"Setelah masyarakat sadar bahwa mereka sedang diadu domba oleh musuh-musuh Islam, saya juga berharap bahwa mereka akan kembali kepada kepribadian Islam khas Indonesia, bahwa dari dulu kita ini semuanya saling menghargai, misalnya ketika Bung Karno mendirikan Masjid Istiqlal tepat di samping Gereja Katedral. Di berbagai tempat di Indonesia pun demikian, banyak masjid yang didirikan tepat di samping gereja. Karena sejarah Indonesia ini terbentuk adalah sejarah tentang toleransi. Karena kan enggak mungkin menyatukan ratusan suku bangsa di bawah Indonesia jika tidak toleran." (KH. Dr. Jalaluddin Rakhmat)
Belakangan konflik intoleran kerap terjadi di negeri ini. Data SETARA Institute menyebutkan jika kelompok paling sering mendapatkan aksi penyerangan ialah Syiah. Mereka dianggap sesat. Bahkan hingga kini, orang-orang Syiah harus terusir di tanah mereka sendiri. Jelas konflik ini berbahaya bagi keutuhan negara ini.
Menurut Tokoh Syiah juga Ketua Dewan Syuro Ikatan Jemaah Ahlul Bait Indonesia, Jalaluddin Rakhmat, sejatinya konflik menjurus intoleran itu tidak akan terjadi. Sebab, Presiden pertama kita, Soekarno sudah jelas-jelas membangun negeri ini dengan penuh toleransi keberagamaan. Contohnya ialah saat pembangunan Masjid Istiqlal berdampingan dengan Gereja Katedral.
"Karena sejarah Indonesia ini terbentuk adalah sejarah tentang toleransi," ujar Jalaluddin Rakhmat saat berbincang dengan merdeka.com, Kamis kemarin.
Berikut petikan wawancara Mohammad Yudha Prasetya dengan Jalaluddin Rakhmat.
Sebagai ketua dewan Syuro IJABI, apa upaya Anda menghadapi gempuran dari para takfiri tersebut?
Kita dari IJABI sudah merumuskan 4 Pilar IJABI, yakni 1). Pluralisme, sebagai upaya kita untuk saling menghargai terhadap sesama dan menunjukkan bahwa pemeluk agama apapun berhak mendapat limpahan kasih tuhan, 2). Non-sektarian, sebagai langkah untuk tidak menganggap bahwa mahzab kita adalah yang paling benar, serta perjuangan kita untuk semua masyarakat bangsa ini, 3). Mendahulukan Akhlak di atas Fiqih, yakni memelihara persatuan di kalangan kaum muslimin, 4). Menerapkan Islam sebagai agama Madani.
Kemudian saya juga menjalin silaturahim dengan kawan-kawan dari agama lain, misalnya dengan menjadi penceramah di acara-acara natal mereka. Walaupun ini akan semakin membuat saya di kafirkan, tetapi saya tidak khawatir. Karena biasanya saya memang diminta sama teman-teman saya yang Kristiani, untuk mengisi ceramah mengenai persatuan dan kerukunan antar umat beragama.
Apa harapan Anda terhadap masyarakat dengan mewabahnya virus intoleran ini?
Saya ingin masyarakat sadar bahwa perpecahan di antara umat Islam adalah rekayasa orang-orang yang ingin menghancurkan Islam, yakni musuh-musuh Islam. Yang jika boleh saya simpulkan lagi, ini adalah upaya-upaya dari Amerika Serikat dan United Kingdom, yang ingin melemahkan Islam dari dalam dengan menebar agen-agen mereka yang menyusup di kalangan umat muslim, dan melakukan perpecahan seperti misalnya ISIS. Karena memang banyak bukti menguatkan jika ISIS itu merupakan boneka dari Amerika Serikat dan Arab Saudi untuk mengadu domba umat Islam.
Setelah masyarakat sadar bahwa mereka sedang diadu domba oleh musuh-musuh Islam, saya juga berharap bahwa mereka akan kembali kepada kepribadian Islam khas Indonesia, bahwa dari dulu kita ini semuanya saling menghargai, misalnya ketika Bung Karno mendirikan Masjid Istiqlal tepat di samping Gereja Katedral. Di berbagai tempat di Indonesia pun demikian, banyak masjid yang didirikan tepat di samping gereja. Karena sejarah Indonesia ini terbentuk adalah sejarah tentang toleransi. Karena kan enggak mungkin menyatukan ratusan suku bangsa di bawah Indonesia jika tidak toleran.
