Sahabatku. sepanjang perjalanan itu, para aktivis altruist dan filantropi (dermawan dan sukarelawan) dari penduduk lokal dan pelbagai negara lain, menyuguhkan makan, minuman, obat-obatan hingga terapist (pelayanan pijit) terbaiknya di kios-kios atau tenda-tenda terbuka, secara gratis dengan niat welas asih. Mereka berimaji untuk “memanen” pahala dalam prosesi Arbain. Mereka mengutamakan trust, dan sulit ditemui tindakan kriminalitas. Bahkan, beberapa mawkib menyuguhkan pula tempat hiburan, seperti film, pentas seni, drama, dan lainnya, yang tentu temanya tentang sentimen kemanusiaan syahidnya Imam Husain bin Ali.
Oleh : Mukhaer Pakkanna
Sahabatku... Ini adalah pengalaman spritual yang mungkin sulit saya lupakan. Perjalanan Arbain (Arbaeen Walk) pada 22 - 24 Agustus 2024, dengan berjalan kaki sejauh 80 km dari Najaf ke Karbala, Irak, di tengah sengatan terik mentari dengan suhu 49 derajat (siang) dan 38 (malam). Titik jeda istirahat (tidur) hanya pada siang hari.
Pada Arbain Walk 2024 kali ini, diikuti 21.4 juta orang dari pelbagai penjuru dunia. Memang, mayoritas peserta dari Muslim Syiah. Namun, dijumpai dari Muslim Sunni, lintas agama dan lintas etnis/suku, sekte, termasuk balita dengan kereta bayinya dan orang tua di kursi roda. Bahkan kali ini, dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah Istimewa (PCIM) Iran mengibarkan bendera persyarikatan sepanjang perjalanan Arbain dan di Karbala. Event ini adalah titik perjumpaan yang sangat elok tanpa kasta, tanpa diskriminasi dan demi kolektivitas.
Sahabatku... perjalanan yang cukup jauh ini memang sangat meletihkan, apalagi jika tidak terbiasa latihan berjalan kaki. Namun, keletihan itu menjadi luruh karena ada roh kebersamaan yang dijahit oleh elan spiritualitas dan emosi kemanusiaan. Ada lebih 1.475 mawkib (tonggak) yang harus dilalui dalam proses perjalanan itu.
Namun, berjalan dengan rasa gembira dan iringan zikir, maka tidak terasa ayunan kaki melangkah tanpa henti. Saya pun teringat filosofi Ubuntu, Afrika, yang selalu diucapkan John F. Kennedy, yang berbunyi: "Jika Anda ingin berjalan lebih cepat, berjalanlah sendirian; jika Anda ingin berjalan lebih jauh, berjalanlah bersama orang lain".
Sahabatku. sepanjang perjalanan itu, para aktivis altruist dan filantropi (dermawan dan sukarelawan) dari penduduk lokal dan pelbagai negara lain, menyuguhkan makan, minuman, obat-obatan hingga terapist (pelayanan pijit) terbaiknya di kios-kios atau tenda-tenda terbuka, secara gratis dengan niat welas asih. Mereka berimaji untuk “memanen” pahala dalam prosesi Arbain. Mereka mengutamakan trust, dan sulit ditemui tindakan kriminalitas. Bahkan, beberapa mawkib menyuguhkan pula tempat hiburan, seperti film, pentas seni, drama, dan lainnya, yang tentu temanya tentang sentimen kemanusiaan syahidnya Imam Husain bin Ali.
Baca Juga : Perginya Pelindung Anak Yatim
Sahabatku... Dalam Muslim Syiah, hari Arbain artinya hari ke-40 atau 20 Shafar, yang merupakan hari ke-40 pasca kesyahidan Imam Husain, cucu tercinta Rasulullah SAW. Tragedi pembantaian Imam Husain, keluarga, dan para sahabatnya sebanyak 71 orang pada 10 Muharam 61 H (680M), yang dikenal sebagai Tragedi atau Hari Asyura.
Sahabatku... saya sebagai Muslim Sunni ikut bergetar melihat prosesi kolosal itu, di mana puncak Arbain 2024, tepat pada Ahad, 25 Agustus. Saya penasaran dan diundang ke Iran dan Irak menyaksikan prosesi kolosal yang mungkin tidak ada tandingannya. Selain elan spritualitas, ada fenomena sosiologis dan antropologis di situ. Sosiologis, karena ada interaksi tanpa kasta, demi kebersamaan. Antroplogis, karena ini adalah ritual kebudayaan yang bermakna kesejarahan. Sebagai Muslim Sunni, saya menapak jejak batin, perspektif baru, dan khasanah dalam melihat fenomena historis dan heroik itu.
Akhirnya, saya pun teringat pada bunyi Al-Qur’an, Surah An’am 11: Katakanlah: “Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu”. Lebih dari itu, saya teringat pula QS. An-Naml 69: Katakanlah: “Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa”.
bersambung ke bagian ke-2
(Mukhaer Pakkanna, Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta. 2011 – 2018 dan 2018 - 2023).