkan anak perempuan bersekolah, demi syariat Islam katanya. Namun, dia tetap bersikeras dan mencari dukungan. Maka Malala harus membayarnya, dia ditembak Taliban. Mustamin al-Mandary menuliskan catatan atas peristiwa yang menarik perhatian dunia di minggu kedua Oktober lalu tersebut [majulah-ijabi.org] **** Siapa yang diuntungkan dengan konflik Suriah dan Turki? Hossein Sobhaninia, seorang anggota senior parlemen Iran mengatakan, konflik militer Suriah dan Turki bisa menyeret kedua Negara Muslim tersebut ke dalam perang. Dan pada akhirnya, Barat yang akan menikmati keuntungan dari konflik tersebut. Demikian dilaporkan oleh PressTV 12 Oktober lalu [majulah-ijabi.org] **** [majulah-ijabi.org] Ide tentang tak terelakkannya kehancuran Israel bukan lagi sesuatu yang tabu. Saat ini, semakin banyak pembesar Amerika yang sudah terang-terangan mendukung fakta tersebut. Sebutlah misalnya apa yang dikatakan oleh Henry Kissinger, “Di dalam 10 tahun ke depan, Israel sudah tidak akan ada lagi”. Demikian sebuah laporan di PressTV yang dimuat kemarin (1/10/2012) Sehari sebelumnya, PressTV menurunkan sebuah artikel dari seorang kolumnis politik, Kevin Barret. Mengomentari pernyataan Kissinger tersebut, Barret mengatakan, “Pernyataan Kissinger ini jelas dan terang-terangan. Dia tidak sedang mengatakan bahwa Israel berada di dalam bahaya, dan mungkin bisa diselamatkan hanya dengan memberinya beberapa triliun dolar tambahan, atau dengan memukul telak musuh-musuhnya dengan kekuatan militer kita…. Dia tidak sedang menawarkan jalan keluar. Kissinger dengan cara yang sederhana sedang menyatakan satu fakta: Di tahun 2022, Israel tidak akan ada lagi,” Kissinger juga menyebutkan sebuah studi yang dilakukan oleh Intelligence Community (IC) di Amerika, sebuah komunitas yang terdiri dari 16 agen intelijen, di awal tahun ini. Laporan studi tersebut diberi judul “Mempersiapkan Timur Tengah Paska Israel”. Kissinger kemudian menyatakan bahwa hasil studi tersebut mengukuhkan pendapatnya. “Ke-16 agen intelijen tersebut sepakat bahwa Israel tidak akan mampu menahan kereta raksasa pro-Palestina yang lahir dari Arab Spring, kebangkitan Islam, dan perkembangan Republik Islam Iran,” demikian Barret menambahkan dalam artikelnya. Menurut laporan IC, pemerintah Amerika tidak akan sanggup lagi menyediakan sumber daya militer dan finansial “untuk melanjutkan dukungan atas Israel dalam membendung keinginan lebih dari satu miliar orang di sekitarnya” dan menyarankan bahwa “Amerika seharusnya mengikuti kepentingan nasionalnya sendiri dan menarik pengeluarannya atas Israel”, kata Barret. Melihat kenyataan bahwa seorang Kissinger yang Yahudi pun yang selama ini dianggap sebagai teman mesra Israel, dan bahwa mayoritas petinggi Amerika termasuk penulis dari laporan IC itu sendiri sangat dipengaruhi oleh lobi pro-Israel, munculnya pesan “kematian” Israel ini semakin jelas maksudnya, demikian artikel itu menambahkan. Artikel Barret tersebut beralasan bahwa kemunculan pernyataan berani di kalangan petinggi Amerika sendiri sehubungan dengan “kematian” Israel, bisa ditelusuri dalam alasan-alasan berikut:
“Kenyataannya, Amerika mengalami kehancuran dan mengorbankan ribuan nyawa dalam perang untuk Israel, perang yang alih-alih membantu, tetapi justru menghancurkan kepentingan strategis Amerika”. Dan Barret kemudian menyimpulkan bahwa "akan lebih mudah bagi pembuat kebijakan di Amerika untuk mengikuti Kissinger serta pendapat 16 agen intelijen untuk mengenal satu kenyataan yang jelas: Israel telah mencapai titik akhir kehidupannya." Gambar diambil dari PressTV [majulah-ijabi.org] Ribuan rakyat Saudi telah menghadiri pemakaman tiga orang yang tewas dalam kekerasan saat terjadi demonstrasi oposisi di negara itu, demikian laporan PressTV yang dimuat tanggal 30 September 2012. Mereka yang menghadiri pemakaman itu berkumpul untuk prosesi pemakaman di kota Awamiyah di salah satu provinsi di wilayah timur yang kaya minyak. Mereka meneriakkan slogan-slogan yang mengkritik Istana Saud atas kebrutalan dalam insiden tersebut. Tiga pemrotes, termasuk salah seorang anak laki-laki yang masih belia, berumur 16 tahun, juga tewas di kota Awamiyah pada hari Rabu ketika tentara rezim melakukan penembakan terhadap para demonstran. Dengan kejadian ini, sebanyak 15 orang pemrotes sudah tewas sejak dimulainya demonstrasi anti rezim yang terjadi di provinsi wilayah timur tahun lalu. Sejak Februari 2011, para pemrotes telah melakukan berbagai demonstrasi di Saudi Arabia, khususnya di Qatif dan Awamiyah di provinsi wilayah timur, menuntut dibebaskannya semua tahanan politik, kebebasan untuk berkumpul dan menyatakan pendapat, serta dihentikannya diskriminasi terhadap masyarakat yang menganut mazhab Syiah di negara tersebut. Para aktivis mengatakan bahwa terdapat sekitar 30.000 tahanan politik di Saudi Arabia. Kebanyakan dari mereka ditahan tanpa pengadilan. Kelompok hak asasi manusia menuduh pemerintah Saudi telah menahan orang-orang yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintah. Menurut Human Rights Watch, rezim Saudi "secara rutin melakuan represi atas kritik terhadap pemerintah." Pada tanggal 13 Agustus, mentri pertahanan Swedia Karin Enstrom telah mengkritik Saudi Arabia atas pelanggaran HAM yang mereka lakukan. Enstrom mengatakan kerajaan ini sebagai "rezim otoriter dan monarki absolut dimana kejahatan HAM yang serius dilakukan." [Detik.com] New York Rabbi Yisroel Dovid Weiss bersama puluhan rekannya beraksi di depan Markas PBB di New York, AS. Mereka berunjuk rasa untuk perdamaian. Rabbi Yisroel menolak pendirian negara zionis Israel. "Tidak ada perintah dalam kitab untuk mendirikan negara," kata Rabbi Yisroel yang pernah berkunjung ke Jakarta ini, kepada detikcom, Kamis (27/9/2012). Yisroel dan rekan-rekannya merupakan komunitas Yahudi di New York. Aksinya ini dilakukan guna menunjukkan kepada dunia, bangsa Yahudi bukan hanya Israel saja. "Ini agar dunia mengerti. Apa yang disampaikan Netanyahu (PM Israel) adalah pembajakan atas nama orang Yahudi," terang dia. Bersama rekan-rekannya dengan pakaian khas, mereka meneriakkan kata-kata penolakan atas zionisme. Mereka pun meminta agar bangsa Palestina diberi kemerdekaan. "Kami ingin membangun persaudaraan dengan kaum muslim. Dan harus diingat, gerakan zionis Israel bukan sebuah ajaran religius," kata Rabbi yang mempunyai ribuan pendukung di New York ini. Aksi para Rabbi Yahudi ini kebetulan bertepatan dengan pidato Netanyahu di sidang umum PBB. Netanyahu sejak awal menolak negara Palestina. Dia juga mendorong permusuhan dengan Iran. Selain aksi para Rabbi Yahudi ini, ada juga aksi para pendukung Falun Gong dan warga Tibet yang memprotes pemerintah China. Kedua aksi berlangsung tertib. Ratusan polisi dari NYPD berjaga di sekitar lokasi. |
Arsip
September 2013
Subjek |