Kemudian, harapan saya terhadap pemerintah, saya berpesan sedikit agar mengimplementasikan perundangan-undangan, yang menjamin hak warga negara dalam memeluk agama dan kepercayaan, serta menjalankan ibadahnya dengan tenang dan damai. Karena sudah banyak Undang-Undang yang membicarakan tentang hal itu, tetapi sampai sekarang belum juga ditegakkan dalam aspek law enforcement-nya. Yang perlu diingat adalah, jangan sekali-kali melakukan pembiaran, jika ada sekelompok orang yang berusaha menyulut konflik horizontal berbau sektarian, yang sebenarnya sedang berupaya merongrong kedaulatan Indonesia sebagai sebuah negara kesatuan tersebut.
Apa pandangan Anda terhadap diskriminasi kalangan Syiah yang marak akhir-akhir ini?
Saya ingin mengungkapkan masalah ini justru dari data yang dihimpun oleh SETARA Institut dari beberapa tahun lalu, mengenai tingkat intoleransi antar umat beragama hari ini. Dalam catatan mereka, mereka menyebut bahwa kelompok yang paling banyak diserang adalah kelompok Syiah.
Apa indikasi utamanya dari data hasil survei SETARA Institut?
Mereka mencatat sejumlah aksi penyerangan-penyerangan yang dilakukan kepada kelompok Syiah di lapangan. Karena di antara seluruh kelompok minoritas, yang paling banyak mendapat serangan itu, ya kelompok Syiah. Misalnya penyerangan terhadap sejumlah acara peringatan Asyuro yang biasa dilakukan oleh kelompok Syiah. Bahkan di Bogor, yang dalam hal ini diwakili oleh Walikotanya, secara terang-terangan melarang Syiah melangsungkan acara peringatan keagamaannya tersebut. Hal ini tentunya disepakati sebagai pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia, di mana semua agama berhak menjalankan upacara keagamaannya.
Anda tahu siapa yang menggulirkan sentimen anti-Syiah ini?
Saya kira sudah jelas yah, karena bahkan lembaga-lembaga mereka itu sudah jelas menyebutkan dirinya sendiri. Jadi saya tidak akan takut menyebutkan mereka satu per satu, karena mereka sendiri telah terang-terangan pula melakukan aksinya. Contohnya itu adalah ANNAS (Aliansi Nasional Anti Syiah) yang didirikan di Masjid Cijagra, Bandung, tepat setelah saya terpilih sebagai anggota DPR. Mungkin mereka beranggapan bahwa konstituen saya itu menunjukkan betapa banyaknya orang Syiah, padahal yang mendukung saya itu enggak semuanya Syiah.
Apakah ada kelompok lain yang terang-terangan melakukan diskriminasi terhadap kelompok Syiah?
Selain ANNAS itu ada lagi namanya MIUMI (Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia), di mana ada orang-orang macam Fahmi Salim yang secara terang-terangan juga mengkafirkan Syiah. Kemudian mereka coba mendompleng nama MUI, dan menerbitkan buku tentang kesesatan Syiah yang diklaim produksi MUI. Tetapi yang saya sayangkan, dari MUI sendiri juga tidak ada bantahan mengenai buku tersebut, karena sebagian jajaran MUI saat ini ternyata juga terdiri dari orang-orang yang berhubungan dengan ANNAS dan MIUMI tadi.
Selain serangan, apa upaya-upaya yang dilakukan untuk mendiskreditkan kelompok Syiah?
Yang paling terbaru ini adalah ANNAS mengirimkan surat kepada Pak Jokowi, yang diterima oleh pihak Sekretariat Negara (Setneg). Isinya adalah sebagai bentuk permohonan untuk menyingkirkan kelompok Syiah ini. Tetapi surat itu sebelum sampai ke Jokowi, oleh pihak Setneg saat ini sedang diupayakan untuk membuat sebuah Focus Grup Discussion (FGD), dengan mengundang saya dan dua orang dari pihak ANNAS.
