Iran adalah salah satu negara Islam yang memiliki peran di kancah dunia internasional. Kebetulan saja, negara Republik Islam ini memiliki penduduk yang mayoritas mengikuti mazhab Islam Syiah. Ketika kelompok takfiri melebarkan propaganda, isu pertentangan Sunnah Syiah mereka gunakan dengan menyebar fitnah terhadap muslim Syiah di Iran. Kami turunkan tulisan ini untuk menjawab fitnah tersebut. (majulah-IJABI)
Deputi Urusan Iran Forum Internasional Pendekatan Mazhab-mazhab Islam, Hujjatul Islam Hamid Allamul Huda memaparkan toleransi dalam kehidupan beragama di Iran dan propaganda miring musuh yang menentang persatuan umat Islam. Ia yang juga terlibat langsung dalam kegiatan pengikut Ahlusunnah Iran, menuturkan, “Mengingat revolusi Islam Iran merupakan sebuah revolusi budaya dan spiritual, karenanya juga menaruh perhatian khusus kepada komunitas dan ulama Ahlu Sunnah di Iran.”
Dalam wawancaranya dengan kantor berita taghribnews (TNA), Hujjatul Islam Allamul Huda menjelaskan panjang lebar tentang kondisi umum Ahlusunnah di Iran. Berikut ini petikan wawancaranya:
(TNA): Kami tertarik untuk menyimak penjelasan Anda tentang kondisi umum Ahlusunnah di Iran dari berbagai dimensi. Bisakah Anda memaparkannya kepada kami?
Hujjatul Islam Allamul Huda (HIAH): Meski adanya berbagai propaganda miring dari negara-negara asing, Ahlusunnah Iran sama sekali bukan komunitas yang terpisah dengan saudara mereka, Syiah. Mereka sebagai warga negara Iran, memiliki hak-hak yang diakui dan dijabarkan dengan jelas oleh undang-undang dasar Iran. Mayoritas Ahlusunnah Iran tinggal di Provinsi Sistan-Baluchestan dan sebelum kemenangan revolusi Islam, jumlah sekolah di daerah itu sangat minim, namun kini lebih dari 200 sekolah dan madrasah melakukan kegiatannya di provinsi tersebut. Ini merupakan berkah dari revolusi Islam dan kegiatan itu dikordinir oleh masyarakat sendiri lewat dukungan dan bantuan pemerintah. Jika tanpa dukungan itu, tentu saja sekolah-sekolah tersebut tidak pernah berdiri.
Di masa lalu, masyarakat di Provinsi Sistan-Baluchestan pergi ke Pakistan untuk melanjutkan pendidikannya, tapi sekarang semua telah terpenuhi bahkan pelajar-pelajar dari negara lain seperti Afghanistan dan Tajikistan datang untuk menimba ilmu agama di daerah itu. Di Kurdistan juga demikian, komunitas Ahlusunnah sebelum kemenangan revolusi Islam, juga berangkat ke Kurdistan Irak untuk menuntut ilmu pengetahuan. Namun kini kebutuhan mereka juga telah terpenuhi baik dari segi fasilitas maupun tenaga pengajar. Pemerintah Republik Islam Iran menerapkan kebijakan yang sama terhadap pengikut Syiah dan Ahlusunnah. Mereka sama-sama diberi anggaran untuk kegiatan pendidikan dan kami juga ikut berpartisipasi dalam bidang ini.
Sebelum kemenangan revolusi Islam, perempuan tidak begitu diperhatikan dalam urusan agama dan mazhab. Di masjid-masjid bahkan tidak ada tempat khusus untuk perempuan mendirikan shalat. Akan tetapi, kini bahkan telah hadir hauzah ilmiah khusus perempuan di tengah Ahlusunnah dan mereka memfokuskan diri untuk menimba ilmu berdasarkan ajaran mazhabnya. Atmosfir terbuka dan kebebasan ini sepenuhnya ada dalam sistem Republik Islam Iran. Sebuah realita yang dapat disaksikan dari dekat dan juga pantas ditampilkan.
