Kegiatan yang diinisiasi oleh Kementerian Agama (Kemenag) ini dilakukan di Bandung pada tanggal 05-07 September 2024. Kegiatan ini mengundang berbagai perwakilan ormas keagamaan Islam dan juga komunitas lintas iman untuk saling berdialog dan memahami perbedaan-perbedaan yang ada di berbagai kelompok pemahaman Islam. Kegiatan serupa sebelumnya sudah dilaksanakan di Tangerang, dan kini dilakukan juga di Bandung dengan harapan adanya ruang perjumpaan bagi orang muda dari berbagai kelompok agama untuk saling mengenal dan menciptakan ruang aman terlepas dari perbedaan yang hadir di antara mereka.
Oleh : Dini Fauziyah Zahro ,
IJABI Muda, peserta aktif YOUTH DIALOGUE ; Lintas Paham Keagamaan Islam, Merajut Moderasi Beragama
Kegiatan yang diinisiasi oleh Kementerian Agama (Kemenag) ini dilakukan di Bandung pada tanggal 05-07 September 2024. Kegiatan ini mengundang berbagai perwakilan ormas keagamaan Islam dan juga komunitas lintas iman untuk saling berdialog dan memahami perbedaan-perbedaan yang ada di berbagai kelompok pemahaman Islam. Kegiatan serupa sebelumnya sudah dilaksanakan di Tangerang, dan kini dilakukan juga di Bandung dengan harapan adanya ruang perjumpaan bagi orang muda dari berbagai kelompok agama untuk saling mengenal dan menciptakan ruang aman terlepas dari perbedaan yang hadir di antara mereka.
Pertemuan ini diisi oleh beberapa narasumber sebagai penguatan, seperti bagaimana peran orang muda untuk mencegah intoleransi, radikalisme, dan terorisme. Menurut perwakilan Densus 88 Mabes POLRI, tindak terorisme bermula dari intoleransi, maka dari itu kita perlu mengudar prasangka langsung dari orang pertama dan menumbuhkan sikap toleransi. Sesi berikutnya dilanjut oleh Mbak Hanifah, perwakilan dari UN Women, yang berbagi mengenai peran perempuan sebagai garda terdepan dalam menjaga perdamaian. Menurutnya, meskipun tidak ada aksi teror selama dua tahun terakhir, proses perekrutan anggota teroris tetap berjalan dan mulai menjaring perempuan sebagai pelaku utama aksi teror. Mbak Hanifah menegaskan, salah satu cara untuk terhindar dari intoleransi adalah dengan berdialog, tapi, ada beberapa ketentuan dalam berdialog agar menghasilkan individu yang toleran. Salah satu ketentuannya adalah setiap orang berhak untuk berbicara atas apa yang ia rasakan, dalam hal ini, nilai kemanusiaan menjadi tonggak utama dalam dialog. Pengalaman-pengalaman nyata tiap individu inilah yang akan memberi kehangatan dan kedekatan di antara peserta yang sedang berdialog. Dalam berdialog tentu saja berbeda dengan berdebat, kita tidak memaksakan kehendak masing-masing untuk menang, tapi kita saling belajar mendengarkan.
Baca Juga : Dialog Nasional Keagamaan dan Kebangsaan : "Pengarusutamaan Moderasi Beragama"
IJABI Muda, peserta aktif YOUTH DIALOGUE ; Lintas Paham Keagamaan Islam, Merajut Moderasi Beragama
Kegiatan yang diinisiasi oleh Kementerian Agama (Kemenag) ini dilakukan di Bandung pada tanggal 05-07 September 2024. Kegiatan ini mengundang berbagai perwakilan ormas keagamaan Islam dan juga komunitas lintas iman untuk saling berdialog dan memahami perbedaan-perbedaan yang ada di berbagai kelompok pemahaman Islam. Kegiatan serupa sebelumnya sudah dilaksanakan di Tangerang, dan kini dilakukan juga di Bandung dengan harapan adanya ruang perjumpaan bagi orang muda dari berbagai kelompok agama untuk saling mengenal dan menciptakan ruang aman terlepas dari perbedaan yang hadir di antara mereka.