Saya sudah bersedia untuk hadir dalam undangan FGD itu, untuk dihadapkan bersama dua orang dari pihak ANNAS, yakni Athian Ali M. Da'i dan Amin Muchtar. Saya gembira menyambut dialog yang rencananya akan digelar pada 4 Februari mendatang tersebut. Karena, saya menduga bahwa pihak Setneg ingin menjembatani permasalahan ini, sebelum suratnya sampai ke presiden Jokowi. Mungkin menurut mereka, kalau bisa diselesaikan lewat jalan diskusi, untuk apa masalah ini sampai dibawa-bawa ke presiden.
Tetapi ternyata setelah dihubungi oleh pihak Setneg, Athian Ali ini tidak bersedia hadir. Padahal mereka yang menggagas FGD dan surat kepada presiden Jokowi ini. Kebiasaannya dari dulu sejak awal-awal mereka mengkafirkan saya, saya ajak diskusi itu mereka selalu enggak mau dan itu sudah berulang kali.
Poin-poin apa yang disertakan dalam surat kepada Presiden Jokowi?
Sebentar saya bacakan beberapa poin pentingnya, yakni: 1). Perlu kewaspadaan terhadap perkembangan paham Syiah, yang membahayakan kerukunan dan stabilitas Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2). Supaya pemerintah membubarkan ajaran dan lembaga-lembaga Syiah demi menjaga stabilitas politik tersebut.
Tetapi landasan mereka berpendapat demikian tidak dicantumkan di dalam surat tersebut. Mereka hanya menyebut bahwa kelompok Syiah ini membahayakan keutuhan NKRI. Yang terpenting juga adalah bahwa mereka menuduh negara Iran membiayai segala kegiatan Syiah di tanah air. Maka di dalam surat itu mereka juga meminta agar Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran.
Di antara banyaknya kekerasan, apakah sudah pernah ada serangan fisik yang diterima kelompok Syiah?
Sudah. Sudah beberapa kali bahkan terjadi serangan fisik. Bahkan kasus Syiah di Sampang itu asalnya ya dari pihak-pihak mereka juga. Tetapi alhamdulillah kalau kepada saya secara pribadi, itu belum. Walaupun pernah juga saat saya bersama jemaah saya, saat itu kita diserang oleh kelompok intoleran ini. Seperti kasus penyerangan saat pelaksanaan peringatan Asyuro di Bandung beberapa waktu lalu.
Apa poin-poin dari tuduhan mereka saat mengkafirkan Syiah?
Biasanya mereka menuduh kalau kelompok Syiah itu Al Quran-nya berbeda. Padahal itu adalah tuduhan usang berusia seribu tahun lebih, yang sampai saat ini tidak bisa mereka buktikan sama sekali. Karena Al Quran-nya kelompok Syiah itu sama dengan Al Quran yang dibaca oleh seluruh umat muslim di dunia. Tetapi tetap saja tuduhan itu diulang-ulang oleh mereka. Kemudian ada lagi masalah Nikah Mut'ah yang sering mereka tuduhkan kepada kelompok Syiah, di mana mereka menyebut nikah mut'ah itu adalah prostitusi berkedok pernikahan. Padahal definisi dari nikah mut'ah itu sebenarnya adalah 'nikah dengan perjanjian'.
Nah, semua orang Indonesia itu sebenarnya melakukan nikah mut'ah ini. Karena setiap orang yang menikah di Indonesia, setelah ijab-kabul (nikah) itu si pria disuruh oleh penghulu untuk membaca perjanjian yang ada di buku nikah tersebut. Seperti misalnya ucapan "Apabila saya dalam enam bulan berturut-turut tidak menafkahi istri saya..", itu sebenarnya sudah merupakan perjanjian waktu dan itu masuk dalam definisi nikah mut'ah. Jadi sebetulnya, yang secara massal melakukan nikah mut'ah per-definisi fiqih Islam, itu adalah orang Indonesia yang sudah menikah (melakukan ijab-kabul), kemudian membaca perjanjian yang biasanya disebut 'Taklik Talak' yang ada di buku nikah.
Tetapi masalahnya, saat ini mereka telah membangun persepsi bahwa nikah mut'ah itu semacam prostitusi, karena tidak mengikuti aturan-aturan pernikahan seperti adanya masa iddah, adanya pihak-pihak yang tidak boleh dinikahi, dan lain sebagainya. Padahal tidak demikian, orang Syiah di Indonesia nikah yang seperti orang pada umumnya. Dan pelintiran definisi nikah mut'ah sebagai prostitusi ini, oleh mereka dipersepsikan sebagai budayanya kelompok Syiah, sehingga mereka bisa menuduh bahwa Syiah itu sesat.