(TNA): Menurut Anda, apa tujuan propaganda media-media asing yang menafikan kebebasan mazhab Ahlusunnah di Iran?
(HIAH): Isu-isu tersebut sengaja dihembuskan oleh musuh. Mereka terkadang memperluas propagandanya dengan menyatakan bahwa Ahlusunnah di Iran berada di bawah kekangan dan tidak punya kebebasan, namun perlu dicatat bahwa hukum berjalan di Iran. Semua kegiatan harus dilakukan dalam bingkai hukum dan semua warga negara punya kedudukan yang sama di mata hukum. Misalnya, jika ingin membangun sebuah pusat kegiatan, maka tentu saja perlu mendapatkan izin resmi dari pihak berwenang, dan ini juga berlaku di negara-negara lain.
Pemerintah tidak pernah melarang komunitas Ahlusunnah untuk melakukan kegiatan dan menjalankan mazhabnya. Mereka punya kebebasan yang diakui oleh undang-undang. Media-media Barat berupaya mengesankan bahwa pemerintah Iran tidak memberi kebebasan kepada kelompok Ahlusunnah dan tidak mengakui hak-hak mareka. Itu semua hanya propaganda Barat untuk mengadu domba dan memecah belah umat Islam. Pemerintah tidak pernah membatasi atau mengekang mareka, hanya saja menuntut semua pihak melakukan kegiatannya dalam kerangka hukum.
(TNA): Sejauh mana Ahlusunnah Iran dapat terlibat dalam kancah budaya, sosial dan politik dalam negeri?
(HIAH): Mereka adalah Muslim dan juga warga negara Iran. Sensus-sensus resmi tidak menanyakan mazhab mereka, sama seperti warga Iran yang lain. Mereka bebas memilih tempat untuk belajar dan melakukan aktivitas di pusat-pusat ilmiah di Iran. Kini 20 anggota parlemen Iran berasal dari kelompok Ahlusunnah. Mereka juga memegang sejumlah jabatan penting di berbagai kota. Oleh karena itu, sama sekali tidak ada larangan yang dapat menghambat kegiatan mereka. Pandangan negara, undang-undang dan Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei adalah Ahlusunnah merupakan Muslim dan saudara kita. Mereka juga harus memiliki hak-hak yang sama di mata hukum.
(TNA): Bagaimana hubungan universitas Ahlusunnah Iran dengan lembaga-lembaga pendidikan dunia Islam?
(HIAH): Hubungan politik antara berbagai pemerintah dan negara terkadang mambatasi hubungan dan kerjasama di bidang budaya dan pendidikan. Batasan ini tidak hanya untuk Ahlusunnah, Hauzah Ilmiah Qom juga menginginkan adanya hubungan dan kerjasama dengan Universitas Al Azhar Kairo. Kami ingin ada kelas yang dibuka untuk komunitas Syiah di universitas ternama itu. Di Hauzah Ilmiah Qom, ada kelas yang diprioritaskan untuk pengikut Ahlusunnah, sebagaimana juga terdapat di Universitas Mazhab Islam di Tehran dan Universitas Agama di Qom. Mereka menjadi tenaga pengajar di lembaga-lembaga tersebut.
Kita perlu memisahkan antara masalah budaya dan isu politik. Namun kita hidup di sebuah dunia di mana masalah ekonomi terkadang juga mempengaruhi masalah politik, demikian pula dengan masalah budaya. Kami menilai positif hubungan dan kerjasama dunia Islam dalam bidang pendidikan dan universitas. Jika masalah ini diperhatikan, tentu kita dapat membangun hubungan yang lebih luas dan kokoh.
(TNA): Tolong Anda jelaskan tentang kegiatan Forum Internasional Pendekatan Mazhab-mazhab Islam dalam mewujudkan pendekatan mazhab dan kesepahaman di antara para pengikutnya di Iran.
