M Qasim Mathar, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Perbedaan di antara sesama umat Islam sangat mungkin terjadi karena mereka berbeda dalam memahami Alquran, meski Alquran mereka sama di seluruh dunia. Juga, karena mereka berbeda dalam memahami hadis yang sama dari Nabi Muhammad. Atau, karena perbedaan penerimaan jalur dan penilaian terhadap hadis.
Perbedaan di antara sesama umat Islam sangat mungkin terjadi karena mereka berbeda dalam memahami Alquran, meski Alquran mereka sama di seluruh dunia. Juga, karena mereka berbeda dalam memahami hadis yang sama dari Nabi Muhammad. Atau, karena perbedaan penerimaan jalur dan penilaian terhadap hadis.
Ada hadis terkenal pada umat Islam yang satu, tapi tidak pada umat Islam lainnya. Perbedaan tempat tinggal, sejarah dan tradisi, pendidikan, dan lain-lain, memungkinkan umat Islam yang satu berbeda dengan umat Islam lainnya.
Sekalipun banyak perbedaan di antara mereka, mereka tetap disebut umat Islam. Seseorang disebut Islam antara lain karena mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan, Nabi Muhammad sebagai pesuruh-Nya, melaksanakan salat, menunaikan zakat, berpuasa dan berhaji sebagaimana diajarkan Alquran dan hadis. Tapi, jangan dikira salat, zakat, puasa dan haji umat Islam sama pada semua bagian cabang dan rantingnya. Adapun pokok-pokoknya, bukan cabang-rantingnya, pasti sama. Yang pokok-pokok, itulah yang pasti sama pada mereka yang disebut kelompok Sunnah (Sunni), Syiah (Syi’i) dan Ahmadiyah (Ahmadi). Yang pokok pada salat orang Islam pasti tampak pada salat orang Sunnah, Syiah dan Ahmadiyah. Rumah ibadah ketiga kelompok itu disebut masjid. Mereka sama-sama melakukan puasa di bulan suci Ramadhan. Mereka juga sama-sama berniat dan pergi berhaji ke Tanah Suci Mekah.
Bahwa perbedaan ada, itu ditemukan pada cabang dan ranting ajaran. Misalnya, dalam soal doa dan wirid, akan ada perbedaan antara Muhammadiyah dan NU, walaupun keduanya sama-sama Sunni. Tentu tidak boleh dikatakan bahwa salah satunya bukan Sunni, apalagi bukan Islam. Perbedaan pada bagian yang bukan pokok, itulah yang menyebabkan mereka disebut Sunnah, Syiah dan Ahmadiyah. Menyebut salah satunya sebagai bukan Islam menunjukkan kedangkalan pengetahuan. Tegasnya, Sunnah, Syiah dan Ahmadiyah, ketiganya adalah Islam. Karena itu mereka biasa juga disebut muslim Sunnah, muslim Syiah, muslim Ahmadiyah.
Sementara ini dunia Islam sibuk mendekatkan dan mengharmonikan perbedaan di antara ketiganya. Karenanya, adalah kebodohan kalau kita justru mempertajam dan memperkeruhnya. Perbedaan politik, kesenjangan ekonomi dan kemiskinan ilmu pengetahuan di antara dunia Islam, janganlah membuat gelap mata untuk menyatakan sesat (bukan Islam) terhadap siapa saja dari ketiganya.
Sesungguhnya kekuatan Islam terpendam pada harmoni dan kesalingpengertian sesama mereka. Kekuatan Islam tersembunyi pada kekuatan Sunnah + kekuatan Syiah + kekuatan Ahmadiyah. Kelemahannya terletak pada membiarkan kekuatan ketiganya tidak disatukan, tapi diceraiberaikan. Kelemahan inilah yang dipelihara oleh sikap saling menyesatkan dan mengkafirkan, dan menganggap hanya diri sendiri sebagai Islam, yang lain bukan Islam.
Kalau mau menjadi umat yang maju, ubahlah sikap itu. Kalau mau tetap terkebelakang, suburkanlah sikap itu!
Sumber: Kolom Jendela Langit, Harian Fajar Selasa 1 April 2014, halaman 4
Sekalipun banyak perbedaan di antara mereka, mereka tetap disebut umat Islam. Seseorang disebut Islam antara lain karena mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan, Nabi Muhammad sebagai pesuruh-Nya, melaksanakan salat, menunaikan zakat, berpuasa dan berhaji sebagaimana diajarkan Alquran dan hadis. Tapi, jangan dikira salat, zakat, puasa dan haji umat Islam sama pada semua bagian cabang dan rantingnya. Adapun pokok-pokoknya, bukan cabang-rantingnya, pasti sama. Yang pokok-pokok, itulah yang pasti sama pada mereka yang disebut kelompok Sunnah (Sunni), Syiah (Syi’i) dan Ahmadiyah (Ahmadi). Yang pokok pada salat orang Islam pasti tampak pada salat orang Sunnah, Syiah dan Ahmadiyah. Rumah ibadah ketiga kelompok itu disebut masjid. Mereka sama-sama melakukan puasa di bulan suci Ramadhan. Mereka juga sama-sama berniat dan pergi berhaji ke Tanah Suci Mekah.
Bahwa perbedaan ada, itu ditemukan pada cabang dan ranting ajaran. Misalnya, dalam soal doa dan wirid, akan ada perbedaan antara Muhammadiyah dan NU, walaupun keduanya sama-sama Sunni. Tentu tidak boleh dikatakan bahwa salah satunya bukan Sunni, apalagi bukan Islam. Perbedaan pada bagian yang bukan pokok, itulah yang menyebabkan mereka disebut Sunnah, Syiah dan Ahmadiyah. Menyebut salah satunya sebagai bukan Islam menunjukkan kedangkalan pengetahuan. Tegasnya, Sunnah, Syiah dan Ahmadiyah, ketiganya adalah Islam. Karena itu mereka biasa juga disebut muslim Sunnah, muslim Syiah, muslim Ahmadiyah.
Sementara ini dunia Islam sibuk mendekatkan dan mengharmonikan perbedaan di antara ketiganya. Karenanya, adalah kebodohan kalau kita justru mempertajam dan memperkeruhnya. Perbedaan politik, kesenjangan ekonomi dan kemiskinan ilmu pengetahuan di antara dunia Islam, janganlah membuat gelap mata untuk menyatakan sesat (bukan Islam) terhadap siapa saja dari ketiganya.
Sesungguhnya kekuatan Islam terpendam pada harmoni dan kesalingpengertian sesama mereka. Kekuatan Islam tersembunyi pada kekuatan Sunnah + kekuatan Syiah + kekuatan Ahmadiyah. Kelemahannya terletak pada membiarkan kekuatan ketiganya tidak disatukan, tapi diceraiberaikan. Kelemahan inilah yang dipelihara oleh sikap saling menyesatkan dan mengkafirkan, dan menganggap hanya diri sendiri sebagai Islam, yang lain bukan Islam.
Kalau mau menjadi umat yang maju, ubahlah sikap itu. Kalau mau tetap terkebelakang, suburkanlah sikap itu!
Sumber: Kolom Jendela Langit, Harian Fajar Selasa 1 April 2014, halaman 4