Padahal, yang sering melakukan nikah mut'ah dalam definisi prostitusi (kawin kontrak, tanpa masa iddah) seperti yang mereka tuduhkan kepada kelompok Syiah itu, justru dilakukan oleh turis-turis dari Arab Saudi yang datang ke kawasan Puncak, Bogor. Mereka itu Sunni, bukan Syiah. Mereka dijemput di bandara, dibawa ke daerah Puncak, dan mereka nikah dengan wanita-wanita di sana hanya untuk waktu yang sebentar saja. Itulah justru nikah mut'ah dalam definisi kawin kontrak atau prostitusi terselubung, yang sering dituduhkan kepada kelompok Syiah. Padahal yang melakukannya bukan kelompok Syiah itu sendiri.
Ada tuduhan bahwa kelompok Syiah itu munafik karena melakukan Taqiyyah, bisa di jelaskan?
Taqiyyah itu menurut mereka munafik, atau berbohong kepada publik. Nah, saya ingin jelaskan bedanya munafik dengan Taqiyyah. Munafik itu adalah menyembunyikan kekafiran, tetapi menampakkan ke-Islaman. Taqiyyah adalah menyembunyikan keimanan, dan menampakkan kekafiran. Kan beda itu. Maksudnya adalah, banyak orang Syiah yang tata cara salatnya di ruang publik itu mengikuti umat Islam Sunni pada umumnya. Sebab, mereka ingin mengedepankan persatuan, dan menghindari perdebatan tentang gerakan-gerakan sholat mereka yang sedikit berbeda dari kelompok Sunni. Karena tidak semua orang mengerti mengenai perbedaan mahzab atau aliran ini. Kalau dalam buku saya, saya tulis 'Dahulukan akhlak dari fiqih'. Bahkan menurut Imam Khomeini, Taqiyyah itu bertujuan untuk menarik kasih sayang orang lain dengan tujuan persatuan.
Kenapa sampai hal ini disembunyikan oleh orang Syiah dengan bertaqiyyah? Karena sepanjang sejarah Islam, kaum Syiah ini selalu mendapatkan diskriminasi dan ancaman-ancaman kekerasan, sehingga harus menyembunyikan identitasnya sebagai Syiah.
Jadi pemahaman Taqiyyah inilah yang dipelintir maknanya oleh para pengkafir atau takfiri itu, sehingga mereka akan selalu menuduh bahwa apapun yang dikatakan orang Syiah, semuanya adalah kebohongan belaka.
Sumber: Situs Merdeka Online
Baca juga:
Wahabisme dan "Kerajaan Kebencian"
Petro Dollar Di Tengah Isu Sunnah Syiah
Menurut Tokoh Syiah juga Ketua Dewan Syuro Ikatan Jemaah Ahlul Bait Indonesia, Jalaluddin Rakhmat, sejatinya konflik menjurus intoleran itu tidak akan terjadi. Sebab, Presiden pertama kita, Soekarno sudah jelas-jelas membangun negeri ini dengan penuh toleransi keberagamaan. Contohnya ialah saat pembangunan Masjid Istiqlal berdampingan dengan Gereja Katedral.
"Karena sejarah Indonesia ini terbentuk adalah sejarah tentang toleransi," ujar Jalaluddin Rakhmat saat berbincang dengan merdeka.com, Kamis kemarin.
Berikut petikan wawancara Mohammad Yudha Prasetya dengan Jalaluddin Rakhmat.
Sebagai ketua dewan Syuro IJABI, apa upaya Anda menghadapi gempuran dari para takfiri tersebut?
Kita dari IJABI sudah merumuskan 4 Pilar IJABI, yakni 1). Pluralisme, sebagai upaya kita untuk saling menghargai terhadap sesama dan menunjukkan bahwa pemeluk agama apapun berhak mendapat limpahan kasih tuhan, 2). Non-sektarian, sebagai langkah untuk tidak menganggap bahwa mahzab kita adalah yang paling benar, serta perjuangan kita untuk semua masyarakat bangsa ini, 3). Mendahulukan Akhlak di atas Fiqih, yakni memelihara persatuan di kalangan kaum muslimin, 4). Menerapkan Islam sebagai agama Madani.