(HIAH): Kami telah menggelar sejumlah seminar dan training pendidikan untuk komunitas Ahlusunnah dan Syiah di berbagai daerah di Iran. Kegiatan ini sangat efektif dalam menciptakan kesepahaman satu sama lain dan juga membangun interaksi. Kami juga menyelenggarakan program pelatihan untuk tenaga pengajar dan penggiat budaya baik Syiah maupun Ahlusunnah. Mereka mengikuti secara bersama-sama program-program tersebut. Kedua pihak dapat lebih mengenal satu sama lain dan membangun kesepahaman.
Catatan:
Tulisan diambil dari situs Taqrib.info. Diakses pada 26 Agustus 2014
Dalam wawancaranya dengan kantor berita taghribnews (TNA), Hujjatul Islam Allamul Huda menjelaskan panjang lebar tentang kondisi umum Ahlusunnah di Iran. Berikut ini petikan wawancaranya:
(TNA): Kami tertarik untuk menyimak penjelasan Anda tentang kondisi umum Ahlusunnah di Iran dari berbagai dimensi. Bisakah Anda memaparkannya kepada kami?
Hujjatul Islam Allamul Huda (HIAH): Meski adanya berbagai propaganda miring dari negara-negara asing, Ahlusunnah Iran sama sekali bukan komunitas yang terpisah dengan saudara mereka, Syiah. Mereka sebagai warga negara Iran, memiliki hak-hak yang diakui dan dijabarkan dengan jelas oleh undang-undang dasar Iran. Mayoritas Ahlusunnah Iran tinggal di Provinsi Sistan-Baluchestan dan sebelum kemenangan revolusi Islam, jumlah sekolah di daerah itu sangat minim, namun kini lebih dari 200 sekolah dan madrasah melakukan kegiatannya di provinsi tersebut. Ini merupakan berkah dari revolusi Islam dan kegiatan itu dikordinir oleh masyarakat sendiri lewat dukungan dan bantuan pemerintah. Jika tanpa dukungan itu, tentu saja sekolah-sekolah tersebut tidak pernah berdiri.
Di masa lalu, masyarakat di Provinsi Sistan-Baluchestan pergi ke Pakistan untuk melanjutkan pendidikannya, tapi sekarang semua telah terpenuhi bahkan pelajar-pelajar dari negara lain seperti Afghanistan dan Tajikistan datang untuk menimba ilmu agama di daerah itu. Di Kurdistan juga demikian, komunitas Ahlusunnah sebelum kemenangan revolusi Islam, juga berangkat ke Kurdistan Irak untuk menuntut ilmu pengetahuan. Namun kini kebutuhan mereka juga telah terpenuhi baik dari segi fasilitas maupun tenaga pengajar. Pemerintah Republik Islam Iran menerapkan kebijakan yang sama terhadap pengikut Syiah dan Ahlusunnah. Mereka sama-sama diberi anggaran untuk kegiatan pendidikan dan kami juga ikut berpartisipasi dalam bidang ini.
Sebelum kemenangan revolusi Islam, perempuan tidak begitu diperhatikan dalam urusan agama dan mazhab. Di masjid-masjid bahkan tidak ada tempat khusus untuk perempuan mendirikan shalat. Akan tetapi, kini bahkan telah hadir hauzah ilmiah khusus perempuan di tengah Ahlusunnah dan mereka memfokuskan diri untuk menimba ilmu berdasarkan ajaran mazhabnya. Atmosfir terbuka dan kebebasan ini sepenuhnya ada dalam sistem Republik Islam Iran. Sebuah realita yang dapat disaksikan dari dekat dan juga pantas ditampilkan.
(TNA): Menurut Anda, apa tujuan propaganda media-media asing yang menafikan kebebasan mazhab Ahlusunnah di Iran?
(HIAH): Isu-isu tersebut sengaja dihembuskan oleh musuh. Mereka terkadang memperluas propagandanya dengan menyatakan bahwa Ahlusunnah di Iran berada di bawah kekangan dan tidak punya kebebasan, namun perlu dicatat bahwa hukum berjalan di Iran. Semua kegiatan harus dilakukan dalam bingkai hukum dan semua warga negara punya kedudukan yang sama di mata hukum. Misalnya, jika ingin membangun sebuah pusat kegiatan, maka tentu saja perlu mendapatkan izin resmi dari pihak berwenang, dan ini juga berlaku di negara-negara lain.