Pertemuan ini diisi oleh beberapa narasumber sebagai penguatan, seperti bagaimana peran orang muda untuk mencegah intoleransi, radikalisme, dan terorisme. Menurut perwakilan Densus 88 Mabes POLRI, tindak terorisme bermula dari intoleransi, maka dari itu kita perlu mengudar prasangka langsung dari orang pertama dan menumbuhkan sikap toleransi. Sesi berikutnya dilanjut oleh Mbak Hanifah, perwakilan dari UN Women, yang berbagi mengenai peran perempuan sebagai garda terdepan dalam menjaga perdamaian. Menurutnya, meskipun tidak ada aksi teror selama dua tahun terakhir, proses perekrutan anggota teroris tetap berjalan dan mulai menjaring perempuan sebagai pelaku utama aksi teror. Mbak Hanifah menegaskan, salah satu cara untuk terhindar dari intoleransi adalah dengan berdialog, tapi, ada beberapa ketentuan dalam berdialog agar menghasilkan individu yang toleran. Salah satu ketentuannya adalah setiap orang berhak untuk berbicara atas apa yang ia rasakan, dalam hal ini, nilai kemanusiaan menjadi tonggak utama dalam dialog. Pengalaman-pengalaman nyata tiap individu inilah yang akan memberi kehangatan dan kedekatan di antara peserta yang sedang berdialog. Dalam berdialog tentu saja berbeda dengan berdebat, kita tidak memaksakan kehendak masing-masing untuk menang, tapi kita saling belajar mendengarkan.
Baca Juga : Dialog Nasional Keagamaan dan Kebangsaan : "Pengarusutamaan Moderasi Beragama"
Pemateri selanjutnya dibawakan oleh Kang Wawan Gunawan, selaku presidium JAKATARUB. Kang Wawan bercerita bagaimana praktik baik toleransi yang sudah terjalin di Bandung Raya, menurutnya, sebelum adanya dialog antar iman kita perlu dialog antar teman. Ketika kita sudah saling mengenal sebagai teman, maka kita akan menerima perbedaan pandangan yang ada dan menghargainya. Terlebih, nilai-nilai toleransi ini sudah hadir di Indonesia sejak dulu kala. Seperti bagaimana para founding fathers merumuskan sila pertama dalam Pancasila adalah Ketuhanan yang Maha Esa, yang mencakup berbagai agama, bukan hanya satu agama saja. Maka dari itu, sekarang giliran kita sebagai penerus bangsa untuk terus menjaga toleransi di Bumi Pertiwi.
Setelah materi selesai, para peserta kegiatan dibagi beberapa kelompok kecil untuk saling berdialog. Pada sesi ini selain berdialog, peserta juga membagikan bagaimana cara untuk menyebarkan toleransi di lingkungan sekitar sebagai masukan untuk acara-acara selanjutnya. Acara ini kemudian ditutup dengan penyerahan berbagai ide yang telah didiskusikan oleh peserta kepada pihak KEMENAG. Semoga kegiatan ini dapat menjadi langkah baik penciptaan ruang aman untuk saling menjaga, menghargai, dan merawat toleransi di Bumi Pertiwi.
Setelah materi selesai, para peserta kegiatan dibagi beberapa kelompok kecil untuk saling berdialog. Pada sesi ini selain berdialog, peserta juga membagikan bagaimana cara untuk menyebarkan toleransi di lingkungan sekitar sebagai masukan untuk acara-acara selanjutnya. Acara ini kemudian ditutup dengan penyerahan berbagai ide yang telah didiskusikan oleh peserta kepada pihak KEMENAG. Semoga kegiatan ini dapat menjadi langkah baik penciptaan ruang aman untuk saling menjaga, menghargai, dan merawat toleransi di Bumi Pertiwi.