Kemudian saya juga menjalin silaturahim dengan kawan-kawan dari agama lain, misalnya dengan menjadi penceramah di acara-acara natal mereka. Walaupun ini akan semakin membuat saya di kafirkan, tetapi saya tidak khawatir. Karena biasanya saya memang diminta sama teman-teman saya yang Kristiani, untuk mengisi ceramah mengenai persatuan dan kerukunan antar umat beragama.
Apa harapan Anda terhadap masyarakat dengan mewabahnya virus intoleran ini?
Saya ingin masyarakat sadar bahwa perpecahan di antara umat Islam adalah rekayasa orang-orang yang ingin menghancurkan Islam, yakni musuh-musuh Islam. Yang jika boleh saya simpulkan lagi, ini adalah upaya-upaya dari Amerika Serikat dan United Kingdom, yang ingin melemahkan Islam dari dalam dengan menebar agen-agen mereka yang menyusup di kalangan umat muslim, dan melakukan perpecahan seperti misalnya ISIS. Karena memang banyak bukti menguatkan jika ISIS itu merupakan boneka dari Amerika Serikat dan Arab Saudi untuk mengadu domba umat Islam.
Setelah masyarakat sadar bahwa mereka sedang diadu domba oleh musuh-musuh Islam, saya juga berharap bahwa mereka akan kembali kepada kepribadian Islam khas Indonesia, bahwa dari dulu kita ini semuanya saling menghargai, misalnya ketika Bung Karno mendirikan Masjid Istiqlal tepat di samping Gereja Katedral. Di berbagai tempat di Indonesia pun demikian, banyak masjid yang didirikan tepat di samping gereja. Karena sejarah Indonesia ini terbentuk adalah sejarah tentang toleransi. Karena kan enggak mungkin menyatukan ratusan suku bangsa di bawah Indonesia jika tidak toleran.
Kemudian, harapan saya terhadap pemerintah, saya berpesan sedikit agar mengimplementasikan perundangan-undangan, yang menjamin hak warga negara dalam memeluk agama dan kepercayaan, serta menjalankan ibadahnya dengan tenang dan damai. Karena sudah banyak Undang-Undang yang membicarakan tentang hal itu, tetapi sampai sekarang belum juga ditegakkan dalam aspek law enforcement-nya. Yang perlu diingat adalah, jangan sekali-kali melakukan pembiaran, jika ada sekelompok orang yang berusaha menyulut konflik horizontal berbau sektarian, yang sebenarnya sedang berupaya merongrong kedaulatan Indonesia sebagai sebuah negara kesatuan tersebut.
Apa pandangan Anda terhadap diskriminasi kalangan Syiah yang marak akhir-akhir ini?
Saya ingin mengungkapkan masalah ini justru dari data yang dihimpun oleh SETARA Institut dari beberapa tahun lalu, mengenai tingkat intoleransi antar umat beragama hari ini. Dalam catatan mereka, mereka menyebut bahwa kelompok yang paling banyak diserang adalah kelompok Syiah.
Apa indikasi utamanya dari data hasil survei SETARA Institut?
Mereka mencatat sejumlah aksi penyerangan-penyerangan yang dilakukan kepada kelompok Syiah di lapangan. Karena di antara seluruh kelompok minoritas, yang paling banyak mendapat serangan itu, ya kelompok Syiah. Misalnya penyerangan terhadap sejumlah acara peringatan Asyuro yang biasa dilakukan oleh kelompok Syiah. Bahkan di Bogor, yang dalam hal ini diwakili oleh Walikotanya, secara terang-terangan melarang Syiah melangsungkan acara peringatan keagamaannya tersebut. Hal ini tentunya disepakati sebagai pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia, di mana semua agama berhak menjalankan upacara keagamaannya.
Anda tahu siapa yang menggulirkan sentimen anti-Syiah ini?
Saya kira sudah jelas yah, karena bahkan lembaga-lembaga mereka itu sudah jelas menyebutkan dirinya sendiri. Jadi saya tidak akan takut menyebutkan mereka satu per satu, karena mereka sendiri telah terang-terangan pula melakukan aksinya. Contohnya itu adalah ANNAS (Aliansi Nasional Anti Syiah) yang didirikan di Masjid Cijagra, Bandung, tepat setelah saya terpilih sebagai anggota DPR. Mungkin mereka beranggapan bahwa konstituen saya itu menunjukkan betapa banyaknya orang Syiah, padahal yang mendukung saya itu enggak semuanya Syiah.