Pemerintah tidak pernah melarang komunitas Ahlusunnah untuk melakukan kegiatan dan menjalankan mazhabnya. Mereka punya kebebasan yang diakui oleh undang-undang. Media-media Barat berupaya mengesankan bahwa pemerintah Iran tidak memberi kebebasan kepada kelompok Ahlusunnah dan tidak mengakui hak-hak mareka. Itu semua hanya propaganda Barat untuk mengadu domba dan memecah belah umat Islam. Pemerintah tidak pernah membatasi atau mengekang mareka, hanya saja menuntut semua pihak melakukan kegiatannya dalam kerangka hukum.
(TNA): Sejauh mana Ahlusunnah Iran dapat terlibat dalam kancah budaya, sosial dan politik dalam negeri?
(HIAH): Mereka adalah Muslim dan juga warga negara Iran. Sensus-sensus resmi tidak menanyakan mazhab mereka, sama seperti warga Iran yang lain. Mereka bebas memilih tempat untuk belajar dan melakukan aktivitas di pusat-pusat ilmiah di Iran. Kini 20 anggota parlemen Iran berasal dari kelompok Ahlusunnah. Mereka juga memegang sejumlah jabatan penting di berbagai kota. Oleh karena itu, sama sekali tidak ada larangan yang dapat menghambat kegiatan mereka. Pandangan negara, undang-undang dan Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei adalah Ahlusunnah merupakan Muslim dan saudara kita. Mereka juga harus memiliki hak-hak yang sama di mata hukum.
(TNA): Bagaimana hubungan universitas Ahlusunnah Iran dengan lembaga-lembaga pendidikan dunia Islam?
(HIAH): Hubungan politik antara berbagai pemerintah dan negara terkadang mambatasi hubungan dan kerjasama di bidang budaya dan pendidikan. Batasan ini tidak hanya untuk Ahlusunnah, Hauzah Ilmiah Qom juga menginginkan adanya hubungan dan kerjasama dengan Universitas Al Azhar Kairo. Kami ingin ada kelas yang dibuka untuk komunitas Syiah di universitas ternama itu. Di Hauzah Ilmiah Qom, ada kelas yang diprioritaskan untuk pengikut Ahlusunnah, sebagaimana juga terdapat di Universitas Mazhab Islam di Tehran dan Universitas Agama di Qom. Mereka menjadi tenaga pengajar di lembaga-lembaga tersebut.
Kita perlu memisahkan antara masalah budaya dan isu politik. Namun kita hidup di sebuah dunia di mana masalah ekonomi terkadang juga mempengaruhi masalah politik, demikian pula dengan masalah budaya. Kami menilai positif hubungan dan kerjasama dunia Islam dalam bidang pendidikan dan universitas. Jika masalah ini diperhatikan, tentu kita dapat membangun hubungan yang lebih luas dan kokoh.
(TNA): Tolong Anda jelaskan tentang kegiatan Forum Internasional Pendekatan Mazhab-mazhab Islam dalam mewujudkan pendekatan mazhab dan kesepahaman di antara para pengikutnya di Iran.
(HIAH): Kami telah menggelar sejumlah seminar dan training pendidikan untuk komunitas Ahlusunnah dan Syiah di berbagai daerah di Iran. Kegiatan ini sangat efektif dalam menciptakan kesepahaman satu sama lain dan juga membangun interaksi. Kami juga menyelenggarakan program pelatihan untuk tenaga pengajar dan penggiat budaya baik Syiah maupun Ahlusunnah. Mereka mengikuti secara bersama-sama program-program tersebut. Kedua pihak dapat lebih mengenal satu sama lain dan membangun kesepahaman.
Catatan:
Tulisan diambil dari situs Taqrib.info. Diakses pada 26 Agustus 2014