Apakah ada kelompok lain yang terang-terangan melakukan diskriminasi terhadap kelompok Syiah?
Selain ANNAS itu ada lagi namanya MIUMI (Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia), di mana ada orang-orang macam Fahmi Salim yang secara terang-terangan juga mengkafirkan Syiah. Kemudian mereka coba mendompleng nama MUI, dan menerbitkan buku tentang kesesatan Syiah yang diklaim produksi MUI. Tetapi yang saya sayangkan, dari MUI sendiri juga tidak ada bantahan mengenai buku tersebut, karena sebagian jajaran MUI saat ini ternyata juga terdiri dari orang-orang yang berhubungan dengan ANNAS dan MIUMI tadi.
Selain serangan, apa upaya-upaya yang dilakukan untuk mendiskreditkan kelompok Syiah?
Yang paling terbaru ini adalah ANNAS mengirimkan surat kepada Pak Jokowi, yang diterima oleh pihak Sekretariat Negara (Setneg). Isinya adalah sebagai bentuk permohonan untuk menyingkirkan kelompok Syiah ini. Tetapi surat itu sebelum sampai ke Jokowi, oleh pihak Setneg saat ini sedang diupayakan untuk membuat sebuah Focus Grup Discussion (FGD), dengan mengundang saya dan dua orang dari pihak ANNAS.
Saya sudah bersedia untuk hadir dalam undangan FGD itu, untuk dihadapkan bersama dua orang dari pihak ANNAS, yakni Athian Ali M. Da'i dan Amin Muchtar. Saya gembira menyambut dialog yang rencananya akan digelar pada 4 Februari mendatang tersebut. Karena, saya menduga bahwa pihak Setneg ingin menjembatani permasalahan ini, sebelum suratnya sampai ke presiden Jokowi. Mungkin menurut mereka, kalau bisa diselesaikan lewat jalan diskusi, untuk apa masalah ini sampai dibawa-bawa ke presiden.
Tetapi ternyata setelah dihubungi oleh pihak Setneg, Athian Ali ini tidak bersedia hadir. Padahal mereka yang menggagas FGD dan surat kepada presiden Jokowi ini. Kebiasaannya dari dulu sejak awal-awal mereka mengkafirkan saya, saya ajak diskusi itu mereka selalu enggak mau dan itu sudah berulang kali.
Poin-poin apa yang disertakan dalam surat kepada Presiden Jokowi?
Sebentar saya bacakan beberapa poin pentingnya, yakni: 1). Perlu kewaspadaan terhadap perkembangan paham Syiah, yang membahayakan kerukunan dan stabilitas Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2). Supaya pemerintah membubarkan ajaran dan lembaga-lembaga Syiah demi menjaga stabilitas politik tersebut.
Tetapi landasan mereka berpendapat demikian tidak dicantumkan di dalam surat tersebut. Mereka hanya menyebut bahwa kelompok Syiah ini membahayakan keutuhan NKRI. Yang terpenting juga adalah bahwa mereka menuduh negara Iran membiayai segala kegiatan Syiah di tanah air. Maka di dalam surat itu mereka juga meminta agar Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran.
Di antara banyaknya kekerasan, apakah sudah pernah ada serangan fisik yang diterima kelompok Syiah?
Sudah. Sudah beberapa kali bahkan terjadi serangan fisik. Bahkan kasus Syiah di Sampang itu asalnya ya dari pihak-pihak mereka juga. Tetapi alhamdulillah kalau kepada saya secara pribadi, itu belum. Walaupun pernah juga saat saya bersama jemaah saya, saat itu kita diserang oleh kelompok intoleran ini. Seperti kasus penyerangan saat pelaksanaan peringatan Asyuro di Bandung beberapa waktu lalu.
Apa poin-poin dari tuduhan mereka saat mengkafirkan Syiah?
Biasanya mereka menuduh kalau kelompok Syiah itu Al Quran-nya berbeda. Padahal itu adalah tuduhan usang berusia seribu tahun lebih, yang sampai saat ini tidak bisa mereka buktikan sama sekali. Karena Al Quran-nya kelompok Syiah itu sama dengan Al Quran yang dibaca oleh seluruh umat muslim di dunia. Tetapi tetap saja tuduhan itu diulang-ulang oleh mereka. Kemudian ada lagi masalah Nikah Mut'ah yang sering mereka tuduhkan kepada kelompok Syiah, di mana mereka menyebut nikah mut'ah itu adalah prostitusi berkedok pernikahan. Padahal definisi dari nikah mut'ah itu sebenarnya adalah 'nikah dengan perjanjian'.
Nah, semua orang Indonesia itu sebenarnya melakukan nikah mut'ah ini. Karena setiap orang yang menikah di Indonesia, setelah ijab-kabul (nikah) itu si pria disuruh oleh penghulu untuk membaca perjanjian yang ada di buku nikah tersebut. Seperti misalnya ucapan "Apabila saya dalam enam bulan berturut-turut tidak menafkahi istri saya..", itu sebenarnya sudah merupakan perjanjian waktu dan itu masuk dalam definisi nikah mut'ah. Jadi sebetulnya, yang secara massal melakukan nikah mut'ah per-definisi fiqih Islam, itu adalah orang Indonesia yang sudah menikah (melakukan ijab-kabul), kemudian membaca perjanjian yang biasanya disebut 'Taklik Talak' yang ada di buku nikah.
Tetapi masalahnya, saat ini mereka telah membangun persepsi bahwa nikah mut'ah itu semacam prostitusi, karena tidak mengikuti aturan-aturan pernikahan seperti adanya masa iddah, adanya pihak-pihak yang tidak boleh dinikahi, dan lain sebagainya. Padahal tidak demikian, orang Syiah di Indonesia nikah yang seperti orang pada umumnya. Dan pelintiran definisi nikah mut'ah sebagai prostitusi ini, oleh mereka dipersepsikan sebagai budayanya kelompok Syiah, sehingga mereka bisa menuduh bahwa Syiah itu sesat.
Padahal, yang sering melakukan nikah mut'ah dalam definisi prostitusi (kawin kontrak, tanpa masa iddah) seperti yang mereka tuduhkan kepada kelompok Syiah itu, justru dilakukan oleh turis-turis dari Arab Saudi yang datang ke kawasan Puncak, Bogor. Mereka itu Sunni, bukan Syiah. Mereka dijemput di bandara, dibawa ke daerah Puncak, dan mereka nikah dengan wanita-wanita di sana hanya untuk waktu yang sebentar saja. Itulah justru nikah mut'ah dalam definisi kawin kontrak atau prostitusi terselubung, yang sering dituduhkan kepada kelompok Syiah. Padahal yang melakukannya bukan kelompok Syiah itu sendiri.
Ada tuduhan bahwa kelompok Syiah itu munafik karena melakukan Taqiyyah, bisa di jelaskan?
Taqiyyah itu menurut mereka munafik, atau berbohong kepada publik. Nah, saya ingin jelaskan bedanya munafik dengan Taqiyyah. Munafik itu adalah menyembunyikan kekafiran, tetapi menampakkan ke-Islaman. Taqiyyah adalah menyembunyikan keimanan, dan menampakkan kekafiran. Kan beda itu. Maksudnya adalah, banyak orang Syiah yang tata cara salatnya di ruang publik itu mengikuti umat Islam Sunni pada umumnya. Sebab, mereka ingin mengedepankan persatuan, dan menghindari perdebatan tentang gerakan-gerakan sholat mereka yang sedikit berbeda dari kelompok Sunni. Karena tidak semua orang mengerti mengenai perbedaan mahzab atau aliran ini. Kalau dalam buku saya, saya tulis 'Dahulukan akhlak dari fiqih'. Bahkan menurut Imam Khomeini, Taqiyyah itu bertujuan untuk menarik kasih sayang orang lain dengan tujuan persatuan.
Kenapa sampai hal ini disembunyikan oleh orang Syiah dengan bertaqiyyah? Karena sepanjang sejarah Islam, kaum Syiah ini selalu mendapatkan diskriminasi dan ancaman-ancaman kekerasan, sehingga harus menyembunyikan identitasnya sebagai Syiah.
Jadi pemahaman Taqiyyah inilah yang dipelintir maknanya oleh para pengkafir atau takfiri itu, sehingga mereka akan selalu menuduh bahwa apapun yang dikatakan orang Syiah, semuanya adalah kebohongan belaka.
Sumber: Situs Merdeka Online
Baca juga:
Wahabisme dan "Kerajaan Kebencian"
Petro Dollar Di Tengah Isu Sunnah Syiah